BAB 3

PERTOLONGAN PERTAMA GAWAT DARURAT

A.  TEORI DASAR PERTONGAN PERTAMA

1.            PENGERTIAN PERTOLONGAN PERTAMA
Pemberian Pertolongan kepada penderita sakit atau cidera / kecelakaan yang memerlukan penanganan medis dasar.

2.            PENGERTIAN MEDIS DASAR
Tindakan perawatan berdasarkan  Ilmu Kedokteran yang dapat dimiliki oleh Awam atau awam yang terlatih secara khusus. batasannya adalah sesuai dengan sertifikat yang dimiliki oleh Pelaku Pertolongan Pertama.

3.            PELAKU PERTOLONGAN PERTAMA
Penolong yang pertama kali tiba di tempat kejadian,yang memiliki kemampuan pertolongan kasus gawat darurat terlatih dalam penanganan medis dasar.

3.1         TUJUAN PERTOLONGAN PERTAMA

a.   Menyelamatkan jiwa penderita.
b.  Mencegah cacat pada korban
c.   Membantu proses penyembuhan dan Memberikan rasa nyaman

3.2   KEWAJIBAN PELAKU PERTOLONGAN PERTAMA

a.   Menjaga keselamatan diri, Anggota Tim, penderita dan sekitarnya.
b.  Dapat menjangkau penderita dalam kasus kecelakaan atau musibah kemungkinan  Pelaku harus memindahkan penderita lain untuk  dapat menjangkau penderita yang lebih parah.
c.   Dapat mengenali dan mengatasi masalah yang mengancam jiwa.

d.  Meminta bantuan / rujukan. pelaku pertolongan pertama harus bertanggung jawab sampai bantuan rujukan mengambil alih penanganan penderita.
e.   Memberikan Pertolongan dengan cepat dan tepat berdasarkan keadaan korban.
f.    Membantu pelaku pertolongan pertama lainnya.
g.  Ikut menjaga kerahasiahan medis penderita.
h.  Melakukan komunikasi dengan petugas lain yang terlibat.
i.    Mempersiapkan penderita untuk ditransportasi

3.3         KUALIFIKASI PELAKU PERTOLONGAN PERTAMA

a.   Jujur dan bertanggung jawab
b.  Berlaku profesional
c.   Kematangan emosi, Pada keadaan tertentu  kondisi penderita emosional juga keluarga penderita yang tak dapat menerima kenyataan yang di  alami penderita dalam hal ini pelaku harus menenagkan diri, serta dapat menenangkan penderita dan keluarga juga sabar tidak panik dan gugup dalam menghadapi penderita.

3.4         PERALATAN DASAR PELAKU PERTOLONGAN PERTAMA

Dalam melakukan tugasnya Pelaku Pertolongan Pertama memerlukan peralatan dasar dan dapat di bagi dua, yaitu  Alat Perlindungan diri dan Peralatan minimal untuk melakukan tugasnya.

3.4.1      BEBERAPA MACAM APD

  1. Sarung tangan lateks
  2. Kacamata pelindung
  3. Baju Pelindung
  4. Masker Penolong
  5. Masker Resusitasi
  6. Helm

3.4.2      PERALATAN PERTOLONGANPERTAMA

  1. Kasa steril
  2. Bantalan kasa
  3. Pembalut
  4. Pembalut Gulung/Pita
  5. Pembalut segitiga/Mitela
  6. Pembalut Tabung
  7. Pembalut rekat/Plister
  8. Cairan anti septik
  9. Alkohol 70 %
  10. Iodine
  11. Cairan pencuci mata
  12. Peralatan Stabilisasi,Bidai, Papan spinal panjang, Papan Spinal Pendek
  13. Pinset
  14. Senter
  15. Kapas
  16. Selimut
  17. Kartu Penderita
  18. Alat Tulis
  19. Oksigen
  20. Tensimeter dan stetoskop
  21. Tandu

3.5      DASAR HUKUM

Pasal 531 K U H Pidana

“Barang siapa menyaksikan sendiri ada orang didalam keadaan bahaya maut, lalai memberikan atau mengadakan pertolongan kepadanya sedang pertolongan itu dapat diberikannya atau diadakannya dengan tidak akan menguatirkan, bahwa ia sendiri atau orang lain akan kena bahaya dihukum kurungan selama-lamanya  tiga bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp 4.500,-. Jika orang yang perlu ditolong itu mati, diancam dengan  : KUHP 45, 165, 187, 304 s, 478, 525, 566

Di dalam undang-undang ditemukan beberapa pasal yang mengatur mengenai Pertolongan Pertama, namun belum dikuatkan dengan peraturan lain untuk melengkapinya. Beberapa pasal yang berhubungan dengan Pertolongan Pertama antara lain :

Persetujuan Pertolongan

Saat memberikan pertolongan sangat penting untuk meminta izin kepada korban terlebih dahulu atau kepada keluarga, orang disekitar bila korban tidak sadar. Ada 2 macam izin yang dikenal dalam pertolongan pertama :

  1. Persetujuan yang dianggap diberikan atau tersirat ( Implied Consent )

Persetujuan yang diberikan penderita sadar dengan cara memberikan isyarat, atau penderita tidak sadar, atau pada anak kecil yang tidak mampu atau dianggap tidak mampu memberikan persetujuan.

  1. Persetujuan yang dinyatakan ( Expressed Consent )

Persetujuan yang dinyatakan secara lisan maupun tulisan oleh penderita.

4.         ANATOMI (SUSUNAN TUBUH)

Anatomi adalah ilmu yang mempelajari susunan tubuh dan bentuk tubuh

4.1      FISIOLOGI (FAAL TUBUH)

Ilmu yang mempelajari faal (fungsi) bagian dari alat  atau jaringan tubuh.

4.2      POSISI ANATOMIS

Tubuh manusia diproyeksikan menjadi suatu posisi yang dikenal sebagai posisi anatomis, yaitu berdiri tegak, ke dua lengan di samping tubuh, telapak tangan menghadap ke depan. Kanan dan kiri mengacu pada kanan dan kiri penderita.

4.3      BIDANG ANATOMIS

Dalam posisi seperti ini tubuh manusia dibagi menjadi beberapa bagian oleh 3 buah bidang khayal, yaitu :

1.   Bidang Medial
yang membagi tubuh menjadi kiri dan kanan

2.   Bidang Frontal
yang membagi tubuh menjadi depan (anterior) dan bawah (posterior)

3.   Bidang Transversal
yang membagi tubuh menjadi atas (superior) dan bawah (inferior)
Istilah lain yang juga dipergunakan adalah untuk menentukan suatu titik lebih dekat ke titik referensi (proximal) dan lebih jauh ke titik referensi (distal).

4.4      PEMBAGIAN ( REGIO ) TUBUH MANUSIA
Tubuh manusia dikelilingi oleh kulit dan diperkuat oleh rangka. Secara garis besar, tubuh manusia dibagi menjadi :

a.   Kepala

Tengkorak ( Cranium ) , Wajah, dan Rahang Bawah ( Mandibula )

b.  Leher
c.   Batang Tubuh

Dada ( Thorax ), Perut ( Abdomen ), Punggung, dan Panggul ( Pelvis )

d.  Anggota Gerak Atas

Sendi bahu, lengan atas, lengan bawah, siku, pergelangan tangan, tangan.

e.   Anggota Gerak Bawah

Sendi panggul, tungkai atas, lutut, tungkai bawah, pergelangan kaki, kaki.

4.5      RONGGA DALAM TUBUH MANUSIA

Selain pembagian tubuh maka juga perlu dikenali 5 buah rongga yang terdapat di dalam tubuh yaitu :

a.   Rongga tengkorak

Berisi otak dan bagian-bagiannya

b.  Rongga tulang belakang

Berisi bumbung saraf atau “spinal cord

c.   Rongga dada

Berisi jantung dan paru

d.  Rongga perut (abdomen)

Berisi berbagai berbagai organ pencernaan

Untuk mempermudah, perut manusia dibagi menjadi 4 bagian yang dikenal sebagai kwadran sebagai berikut:

i.    Kwadran kanan atas (hati, kandung empedu, pankreas dan usus)
ii.   Kwadran kiri atas (organ lambung, limpa dan usus).

iii. Kwadran kanan bawah (terutama organ usus termasuk usus buntu)

iv. Kwadran kiri bawah (terutama usus).

e.   Rongga panggul

Berisi kandung kemih, sebagian usus besar, dan organ reproduksi dalam

4.6      SISTEM DALAM TUBUH MANUSIA

Agar dapat hidup tubuh manusia memiliki beberapa sistem:

  1. Sistem Rangka (kerangka/skeleton)
    1. Menopang bagian tubuh
    2. Melindungi organ tubuh
    3. Tempat melekat otot dan pergerakan tubuh
    4. Memberi bentuk bangunan tubuh

    2.   Sistem Otot (muskularis)

Memungkinkan tubuh dapat bergerak

3.   Sistem pernapasan (respirasi)

Pernapasan bertanggung jawab untuk memasukkan oksigen dari udara bebas ke dalam darah dan mengeluarkan karbondioksida dari tubuh.

4.   Sistem peredaran darah (sirkulasi)

Sistem ini berfungsi untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh.

5.   Sistem saraf (nervus)

Mengatur hampir semua fungsi tubuh manusia. Mulai dari yang disadari sampai  yang tidak disadari

6.   Sistem pencernaan (digestif)

Berfungsi untuk mencernakan makanan yang masuk dalam tubuh sehingga siap masuk ke dalam darah dan siap untuk dipakai oleh tubuh

7.   Sistem Klenjar Buntu (endokrin)

8.   Sistem Kemih (urinarius)

9.   Kulit

10.   Panca Indera

11.   Sistem Reproduksi

 

5.         INCIDENT COMMAND SYSTEM ( ICS )

Di sini tidak akan dijelaskan secara rinci mengenai hal ini karena bahasan ini merupakan suatu topik pelatihan sendiri. Perlu diketahui oleh penolong  bahwa sistem ini sebenarnya sudah ada dan baku, pelaksanaannya tergantung dari masing-masing daerah.

Di Indonesia ICS ini sering dikenal sebagai POSKO, yang tugas dasarnya adalah mengatur penanggulangan korban banyak atau bencana. Bagaimana melakukan pemilahan korban, bagaimana dan kemana korban di evakuasi, menggunakan apa, siapa yang bertugas di mana, kemana dan semua hal lain yang berhubungan dengan pengaturan di lokasi.

Secara umum pada penanggulangan korban banyak perlu di atur tempat sedemikian rupa sehingga ada :

1.    Daerah triage

Pada dasarnya daerah ini merupakan areal kejadian.

2.    Daerah pertolongan

Setelah pasien ditentukan triagenya maka dipindahkan ke daerah penampungan di mana pertolongan diberikan.

3.    Daerah transportasi

Pada daerah ini berkumpul semua kendaraan yang akan digunakan untuk mengevakuasi para korban, termasuk pencatatan data pengiriman korban.

4.    Daerah penampungan penolong dan peralatan

Pada daerah ini para penolong yang baru datang atau sudah bekerja berkumpul, di data dan di atur pembagian kerjanya. Bila kejadiannya besar maka daerah penampungan juga diperlukan untuk peralatan, barang-barang lainnya.

 5.1      PERAN PENOLONG PERTAMA

Sebagai penolong kita harus mengetahui sistem yang ada, terutama apa yang harus dilakukan pada fase awal, pada dasarnya penolong harus :

  1. Mendirikan Posko dan komandonya
  2. Menilai keadaan
  3. Meminta bantuan sesuai keperluan
  4. Mulai melakukan triage

5.2      PENILAIAN KEADAAN

Setelah menentukan suatu kejadian sebagai kasus dengan korban banyak maka hal yang paling penting dilakukan adalah menahan diri untuk tidak langsung memberikan pertolongan kepada perorangan. Nilai hal-hal sebagai berikut :

  1. Keadaan
  2. Jumlah penderita
  3. Tindakan khusus
  4. Sumber daya yang kira-kira akan diperlukan
  5. Hal lain yang dapat berdampak pada situasi dan kondisi
  6. Berapa banyak sektor yang diperlukan
  7. Wilayah atau areal penampungan

Buatlah suatu laporan singkat, sehingga bantuan yang akan datang akan sesuai dengan keperluan.

B.        TEKNIK PENANGANAN GAWAT DARURAT

1.      KEDARURATAN MEDIS

1.1   DEFINISI

Keadaan penderita yang disebabkan adanya gangguan fungsi tubuh sehingga kemungkinan mengalami cidera misal kehilangan kesadaran lalu terjatuh sehingga terjadi luka. Kesimpulan mengenai keadaan yang dihadapi hampir 80% diperoleh berdasarkan wawancara dengan penderita bila sadar, keluarganya atau saksi mata dan sumber informasi lainnya. Dalam penatalaksanaan penderita yang paling penting adalah menjaga jalan napas dan memantau tanda vital penderita secara teratur.

1.2   TANDA DAN GEJALA – GEJALA

Gejala :

1.      Demam
2.      Nyeri
3.      Mual, muntah
4.      Buang air kecil berlebihan atau tidak sama sekali
5.      Pusing, perasaan mau pingsan, merasa akan kiamat
6.      Sesak atau merasa sukar bernapas
7.      Rasa haus atau lapar berlebihan, rasa aneh pada mulut

Tanda :

1.   Perubahan status mental (tidak sadar, bingung)
2.   Perubahan irama jantung : nadi  cepat atau sangat lambat, tidak teratur, lemah atau sangat kuat.
3.   Perubahan pernapasan: irama dan kualitas warna pada selaput lendir (pucat, kebiruan, terlalu merah)
4.   Perubahan keadaan kulit : suhu, kelembaban, keringat berlebihan, sangat kering, termasuk perubahan warna pada selaput lendir (pucat, kebiruan, terlalu merah)
5.   Manik mata : sangat lebar, atau sangat kecil
6.   Bau khas dari mulut atau hidung
7.   Aktivitas otot misalnya kejang atau kelumpuhan
8.   Gangguan saluran cerna : mual, muntah atau diare
9.   Tanda-tanda lainnya yang seharusnya tidak ada.

Anggap semua keluhan penderita adalah benar. Bila penderita merasa tidak enak atau nyaman maka perlakukan sebagai kasus medis.

a.      SECARA UMUM GANGGUAN MEDISADALAH

–          Gangguan Jantung dan Pernapasan

–          Gangguan kesadaran dan perubahan setatus mental

–          Gangguan akibat perubahan lingkungan

–          Keracunan

B.     CARA PENANGANAN GANGGUAN MEDIS

a.    Gangguan Jantung dan pernapasan:

Terjadi akibat tersumbatnya jalan napas , tidak menemukan adanya napas dan atau tidak ada nadi, maka penolong harus melakukan tindakan bantuan hidup dasar, yaitu      :

–       Melakukan bantuan pernapasan

–       Melakukan RJP

  • BOLUS =  2 x Nafas Awal

b.    Penyebab orang tidak sadarkan diri :

–          Kegagalan jantung memompa darah

–          Kehilangan darah dalam jumlah yg besar

–          Pelebaran pembuluh darah yang luas , sehingga darah tidak dapat mengisinya dengan baik

–          Kekurangan cairan tubuh yang banyak misalnya diare

c.    Tanda orang tidak sadarkan diri:

–         Pernapasan cepat dan dangkal

–         Nadi Cepat dan lemah

–         Kulit pucat dingin dan lembab

–         Wajah pucat, perubahan warna pada bibir, lidah dan kuping

–         Mata pandangan hampa ,pupil melebar

C.   Gejala orang tidak sadarkan diri :

–          Mual dan mungkin muntah

–          Haus

–          Lemah

–          Pusing

–          Gelisah dan takut mati

D.   Penanganan orang  tidak sadarkan diri :

–          Bawa penderita ketempat teduh dan aman

–          Tidurkan telentang,tungkai di tinggikan 20-30 cm

–          Pakaian yang mengikat dilonggarkan

–          Berikan rangsangan pernapasan

–          Tenangkan penderita

–          Berikan minum hangat manis Teh,Kopi

–          Pastikan jalan napas, Periksa nadi

Pada dasarnya yang pertama menemukan penderita gawat darurat di tempat musibah adalah masyarakat. Oleh karena itu sangatlah bermanfaat bila orang awam diberi dan dilatih pengetahuan dan keterampilan PPGD

a.   Pada fase prarumah sakit dapat diketahui bahwa nasib korban tergantung pada 3 kecepatan :

  1. Kecepatan ditemukannya korban dengan tingkat kesadaran dan pengetahuan Masyarakat yang tinggi, maka kecepatan menemukan korban dapat dicapai dengan lebih singkat.
  2. Kecepatan minta pertolongan akan sangat mempengaruhi cepat lambat datanggya pertolongan medis yang diperlukan.
  3. Kecepatan dan ketepatan pertolongan tergantung pada keahlian penolong. Resiko untuk meninggal atau cacat sangat dipengaruhi oleh kecepatan pertolongan yang diberikan sehingga untuk memperbaiki resiko kematian atau cacat kematian atau cacat diperlukan penolong yang lebih terdidik dan terlatih.

b.  Faktor yang mempengaruhi Kecepatan dan Ketepatan Pertolongan

–          Faktor komunikasi

–          Faktor Keterampilan

–          Faktor Evakuasi korban

c.   Pada saat tiba di lokasi kejadian kewajiban penolong harus :

–          Memastikan keselamatan penolong, penderita dan orang – orang disekitar lokasi kejadian

–          Penolong harus memperkenalkan diri bila memungkinkan nama penolong , nama Organisasi, Permintaan

–          Menentukan keadaan umum kejadian dan mulai melakukan penilaian dini dari penderita

–          Mengenali dan mengatasi gangguan /  cidera yang mengancam nyawa

–          Stabilkan penderita dan teruskan pemantauannya

–          Minta bantuan

–          Melakukan Resusitasi Jantung Paru

d.     Kemampuan yang harus dimiliki oleh orang awam adalah  :

–       Cara minta tolong

–       Resusitasi jantung paru

–       Cara menghentikan pendarahan

–       Cara memasang pembalutan

–       Cara memasang bidai

–       Cara evakuasi penderita gawat darurat

e.    Pelaku terlatih perlu untuk dapat :

–          Mengenal tanda pasti henti jantung

–          Memberikan tindakan RJP

–          Memanggil Pelayanan Medik Darurat

f.       Tujuan dari evakuasi adalah memindahkan korban dengan cepat tetapi aman sehingga tidak menimbulkan luka  / penderita tambahan ataupun syok pada korban.

 

2.      PENILAIAN DAN PEMERIKSAAN KORBAN

Ada 6 hal yang harus dinilai dan diperiksa pada setiap kejadian yang membutuhkan teknik penanganan gawat darurat, yaitu       :

1.   PENILAIAN KEADAAN ( SIZE UP )

–            Bagaimana Kondisi saat itu

–            Kemungkinan apa saja yang akan terjadi

–            Bagaimana mengatasinya

2.   PENILAIAN DINI  (INITIAL ASSESMENT)

Untuk menentukan dapat ditolong atau tidak ( aman / tidak ), ada 6 hal yang harus diperhatikan     :

2.1   Kesan Umum ; gambaran umum dari kecelakaan / musibah yang terjadi (Kasus Trauma dan kasus medis.Penolong ,Penderita, orang sekitar lokasi).

2.2   Memeriksa  Respon / Tingkat kesadaran  dari korban  :

A – Awas  (Alert)  :Kesadaran penuh (dapat                                                        berkomunikasi )

S – Suara   (Verbal) : Kesadaran penuh, tetapi dengan                                           perintah

N – Nyeri (Painfull) : Kesadarannya dengan rangsangan                                        nyeri (biasanya ada fracture).

T – Tidak respon (Unresponsive) : Tidak sadar sama                                                                 sekali.

2.3   Penguasaan Jalan Napas ( AIRWAY CONTROL )

Gangguan jalan napas dapat disebabkan karena :

ü Masuknya benda asing (makanan, mainan, darah, dll).

ü Struktur anatomisnya (tersumbat lidah, penyempitan saluran pernapasan, kerusakan jaringan, dll).

Cara memastikan jalan napas terbuka dengan baik :

ü Lakukan dengan cara Angkat Dagu Tekan Dahi ( Head Tilt Chin Lift). Tidak dilakukan pada korban yang mengalami trauma kepala, leher maupun tulang belakang

ü Pada korban trauma tulang belakang, lakukan Manuver Tekan Rahang Bawah (Jaw Thrust Maneuver) untuk membuka jalan nafas. Manuver ini juga digunakan untuk mengatasi sumbatan jalan nafas oleh lidah.

“ Langkah membebaskan jalan napas dari sumbatan & menguasainya menjadi prioritas tindakan pada semua kasus “

 

Gb. 3-2. Head Tilt Chin Lift

Gb 3-3. Jaw Thrust Manuever

2.4   Menilai pernapasan ( BREATHING ), dengan cara       :

  1. Lihat pergerakan pernafasannya ( di dada)
  2. Dengarkan hembusan nafasnya
  3. Rasakan hembusan nafasnya

* Untuk korban yang tidak sadar jangan diberi makan / minum

* Lakukan nafas buatan jika ada nadi, tidak ada nafas.

Dewasa: 10 – 12 x / mnt (1,5 -2 dtk / nafas)

Anak (1-8th): 20 x / mnt (1-1,5 dtk / nafas)

Bayi (0-1 th): > 20 x / mnt (1-1,5 dtk / nafas)

Bayi (BBL): 40 x / mnt (1-1,5 dtk / nafas)

Bahaya bantuan pernapasan dari mulut ke mulut :

1.    Penyebaran penyakit
2.    Kontaminasi bahan kimia
3.    Muntahan penderita.

Gb 3-4. Lihat – Dengar – Rasakan ( Nafas )

Gb 3-5. Pernapasan buatan melalui masker RJP

Teknik memberikan bantuan napas buatan

1.    Melalui mulut penolong menggunakan masker RJP / APD atau secara langsung ke hidung/mulut penderita.
2.    Menggunakan alat bantu berupa masker berkatup (BVM / Bag Valve Mask )

 

2.5   Menilai sirkulasi ( CIRCULATION ) dan menghentikan pendarahan berat.

ü  Pemeriksaan denyut nadi orang dewasa dan anak pada nadi karotis, sedangkan bayi pada nadi brakialis.

Bayi : 120  –  150  x  / menit

Anak : 80 – 150 x / menit

Dws  : 60  – 150 x / menit

ü  Pemeriksaan denyut nadi min. 5 –10 detik menggunakan 2 -3 jari (dg. telapak jari, bukan punggungnya, juga bukan dengan ibu jari)

ü  Tindakan bantuan sirkulasi dikenal sebagai resusitasi jantung paru, yakni suatu tindakan kombinasi antara pijatan jantung dari luar dengan pernapasan buatan yang dilakukan pada saat seseorang mengalami henti napas & henti jantung.

ü  Penekanan jantung dari luar diharapkan menimbulkan efek pompa pada jantung yang dinilai cukup untuk mengatur sirkulasi darah minimal pada saat mati klinis. (25-30 % dari curah jantung)

ü  Melakukan kontrol perdarahan besar juga merupakan bagian penting dari bantuan sirkulasi

2.6   Hubungi bantuan / kirim korban ke Rumah Sakit.

 

Gb 3-6. Pemeriksaan nadi karotis

Gb 3-7. Pemeriksaan nadi brachialis

 

3.   PEMERIKSAAN FISIK

  • Tujuannya : Menemukan tanda
  • Dengan cara  :
  • Penglihatan
  • Perabaan
  • Pendengaran
  • Perubahan bentuk ( P ) / Deformity
  • Luka Terluka ( L ) / Open Injuries
  • Nyeri Tekan ( N ) / Tendernist
  • Bengkak ( B ) / Suelling
  • Pada Cidera harus di cari
  • Urutan Pemeriksaan : Head  to Toe

Amati dan raba (menggunakan kedua tangan dan dengan tekanan), bandingkan (simetry), cium bau yang tidak biasa dan dengarkan (suara napas atau derit anggota tubuh), dalam urutan berikut:

1.   Kepala

ü  Kulit Kepala dan Tengkorak ( Cranium )

ü  Telinga dan Hidung

ü  Pupil Mata

ü  Mulut

ü  Rahang ( Mandibula )

2.   Leher / Cerviccal
3.   Dada ( Thorax )

ü  Periksa perubahan bentuk, luka terbuka, atau perubahan kekerasan

ü  Rasakan perubahan bentuk tulang rusuk sampai ke tulang belakang

ü  Lakukan perabaan pada tulang

4.   Perut ( Abdomen )

ü  Periksa rigiditas (kekerasan)

ü  Periksa potensial luka dan infeksi

ü  Mungkin terjadi cedera tidak terlihat, lakukan perabaan

ü  Periksa adanya pembengkakan

5.   Punggung

ü  Periksa perubahan bentuk pada tulang rusuk

ü  Periksa perubahan bentuk sepanjang tulang belakang

6.   Panggul ( Pelvis )
7.   Alat gerak ( Extrimitas ) atas
8.   Alat gerak ( Extrimitas ) bawah

  • Pemeriksaan tanda vital

1.    Frekuensi nadi, termasuk kualitas denyutnya, kuat atau lemah, teratur atau tidak
2.    Frekuensi napas, juga apakah proses bernapas terjadi secara mudah, atau ada usaha bernapas, adakah tanda-tanda sesak napas.

3.    Tekanan darah, tidak dilakukan pemeriksaan oleh KSR dasar
4.    Suhu, diperiksa suhu relatif pada dahi penderita. Periksa juga kondisi kulit: kering, berkeringat, kemerahan, perubahan warna dan lainnya.

Denyut Nadi Normal :

Bayi              : 120 – 150 x / menit

Anak             : 80 – 150 x / menit

Dewasa         : 60 – 90 x / menit

Frekuensi Pernapasan Normal: 

Bayi              : 25 – 50 x / menit

Anak             : 15 – 30 x / menit

Dewasa          : 12 – 20 x / menit

  • Suhu tubuh   : 37

4.      RIWAYAT PENDERITA ( SAMPLE )

S – Sign and Symptom ( Tanda dan Gejala )

A – Alergi yang dialami

M – Medicine ( Sejarah Medis )

P – Partinal History ( Sejarah Penyakit )

L – Last Intake Oral ( Makan minum terakhir )

E – Event ( Mekanisme Kejadian )

5.      PEMERIKSAAN BERKALA ATAU LANJUT ( DALAM PERJALANAN )

–          Keadaan respon

–          Nilai kembali jalan napas

–          Nilai kembali pernapasan

–          Periksa kembali nadi penderita

–          Nilai kembali nilai keadaan

–          Periksa kembali secara seksama mungkin ada bagian yang belum diperiksa

–          Nilai kembali penata-laksanaan penderita

–          Pertahankan Komunikasi dengan penderita untuk  menjaga rasa aman dan nyaman

–          Untuk korban prioritas : cek setiap 5 menit – 15 menit sekali.

–          Untuk korban tidak prioritas, cek 15 menit – 30 menit sekali.

6.    PELAPORAN

Biasakanlah untuk membuat laporan secara tertulis. Laporan ini berguna sebagai catatan anda, Organisasi dan bukti medis.

–          Umur dan jenis kelamin penderita

–          Keluhan utama

–          Tingkat respon

–          Kedaan jalan nafas

–          Pernapasan

–          Sirkulasi

–          Pemeriksaan fisik yang penting

–          SAMPLE  yang Penting

–          Penata-laksanaan

–          Perkembangan lainnya yang di anggap penting

–          Dokumentasi

 

Contoh Pembuatan Laporan Kejadian dan Pelaporan

Nama Penderita         : …………………………….

Umur Pasien             : ……………………………….

Alamat Pasien           : …………………………

Jenis kelamin             : Laki-laki / Perempuan

Uraian kejadian         : …………………………..

Pertolongan yang dilakukan :

Keadaan Pasien        : Sadar / Tidak sadar,

Patah tulang/tidak patah ,

Pendarahan / Tidak pendarahan

Alat dan obat yang digunakan:

Pasien dirujuk ke      : ……………………….

Pelaku Pertolongan  :……………………………..


3.      TEKNIK PENGANGKATAN DAN PEMINDAHAN PENDERITA

3.1   TEKNIK PENGANGKATAN PENDERITA

Saat tiba di lokasi kita mungkin menemukan bahwa seorang korban mungkin harus dipindahkan. Pada situasi yang berbahaya tindakan cepat dan waspada sangat penting. Penangan korban yang salah akan menimbulkan cedera lanjutan atau cedera baru.

3.2   MEKANIKA TUBUH

Gunakan “mekanika tubuh” kita sendiri, dalam mengangkat beban > 15 kg gunakan tungkai paha dan dekatkan posisi benda yang kita angkat dengan tubuh kita. Penggunaan tubuh dengan baik untuk memfasilitasi pengangkatan dan pemindahan korban untuk mencegah cedera pada penolong.

Cara yang salah dapat menimbulkan cedera. Saat mengangkat ada beberapa hal yang harus diperhatikan :

ü  Rencanakan pergerakan sebelum mengangkat

ü  Gunakan tungkai jangan punggung

ü  Upayakan untuk memindahkan beban serapat mungkin dengan tubuh

ü  Lakukan gerakan secara menyeluruh dan upayakan agar bagian tubuh saling menopang

ü  Bila dapat kurangi jarak atau ketinggian yang harus dilalui korban

ü  Perbaiki posisi dan angkatlah secara bertahap

Hal-hal tersebut di atas harus selalu dilakukan bila akan memindahkan atau mengangkat korban. Kunci yang paling utama adalah menjaga kelurusan tulang belakang. Upayakan kerja berkelompok, terus berkomunikasi dan lakukan koordinasi.

ü  Mekanika tubuh yang baik tidak akan membantu mereka yang tidak siap secara fisik.

ü  Pengangkatan korban benturan keras / (curiga) trauma tulang belakang, minimal dilakukan oleh 5 orang sebagai berikut     :  1 orang bertugas melakukan manuver tekan rahang bawah, 3 orang lainnya bertugas mengangkat korban dan 1 orang lagi memposisikan tandu spinal untuk pemindahan korban. Setelah korban diletakkan pada alas yang keras, datar dan rata. Pastikan tidak ada perubahan posisi leher pada pasien trauma gunakan cerviccal coral sebelum melakukan pemindahan.

Gb 3 – 8. Pengangkatan dan Pemindahan Korban ( Curiga ) Trauma Tulang Belakang


3.3   MACAM – MACAM PEMINDAHAN PENDERITA

Pemindahan darurat dan pemindahan biasa / tidak darurat.

A.     Pemindahan darurat, tindakan ini hanya dilakukan bila : Adanya bahaya langsung terhadap penderita ( bahaya kebakaran, ledakan, bangunan tidak stabil dll ).

ü 4 macam teknik pemindahan darurat            :

  1. Tarikan Baju
  2. Fire Fighter Drag
  3. Tarikan Kain
  4. Tarikan Selimut

B.     Pemindahan biasa ; Bila tidak ada bahaya langsung terhadap penderita maka penderita hanya dipindahkan bila semuanya telah siap dan penderita selesai ditangani, yaitu :

ü Penilaian awal telah lengkap dilakukan.

ü Denyut nadi dan napas stabil serta dalam batas normal.

ü Tidak ada pendarahan luar tidak terkendali atau tidak ada indikasi pendarahan dalam.

ü Mutlak tidak ada cidera atau ada. Semua patah tulang sudah di mobilisasi.

ü Ada 3 macam teknik pemindahan biasa / tidak darurat

  1. Paggy Back ( gendong )
  2. Bopong
  3. Papah

3.4          PERALATAN PEMINDAHAN PENDERITA

–          Tandu Berdua / Tandu Ambulan

–          Tandu Lipat

–          Tandu Scop

–          Tandu kursi

–          Tandu selimut

–          Papan  spinal panjang dan pendek

Gb. 3 – 9. Evakuasi di lorong sempit ( Fire Fighter Drag )

Gb. 3 – 10. Cara mengangkat dan memindahkan korban

Gb. 3 – 11. Teknik menggendong korban tidak sadar


3.5      TEKNIK MELEWATI HALANG RINTANG PP

A.     LORONG SEMPIT

  1. Tandu diturunkan dulu dan diletakan ± 2M dari Ambang lorong sempit.
  2. Pembawa bendera memeriksa keadaan dan mengadakan penjajakan dahulu dan meletakkan benderanya setelah melewatinya.
  3. Setelah menjajaki dan mencoba nya sendiri, pemberi bendera memberitahukan tentang hasil penjajakannya kepada ketua.
  4. Pelaksanaan pertama penderita diangkat dari atas tandu oleh 3 orang penolong setelah itu penolong dalam keadaan berdiri. Penderita dirapatkan dalam keadaan miring.
  5. Pembawa bendera mulai memasuki lorong empit dengan membawa tandu,setelah itu diikuti penolong yang membawa penderita. Pada waktu berjalan dilorong sempit harus dengan gerakan menyamping dan langkah para penolong harus teratur, menutup dan membuka kaki harus bersamaan.
  6. Kemudian diikuti anggota lainnya yang membawa peralatan TasP3K, dan lain –lain.
  7. Setelah melewati lorong sempit penderita dipindahkan kembali ke tandu, sejenak memeriksa keadaan penderita tandu diangkat dengan tertib dan meneruskan perjalanan.

B.     PAGAR TEMBOK

  1. Tandu diturunkan dulu dan diletakan ± 2M dari pagar tembok.
  2. Pembawa bendera memeriksa keadaan dan mengadakan penjajakan dahulu dan meletakkan benderanya setelah melewatinya.
  3. Setelah menjajaki dan mencoba nya sendiri, pemberi bendera memberitahukan tentang hasil penjajakannya kepada ketua.
  4. Pelaksanaan pertama tandu diangkat tingggi oleh 4 orang penolong dengan posisi mendatar, pegangan tandu depan diletakan pada pagar tembok ± 2 jengkal dari ujung pegangan.
  5. Pembawa bendera meloncati tembok disusul dengan 2 penolong lainnya bagian depan pengangkat tandu.
  6. Setelah melewatinya. 2 penolong tersebut memegang kembali ujung tandu yang diletakkan pada tembok, kedilakukan gerakan menarik dari depan dan mendorong dari belakang sampai ujung tandu paling belakang ± 2 jengkal dari ujung pegangan diletakkan pada tembok.
  7. Kemudian 2 penolong yang mengankat tandu bagian belakang segera meloncati pagar tembok.
  8. Setelah selesai kembali mengatur posisi seperti semula dalam pengangkatan tandu.
  9. Sejenak melakukan pemeriksaan, kemudian melajuti perjalanan

C.     GORONG – GORONG / URUNG URUNG

  1. Tandu diturunkan dulu dan diletakan ± 2M dari gorong – gorong.
  2. Pembawa bendera memeriksa keadaan dan mengadakan penjajakan dahulu dan meletakkan benderanya setelah melewatinya.
  3. Setelah menjajaki dan mencobanya sendiri, pemberi bendera memberitahukan tentang hasil penjajakannya kepada ketua.
  4. Pelaksanaan pertama penderita diangkat dari atas tandu oleh 3 orang penolong.
  5. Penderita segera dibaringkan atau ditelungkupkan ( tergantung Pada keadaan lukanya ) diatas punggung salah satu penolong yang sudah dalam posisi tiarap dan siap memasuki gorong – gorong. Badan penderita disatukan dan diikat kebadan penolong.
  6. Pembawa bendera terlebih dahulu dengan memasuki gorong – gorong dengan membawa tandu melewati gorong, kemudian kembali lagi dengan Posisi merayap , Penolong yang membawa penderita memegang pambawa bendera kemudian dibantu dengan anggota lainya dibelakang, serta disusul oleh Anggota lannya yang membawa tas P3K dan lain – lainnya..
  7. Setelah melewati semuanya, penderita segera diangkat kembali dan diletakkan ketandu.
  8. Sejenak melakukan pemeriksaan, kemudian melajuti perjalanan.

 

  1. D.     BAHAYA UDARA
    1. Waktu mendengar tanda bahaya, segera mencari temapat yang sekiranya dianggap aman.
    2. Tandu penderita segera diletakkan dan para penolong segara tiarap,dan mencari tempat yang dianggap aman.
    3. Bagi pembawa bendera, bendera di letakkan / ditutupi pada penderita.
    4. Setelah tanda bahaya usai, kembali keposisi semula dan tandu penderita diusung kembali dan melanjuti perjalanan

      E.        AMBULANCE

      1. Pembawa bendera menbuka pintu belakang Ambulance.
      2. Tandu penderita diturunkan dan diletakkan ± 2M agak menyamping sebelah kiri atau kanan dari pintu ambulance.
      3. 2 Orang penolong mengeluarkan tandu khusus dari ambulance, persisi didepan ambulance.
      4. Penderita diangkat oleg 3 orang penolong dan dipindahkan ke tandu khusus ambulance.
      5. Kemudian tandu khusus tersebut diangkat oleh 4 penolong untuk dimasukkan kedalam ambulance.
      6. Selanjutnya tandu bawaan kosong dibawa dimasukkan kedalam ambulance bersama dengan 3 orang penolong lainnya, dan 3 orang penolong tersebut benrtindak untuk sebagai penjaga penderita.
      7. 2 orang lain dapat duduk didepan sebelah pengemudi.
      8. Pintu Ambulance ditutup dengan rapat.

F.         RUMAH SAKIT

1.        Cara menurunkan penderita dari ambulance
Pembawa bendera turun terlebih dahulu, membuka pintu belakang ambulan.
2 orang lainya turun dari ambulan memegangi tandu dan mebuka kunci roda tandu.
Satu orang mengeluarkan tandu kosongdan disiapkan disamping kanan/ kiri ambulance.
Tandu khusus penderita ditarik keluardisambut oleh 2 orang penolong, kemudian diangkat sama-sama oleh 4 penolongkemduian diletakkan sejajra dengan tandu kosong.
Penderita diangkat oleg 3 penolong ketandu kosong.
Dengan 4 orang penolong tandu penderita dibawa masuk ruangan rumah sakit.
2.        Cara memindahkan penderita ketempat tidur
Sewaktu penderita diangkat masuk ruangan rumah sakit , pembawa bendera melapor kepada petugas poliklinik, kemudian segera mengatur dan membereskan tempat tempat tidur.
Setelah memasuki ruangan penderita diangkat oleh 3 penolong meletakkan ketempat tidur dengan rapi dan tertib

4.   BANTUAN HIDUP DASAR dan RESUSITASI JANTUNG PARU

4.1   BANTUAN HIDUP DASAR

Pada saat pertama kali menemukan penderita jika dalam melakukan penilaian dini, penolong menemukan gangguan pada salah satu dari ke tiga komponen, al : tersumbatnya jalan napas, tidak menemukan adanya napas dan atau tidak adanya denyut nadi. Menghadapi kasus seperti ini Pelaku Pertolongan Pertama harus menguasai dan melakukan tindakan yang dikenal istilah BANTUAN HIDUP DASAR. Karena tanpa menggunakan intervensi obat atau alat kejut jantung, jika sebaliknya disebut dengan Bantuan Hidup Lanjut (Advance Life Support). Khusus untuk BHD, penderita dibagi 3 , yaitu  :        Bayi    = 0 – 1 tahun, Anak = 1 – 8 tahun, dan Dewasa  =  > 8 tahun

“ SISTEM PERNAPASAN DAN SISTEM PEREDARAN DARAH ADALAH YANG UTAMA UNTUK HIDUP MANUSIA. JIKA SALAH SATU ATAU KEDUANYA TERGANGGU, ANCAMAN KEHILANGAN NYAWA SANGAT TINGGI “

Tubuh manusia dapat menyimpan makanan hanya beberapa minggu dan menyimpan air beberapa hari, tetapi hanya mampu menyimpan Oksigen hanya untuk beberapa menit saja ! Sistem Pernapasan memasok Oksigen ketubuh sesuai kebutuhan dan juga mengeluarkan Karbon Dioksida.

Sistem Sirkulasi inilah yang selanjutnya bertanggung jawab memberikan pasokan oksigen dan nutrisi keseluruh jaringan tubuh dan bertanggung jawab pula untuk membuang sisa –sisa makanan dari jaringan tubuh.

Langkah tindakan BHD :

A: AirwayControl (Penguasaan Jalan Napas)

B: BreathingSupport (Bantuan Pernapasan)

C: Circulatory Support (Bantuan Sirkulasi)


Gb 3-8. Sistem Pernafasan dan Sistem Sirkulasi Darah Manusia

4.2   KOMPONEN-KOMPONEN SIRKULASI

4.2.1     JANTUNG

Sebagai pemompa darah ke seluruh tubuh, Bagian sebelah kiri menerima darah yang kaya dengan oksigen setelah diproses dari paru – paru untuk selanjutnya diedarkan ke seluruh tubuh.

Bagian sebelah kanan menerima darah dari tubuh dan meneruskan ke paru – paru untuk kembali diperkaya dengan oksigen.

Penyebab jantung berhenti :

  • PENYAKIT JANTUNG
  • GANGGUAN PERNAPASAN
  • SYOK
  • KOMPLIKASI PENYAKIT LAIN

4.2.2     PEMBULUH DARAH

1.      Arteri ( Pembuluh Nadi ) : Pembuluh darah yang mengangkut darah yang kaya oksigen ke seluruh tubuh. Darah yang keluar berwarna merah segar dan memancar ( merah terang )
2.      Kapiler ( Pembuluh Balik ) :Pembuluh darah yang mengangkut darah dari seluruh tubuh kembali ke jantung. Darah yang keluar mengalir dan berwarna merah gelap dan jika terluka hanya menetes.
3.      Vena ( Pembuluh Rambut ) : Arteri akan terbagi – bagi menjadi pembuluh yang lebih kecil sehingga dapat mencapai hingga lebih dekat dengan kulit. Darah yang keluar sangat sedikit dan kadang hanya berupa titik-titik perdarahan berwarna merah kehitaman.

ü  Denyut dapat dirasakan dengan mudah pada daerah dimana Arteri / Pembuluh Nadi berada dekat dengan kulit. Setiap kali jantung berdetak, anda dapat merasakan denyutnya pada sistem arteri.

ü  Lokasi pengecekan denyut yang paling mudah:

  • Radialis : Berada di pergelangan tangan
  • Carotis : Berada di leher
  • Femoralis : Berada di lipatan paha
  • Brachialis : Berada di Lengan atas
  • Dorsalis Pedis : Berada di Punggung kaki
  • Tibialis Posterior : Berada di Belakang mata kaki

4.2.3     DARAH

Komposisi darah terdiri atas sel darah putih, sel darah merah, dan plasma darah. Beberapa  fungsi  darah  antara  lain      :

  1. Membawa oksigen dan nutrisi ke seluruh tubuh.
  2. Membuang sisa-sisa makanan / zat sampah
  3. Melawan penyakit dan infeksi
  4. Kemampuan pembekuan darah

4.3         KEMATIAN

4.3.1      MATI KLINIS

  • Tidak ada napas dan nadi, bersifat reversibel.
  • Punya waktu 4 – 6 menit untuk diresusitasi tanpa kerusakan otak.

4.3.2      MATI BIOLOGIS

  • Terjadi 8 – 10 menit dari henti napas dan henti jantung, bersifat irreversibel.
  • Dimulai dengan kematian sel – sel otak.

4.3.3      TANDA-TANDA PASTI KEMATIAN

  1. Lebam mayat ( 20 – 30 menit )
  2. Kaku mayat ( 1 – 2 jam )
  3. pembusukan ( 6 – 12 jam)
  4. Tanda lainnya : cedera mematikan.

4.4   SUMBATAN JALAN NAPAS

Mengenal Sumbatan jalan napas :

4.4.1      SUMBATAN SEBAGIAN ( PARSIAL )

  • Pertukaran udara baik : diperlihatkan dengan batuk kuat
  • Pertukaran udara buruk : diperlihatkan dengan batuk lemah tidak efektif, nada tinggi, kulit abu kebiruan.
  • Suara napas memperlihatkan jenis sumbatan :
  • Suara dengkur: lidah jatuh menutup jalan napas
  • Suara lengking : kotak pita suara kejang ( spasme )
  • Suara bengek: jalan napas membengkak atau kejang
  • Suara kumur: darah, muntahan atau cairan lain di jalan napas.

4.4.2     SUMBATAN TOTAL

  • Tak dapat berbicara, bernapas atau batuk
  • Mencengkram leher dengan satu atau kedua tangan ( tanda universal ).

4.4.3     4  Koreksi  Sumbatan  Jalan  Nafas

1.    Hentakan perut (abdominal thrust) : letak titik penekanan pada pertengahan antara umbilicus dengan procesus xipoideus ( Dewasa ).
2.    Hentakan Dada (Chest Thrust) : letakkan titik penekanan pada pertengahan tulang dada ( Ibu hamil – Gemuk – Anak – bayi ).
3.    Pukulan punggung
4.    Sapuan jari  (Finger Sweep) :  Jika ada sumbatan/benda asing yang terlihat di dalam mulut. Teknik ini tidakboleh dilakukan pada bayi &anak kecil, kecuali benda asingnya sudah terlihat di dalam mulut.

4.4.4     Koreksi Sumbatan jalan napas pada dewasa sadar

ü  Bila seseorang sadar tidak dapat bicara, napas atau batuk :

  • Berikan sampai 5 x hentakan perut ( Heimlich manuver )
  • Periksa, apakah sumbatan benda asing sudah keluar
  • Bagi wanita hamil atau orang gemuk : Lakukan hentakan dada

ü  Ulangi siklus 5 x hentakan perut, sampai :

  • Korban bantuk mengeluarkan benda asing tersebut
  • Korban mulai bernapas atau batuk kuat
  • Korban menjadi tidak sadar

ü  Nilai kembali korban sesudah setiap 5 x hentakan

ü  Anda dapat melakukan kombinasi hentakan perut dengan pukulan punggung.

 

Gb 3-13. Pukulan punggung pada bayi

Gb. 3-12.  Hentakan Perut

                  Gb 3-15. Sapuan Jari

Gb 3-14. Hentakan Perut ( Lanjut )

Gb 3-16. Hentakan Dada pada Ibu Hamil dan Dewasa

Gb 3-17. Hentakan Perut dan Hentakan Dada pada Anak

Gb 3-18. Hentakan Dada dan Pukulan Punggung pada Bayi

4.4.5      Koreksi  Sumbatan  Jalan  Napas Pada  Dewasa Tidak Sadar

ü  Bila seseorang tidak sadar dan 2 inflasi tidak masuk dan sesudah reposisi, 2 inflasi tidak masuk lagi, lakukan :

  • Berikan 5 x hentakan perut dengan posisi mengangkang diatas korban.
  • Lakukan tekhnik sapuan jari

ü  Untuk anak : Tekhnik sapuan jari hanya bila benda terlihat jelas.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gb 3-19. Tahap

Tindakan BHD

 

Gb 3-20. Sapuan Jari Pada Bayi

Gb 3-21. Koreksi Sumbatan Jalan Nafas Pada Anak dan Bayi

4.4.6     Bila  langkah  tersebut  gagal :

ü  Ulangi siklus terus sampai berhasil atau bantuan medis tiba

  • Beri 2 inflasi
  • Gagal, reposisi kepala, ulangi 2 inflasi
  • Lakukan 5 x hentakan perut
  • Lakukan tekhnik sapuan jari.

4.5   RESUSITASI  JANTUNG  PARU

Adalah Kombinasi pernapasan buatan dan kompresi dada luar untuk mengembalikan fungsi jantung dan paru.

RJP dilakukan ketika  tidak ada respons dari korban atau tidak ada nadi dan tidak ada nafas ( mati klinis ).

4.5.1     Pada Saat melakukan RJP

  • Lakukan diatas alas yang datar ,rata & keras.
  • Lakukan 5 Siklus selama 2 menit ( 30 kompresi, 2 inflasi ).
  • Periksa kembali napas dan nadi. Minta seseorang menilai nadi karotis.
  • Lihat gerakan naik turunnya dada saat bantuan napas diberikan.
  • Reaksi pupil mungkin akan kembali normal.
  • Warna kulit penderita berangsur-angsur membaik.
  • Penderita mungkin menunjukkan refleks menelan dan bergerak.
  • Nadi akan berdenyut kembali.
  • Jika nadi masih tidak teraba, lanjutkan RJP dengan setiap 2 menit periksa napas dan nadi
  • Jika nadi sudah teraba namun napas belum ada, lanjutkan napas  dengan 1 tiupan tiap 5 – 6 detik
  • Masalah Pakaian Korban : Biasanya tidak perlu untuk melepas atau membuka pakaian korban.

4.5.1.1     Lepaskan atau buka bila :

  • Kerah pakaian menghalangi pemeriksaan denyut nadi leher
  • Pakaian terlalu tebal untuk menentukan titik kompresi
  • Tak dapat menemukan tempat posisi tangan yang tepat
  • Prosedur peraturan lokal yang mengharuskan


4.5.1.2     Korban mempunyai kesempatan hidup lebih baik bila :

  • RJP dimulai dalam 4 menit pertama henti jantung
  • Korban menerima bantuan hidup lanjut dalam 4 menit kemudian

 

Gb 3-22. Posisi RJP anak, dewasa dan 2 orang penolong

Gb 3-23 Posisi Tubuh Penolong Dalam Melakukan RJP Dewasa

4.5.1.3     RJP DEWASA

ü  Periksa Respon A–S–N-T

ü  Minta Bantuan

ü  Posisikan Korban dan mulai penilaian dini

ü  Buka jalan napas dan periksa napas ( Sumbatan ( – ) )

ü  Beri 2 x napas buatan

ü  Periksa denyut nadi ( -)

ü  Periksa perdarahan besar ( -)

ü  Tentukan tempat / titik kompresi

ü  Beri 15 x kompresi, kecepatan 80 x/menit –kedalaman kompresi 4 –5 cm

ü  Beri 2 x napas buatan

ü  Ulangi siklus, langkah 8 dan 9 (4 siklus dalam 1 menit)

ü  Periksa denyut nadi leher setiap beberapa menit

ü  Pulih, Posisikan korban miring stabil

ü  Periksa selalu A –B -C

 

4.5.1.4     RJP ANAK

ü  Periksa Respon A–S–N-T

ü  Minta Bantuan

ü  Posisikan Korban dan mulai penilaian dini

ü  Buka jalan napas dan periksa napas ( Sumbatan ( – ) )

ü  Beri 2 x napas buatan

ü  Periksa denyut nadi ( -)

ü  Periksa perdarahan besar ( -)

ü  Tentukan tempat / titik kompresi

ü  Beri 5 x kompresi, kecepatan 100 x/menit –kedalaman kompresi 3–4cm

ü  -Kompresi dilakukan hanya dengan 1 tangan

ü  Beri 1x napas buatan

ü  Ulangi siklus, langkah 8 dan 9 (4 siklus dalam 1 menit)

ü  Periksa denyut nadi leher setiap beberapa menit

ü  Pulih, Posisikan korban miring stabil

ü  Periksa selalu A –B –C

Gb 3-24. Posisi RJP Anak

 

Gb 3-25. Posisi RJP Pada Bayi

 

 

4.5.1.5     RJP BAYI

ü  Periksa Respon A–S–N-T

ü  Minta Bantuan

ü  Posisikan Korban dan mulai penilaian dini

ü  Buka jalan napas dan periksa napas ( Sumbatan ( – ) )

ü  Beri 2 x napas buatan, gunakan udara dalam mulut

ü  Periksa denyut nadi ( -)

ü  Periksa perdarahan besar ( -)

ü  Tentukan tempat / titik kompresi

ü  Beri 5 x kompresi, kecepatan 100 x/menit,kedalaman kompresi, 2,3 cm

ü  Kompresi dilakukan hanya dengan 2 jari tangan

ü  Beri 1x napas buatan

ü  Ulangi siklus, langkah 8 dan 9 ( 4 siklus dalam 1 menit )

ü  Periksa denyut nadi leher setiap beberapa menit

ü  Pulih, Posisikan korban miring stabil dalam gendongan

ü  Periksa selalu A –B –C

4.5.2      Kapan menghentikan RJP

  • Korban pulih ( denyut nadi dan napas kembali )
  • Diganti oleh tenaga terlatih
  • Kelelahan untuk meneruskan
  • Dokter mengatakan untuk menghentikan tindakan
  • Henti Jantung sudah lebih 30 menit ( dengan atau tanpa RJP )

Catatan : Pendapat ini masih kontroversial dilapangan tanpa ahli.

4.5.3     Posisi Pemulihan ( Miring Stabil )

Korban tak sadar – bernapas – tanpa trauma,

gunakan posisi miring stabil, caranya :

  • Miringkan korban pada salah satu sisi tubuh
  • Tempatkan pada satu tangan sebagai penopang kepala
  • Tekuk tungkai untuk mencegah korban bergulir.

 

Gb 3-26. Tahap Proses Posisi Pemulihan

Gb 3-27. Posisi pemulihan

4.5.4     Bahaya Komplikasi RJP

1.    Muntah, sebab :

  • Pemberian napas buatan terlalu cepat
  • Pemberian napas buatan terlalu keras
  • Sumbatan jalan napas sebagian atau total.

2.    Inhalasi benda asing ( aspirasi ) :

Ada 3 zat yang mengancam kehidupan :

  • Aspirasi bahan makanan
  • Aspirasi bukan cairan lambung ( tenggelam )
  • Aspirasi asam lambung

3.    Distensi Lambung, sebab :

  • Napas buatan terlalu cepat
  • Napas buatan terlalu kuat
  • Sumbatan jalan napas parsial atau total

Catatan: Jangan coba mendorong keluar udara dari lambung.

4.    Luka dengan adanya cedera, seperti :

  • Patah Tulang iga, lepasnya iga, memar paru, robeknya paru, hati dan limpa.

 

5.         PERDARAHAN dan SYOK

5.1      PERDARAHAN

Sistem peredaran darah yang terdiri dari 3 komponen utama yaitu jantung, pembuluh darah dan darah. Dalam tubuh manusia darah relatif selalu berada dalam pembuluh darah kecuali pada saat masuk dalam jaringan untuk melakukan pertukaran bahan makanan dan oksigen dengan zat sisa pembakaran tubuh dan karbondioksida.

5.1.1  KLASIFIKASI SUMBER PERDARAHAN / GOLONGAN PENDARAHAN

Perdarahan terjadi apabila darah keluar dari pembuluh darah oleh berbagai sebab seperti cedera atau penyakit. Berdasarkan sumber perdarahan:

1.      Perdarahan nadi (arteri). Darah yang berasal dari pembuluh nadi keluar memancar sesuai dengan denyutan nadi dan berwarna merah terang.

2.      Perdarahan balik (vena). Darah yang keluar dari pumbuluh balik, mengalir, berwarna merah gelap.

3.      Perdarahan rambut (kapiler). Berasal dari pembuluh kapiler, darah yang keluar merembes perlahan.

Gb. 3 – 28. Macam – macam Perdarahan

5.1.2  JENIS-JENIS PERDARAHAN

1.        Perdarahan Luar

Perdarahan yang terlihat jelas darah keluar dari luka terbuka. Untuk membantu memperkirakan berapa banyak darah yang telah keluar dari tubuh penderita, hal yang dipakai adalah keluhan korban dan tanda vital. Bila keluhan korban sudah mengarah ke gejala dan tanda syok seperti yang dibahas dalam topik ini maka penolong wajib mencurigai bahwa kehilangan darah terjadi dalam jumlah yang cukup banyak.

2.        Perdarahan Dalam

Perdarahan dalam biasanya tak terlihat dan kulit tidak tampak rusak sehinga darah tidak bisa mengalir langsung. Kadang-kadang terlihat berada dibawah permukaan kulit tanpa memar.

Perdarahan dalam dapat berkisar dari skala kecil hingga yang mengancam jiwa penderita. Kehilangan darah tidak dapat diamati pada perdarahan dalam.

ü  5 Stasiun perdarahan dalam :

  1. Rongga Kepala ( Cranium )
  2. Rongga Dada
  3. Rongga Tulang Belakang
  4. Rongga Perut ( Abdomen )
  5. Rongga Panggul ( Pelphis )

ü Tanda dan Gejala Perdarahan Dalam :

Waspadai adanya perdarahan dalam, bila terjadi:

a)    Riwayat benturan benda tumpul yang kuat

b)    Patah tulang tertutup

c)    Luka tusuk

d)    Darah / cairan yang keluar dari telinga atau hidung

e)    Muntah atau batuk darah

f)     Memar luas pada batan tubuh

g)    Luka tembus dada atau perut

h)    Nyeri tekan, kaku atau kejang pada dinding perut

i)      BAK / BAB berdarah

j)      Selalu haus

5.2      PERTOLONGAN PERTAMA PADA PERDARAHAN

Perdarahan yang harus segera ditangani adalah perdarahan yang dapat mengancam nyawa.

5.2.1     PERLINDUNGAN TERHADAP INFEKSI PADA PENANGANAN  PERDARAHAN

  1. Pakai APD agar tidak terkena darah / cairan tubuh korban.
  2. Jangan menyentuh mulut, hidung, mata, makanan sewaktu memberikan perawatan.
  3. Cucilah tangan segera setelah selesai merawat.
  4. Dekontaminasi atau buang bahan yang sudah ternoda dengan darah atau cairan tubuh korban.

Bahaya lain pada perdarahan adalah kemungkinan terjadinya penularan penyakit. Banyak kuman penyakit bertahan hidup di dalam darah manusia, sehingga bila darah korban ini bisa masuk kedalam tubuh penolong maka ada kemungkinan penolong dapat tertular penyakit. Maka itu semua jenis cairan yang berasal dari korban, kita anggap itu beracun.

5.2.2     MENGENDALIKAN PERDARAHAN LUAR

1.   Tekan langsung pada lukanya. Tekan bagian yang berdarah tepat diatas luka, umumnya perdarahan akan berhenti setelah 5 -15 menit. Bila belum berhenti dapat ditambah penutup lain, tanpa melepas penutup pertama.
2.   Tekan sebelum lukanya pada titik tekan ( Pada titik nadi yang lebih dekat dari arah jantung ).
3.   Elevasi : Meninggikan daerah yang mengalami perdarahan / lebih tinggi dari jantung dan lakukan bersamaan dengan tekanan langsung (dilakukan hanya untuk anggota gerak saja).
4.   Torniquet ( sangat tidak dianjukan ). Hanya digunakan dalam keadaan gawat darurat dimana tidak ada cara lain utnuk menghentikan perdarahan. Torniket diaplikasikan sedekat mungkin dengan titik perdarahan.

 

Gb. 3 – 29. Koreksi Perdarahan Luar

Gb. 3 – 30. Menghentikan perdarahan luar


5.3      PERAWATAN PERDARAHAN

5.3.1     PADA PERDARAHAN BESAR:

a.   Jangan buang waktu hanya untuk mencari penutup luka.
b.  Tekan langsung dengan tangan ( sebaiknya menggunakan sarung tangan latex).
c.   Pertahankan dan tekan cukup kuat.
d.  Rawat luka setelah perdarahan terkendali.

5.3.2     PADA PERDARAHAN RINGAN ATAU TERKENDALI

  1. Gunakan tekanan langsung dengan penutup luka.
  2. Tekan sampai perdarahan terkendali.
  3. Pertahankan penutup luka dan balut.
  4. Sebaiknya jangan melepas penutup luka atau balutan pertama.

5.3.3     PERDARAHAN DALAM ATAU CURIGA ADA PERDARAHAN DALAM

  1. Baringkan dan istirahatkan penderita
  2. Buka jalan nafas dan pertahankan
  3. Periksa berkala pernafasan dan denyut nadi
  4. Perawatan syok bila terjadi atau akan terjadi syok
  5. Jangan beri makan dan minum
  6. Rawatlah cedera berat lainnya bila ada
  7. Bila ada berikan oksigen
  8. Rujuk ke fasilitas kesehatan

“ Penanganan perdarahan berarti mengendalikan perdarahan, bukan berarti menghentikan perdarahan sama sekali. ”

5.4      PENUTUP DAN PEMBALUT LUKA

5.4.1  PENUTUP LUKA

Gunanya untuk :

1.   Membantu mengendalikan perdarahan
2.   Mencegah kontaminasi  lebih lanjut
3.   Mempercepat penyembuhan
4.   Mengurangi nyeri

5.4.1.1     PENUTUPAN LUKA

ü Penutup luka harus meliputi seluruh permukaan luka.

ü Upayakan permukaan luka sebersih mungkin sebelum menutup luka, kecuali bila luka disertai perdarahan, maka prioritasnya adalah menghentikan perdarahan tersebut.

ü Pemasangan penutup luka harus dilakukan sedemikian rupa sehingga permukaan penutup yang menempel pada bagian luka tidak terkontaminasi

5.4.1.2     PENGGUNAAN PENUTUP LUKA PENEKAN

Kombinasi penutup luka dan pembalut dapat juga dipakai untuk membantu melakukan tekanan langsung pada kasus perdarahan. Langkah-langkahnya :

1.   Tempatkan beberapa penutup luka kasa steril langsung  di atas luka  dan tekan.
2.   Beri bantalan penutup luka.
3.   Gunakan pembalut rekat, menahan penutup luka.
4.   Balut.
5.   Periksa denyut nadi ujung bawah daerah luka (distal).

5.4.2     PEMBALUT

Pembalut adalah bahan yang digunakan untuk mempertahankan penutup luka. Bahan pembalut dibuat dari bermacam materi kain.

  • 4  FUNGSI PEMBALUT
  1. Penekanan untuk membantu menghentikan perdarahan.
  2. Mempertahankan penutup luka pada tempatnya.
  3. Menjadi penopang untuk bagian tubuh yang cedera.
  4. Pemasangan yang baik akan membantu proses penyembuhan.

5.4.2.1     BEBERAPA JENIS PEMBALUT

1.    Pembalut pita/gulung.
2.    Pembalut segitiga (mitela).
3.    Pembalut penekan.

5.4.2.2     PEMBALUTAN

  • Jangan memasang pembalut sampai perdarahan terhenti, kecuali pembalutan penekanan untuk menghentikan perdarahan.
  • Jangan membalut terlalu kencang atau terlalu longgar.
  • Jangan biarkan ujung bahan terurai, karena dapat tersangkut pada saat memindahkan korban
  • Bila membalut luka yang kecil sebaiknya daerah yang dibalut lebih lebar  untuk menambah luasnya permukaan  yang mengalami tekanan diperluas sehingga mencegah terjadinya kerusakan jaringan.
  • Jangan menutupi ujung jari, bagian ini dapat menjadi petunjuk apabila pembalutan kita  terlalu kuat yaitu dengan mengamati ujung jari. Bila pucat artinya pembalutan terlalu kuat dan harus diperbaiki.
  • Khusus pada anggota gerak pembalutan dilakukan dari bagian yang jauh lebih dahulu lalu mendekati tubuh.
  • Lakukan pembalutan dalam posisi yang diinginkan, misalnya untuk pembalutan sendi jangan berusaha menekuk sendi bila dibalut dalam keadaan lurus.

Gb. 3 – 31. Membalut luka di kepala dengan kain pita

Gb. 3 – 32. Balutan Spika pada alat gerak dengan kain pita

Gb. 3 – 33. Pembalutan pada kepala dengan kain mitela

Gb. 3 – 34. Pembalutan pada sendi

Gb. 3 – 35. Balutan Spiral pada alat gerak dengan kain pita

Gb. 3 – 36. Balutan Recurrent pada amputasi

5.5      SYOK

Syok terjadi bila system peredaran darah (sirkulasi) gagal mengirimkan darah yang mengandung oksigen dan bahan nutrisi ke organ vital (terutama otak, jantung, dan paru-paru).

5.5.1     PENYEBAB

  1. Kegagalan jantung memompa darah
  2. Kehilangan darah dalam jumlah besar
  3. Pelebaran pembuluh darah yang luas, sehingga darah tidak dapat mengisinya dengan baik
  4. Kekurangan cairan tubuh yang banyak

 TANDA

  1. Pernafasan : cepat dan dangkal
  2. Nadi : cepat dan lemah
  3. Kulit : pucat, dingin, dan lembab
  4. Wajah : pucat, sianosis pada bibir, lidah, da cuping telinga
  5. Mata : pandangan hampa, pupil melebar
  6. Melemas, mungkin pingsan

5.5.2     GEJALA

  1. Mual, mungkin muntah
  2. Haus
  3. Lemah
  4. Pusing
  5. Gelisah dan takut mati

5.5.3     PENANGANAN SYOK

  1. Bawa penderita ke tempat yang teduh dan nyaman
  2. Tidurkan terlentang, tungkai ditinggikan 20-30 cm bila tidak ada kecurigaan patah tulang belakang atau patah tungkai.
  3. Pakaian penderita dilonggarkan
  4. Cegah kehlangan panas tubuh dengan beri selimut
  5. Tenangkan penderita
  6. Pastikan pernafasan baik
  7. Kontrol pendarahan dan rawat cedera lainnya bila ada
  8. Bila ada berikan oksigen sesuai protocol
  9. Jangan beri makan dan minim
  10. Periksa berkala tanda vital secara berkala
  11. Rujuk ke fasilitas kesehatan

6.            CIDERA JARINGAN LUNAK dan CIDERA KHUSUS

JANGAN BERSIHKAN PADA LUKANYA LANGSUNG, TAPI BERSIHKAN SEKITAR LUKANYA LEBIH DULU, LALU TUTUP DENGAN PENUTUP LUKA, SETELAH ITU DIBALUT DENGAN PEMBALUT LUKA.

6.1         CIDERA JARINGAN LUNAK

Pertolongan pertama cedera jaringan lunak berkaitan erat dengan perdarahan dan pertolongan pertama untuk mengatasinya. Hal ini karena cedera jaringan lunak adalah salah satu penyebab terjadinya perdarahan.

Apa sih yang dimaksud dengan cedera jaringan lunak?? Dalam bahasa sehari-hari, kita sering mengenal cedera jaringan lunak dengan istilah luka yaitu terputusnya keutuhan jaringan lunak baik di luar ataupun di dalam tubuh.

Jaringan lunak ini meliputi kulit, jaringan lemak, pembuluh darah, jaringan ikat, membran. kelenjar, otot dan saraf. Pada jaringan lunak, kulit bertindak sebagai pertahanan tubuh lapisan pertama terhadap gaya dari luar yang mudah mengalami cedera dan sangat jelas bila mengalami cedera.

Jika terjadi cedera jaringan lunak maka bisa menimbulkan beberapa komplikasi pada tubuh korban seperti perdarahan, kelumpuhan dan lainnya sesuai dengan luasnya dan jaringan lunak yang terkena.

  • Ada 2 kategori cidera jaringan lunak, yaitu     :
  1. Cidera Jaringan Lunak Terbuka
  2. Cidera Jaringan Lunak Tertutup

 

6.1.1      CIDERA JARINGAN LUNAK TERBUKA

  • Ø Ada 7 macam cidera jaringan lunak terbuka :

1.   Lecet / Abrasi
2.   Sayat

ü Untuk luka yang lebar, gunakan kain mitela lipatan 2.

ü Untuk luka pada sendi, gunakan kain mitela lipatan 4, dengan balutan spika.

ü Untuk luka yang kecil, gunakan kain mitela lipatan 8, dengan balutan spiral.

3.   Tusuk

ü Jangan cabut penusuknya, kecuali mengganggu jalan nafas. Stabilkan saja penusuknya menggunakan kain mitela dengan balutan donat, karena penusuknya berfungsi sebagai tampoon.

4.   Remuk

ü Lakukan pembidaian ( min. 2 buah ) pada bagian yang remuk.

5.   Gigitan

ü Sebaiknya untuk luka gigitan apapun kita asumsikan itu beracun. Gunakan Band-Aid elastis / Tensokrep dengan balutan spiral, lalu bawa ke Rumah Sakit.

6.   Tembak

ü Pada bagian vital, kita tidak dapat berbuat banyak. Pada bagian lain, tidak akan terasa sakit sebelum terkontaminasi dengan udara. Pada extrimitas atas dan extrimitas bawah jangan cabut proyektilnya, cukup hentikan perdarahannya.

7.   Amputasi

ü 6 – 8 jam  =  Golden Periode ( masih dapat disambung )

ü Ambil organ yang putus, masukkan ke wadah yang bersih dan kedap. Lalu mesukkan ke dalam es. Lalu balut lukanya menggunakan kain mitela dengan balutan recurrent. Lalu bawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan

6.1.2     CIDERA JARINGAN LUNAK TERTUTUP

  • Ø Ada 2 macam cidera jaringan lunak tertutup, yaitu       :
  • Ø Penanganan     :
  1. Terkilir
  2. Memar

1.   R          =          REST, Istirahatkan

I           =          ICE, ambil es batu

C          =          COMPRESS, lalu kompres

E          =          ELEVATION, angkat lebih tiggi dari jantung

Jika dalam 1 x 24 jam dengan cara tersebut diatas masih  belum baik, maka direndam dengan air hangat.

2.   Jangan diurut karena menyebabkan dilaktasi dan luka pada pembuluh darah.

Catatan :  Hanya Fraktur dan Dislokasi yang boleh diurut.

6.2         CIDERA KHUSUS

6.2.1      Haepitaxis / Mimisan

  • Ditengadahkan dan dipenceet hidungnya.
  • Periksa apakah ada cairan otak yang keluar.
  • Jangan disumbat, tapi ditutup saja dengan penutup luka dan plester.

6.2.2     Tertusuk dibagian Dada dan Leher

Pada bagian dada dan leher terdapat organ komponen sirkulasi dimana terjadinya gangguan pada organ tersebut dapat menyebabkan kematian.

Jika penusuknya harus dicabut, langsung tutup lukanya dengan tangan / platik agar kedap dan udara tidak masuk ke pembuluh darah.

6.2.3     Eviserasi ( Organ Perut Keluar )

Jangan direposisi, posisikan Litotomi. Gunakan balutan donat yang besar untuk menstabilkan organnya dan selalu disiram air supaya tidak lengket.

6.2.4     Korban Benturan Keras

ü  Curigai adanya trauma tulang belakang.

ü  Benturan keras di kepala ;

  • Periksa adanya cerebrospinalpluit yang keluar dari hidung dan kuping. Jika ada jangan disumbat, tapi ditutup saja.
  • Jika yang terbentur bagian sebelah kiri, biasanya yang cidera bagian sebelah kanan.

Fungsi Otak Kecil           :

Mengatur pernafasan,  Kesadaran  dan  Keseimbangan  Tubuh.

 

7.         PATAH TULANG / FRAKTUR dan PEMBIDAIAN

7.1      PATAH TULANG / FRAKTUR

7.1.1      DEFINISI

Terputusnya jaringan yang disebabkan oleh benturan / gesekan yang mengakibatkan sakit bila di gerakan

7.1.2      CIDERA OTOT RANGKA

Alat gerak yang terdiri dari tulang, sendi, jaringan ikat dan otot pada manusia sangat penting. Setiap cedera atau gangguan yang terjadi pada sistem ini akan mengakibatkan terganggunya pergerakan seseorang untuk sementara atau selamanya.

Gangguan yang paling sering dialami pada cedera otot rangka adalah Patah tulang. Pengertian patah tulang ialah terputusnya jaringan tulang, baik seluruhnya atau hanya sebagian saja.

7.1.3      PENYEBAB

Pada dasarnya tulang itu merupakan benda padat, namun masih sedikit memiliki kelenturan. Bila teregang melampau batas kelenturannya maka tulang tersebut akan patah.

 

7.1.4      CEDERA DAPAT TERJADI SEBAGAI AKIBAT :

1.      Gaya langsung.

Tulang langsung menerima gaya yang besar sehingga patah.

2.      Gaya tidak langsung.

Gaya yang terjadi pada satu bagian tubuh diteruskan ke bagian tubuh lainnya yang relatif lemah,sehingga akhirnya bagian lain inilah yang patah. Bagian yang menerima benturan langsung tidak mengalami cedera berarti.

3. Gaya puntir.

Selain gaya langsung, juga tulang dapat menerima puntiran atau terputar sampai patah. Ini sering terjadi pada lengan. Mekanisme terjadinya cedera harus diperhatikan pada kasus-kasus yang berhubungan dengan patah tulang.

Ini dapat memberikan gambaran kasar kepada kita seberapa berat cedera yang kita hadapi.

7.1.5      GEJALA DAN TANDA PATAH TULANG

Mengingat besarnya gaya yang diterima maka kadang kasus patah tulang gejalanya dapat tidak jelas. Beberapa gejala dan tanda yang mungkin dijumpai pada patah tulang :

  1. Terjadi perubahan bentuk pada anggota badan yang patah. Seeing merupakan satu-satunya tanda yang terlihat. Cara yang paling baik untuk menentukannya adalah dengan membandingkannya dengan sisi yang sehat.
  2. Nyeri di daerah yang patah dan kaku pada saat ditekan atau bila digerakkan.
  3. Bengkak, disertai memar / perubahan warna di daerah yang cedera.
  4. Terdengar suara berderak ( kripitus ) pada daerah yang patah (suara ini tidak perlu dibuktikan dengan menggerakkan bagian cedera tersebut).
  5. Mungkin terlihat bagian tulang yang patah pada luka.

7.1.6     PEMBAGIAN PATAH TULANG

Berdasarkan kedaruratannya patah tulang dibagi menjadi 2 yaitu :

1.   Patah tulang terbuka
2.   Patah tulang tertutup

Yang membedakannya adalah lapisan kulit di atas bagian yang patah. Pada patah tulang terbuka, kulit di permukaan daerah yang patah terluka. Pada kasus yang berat bagian tulang yang patah terlihat dari luar. Perbedaannya adalah jika ada luka maka kuman akan dengan mudah sampai ke tulang, sehingga dapat terjadi infeksi tulang. Patah tulang terbuka termasuk kedaruratan segera.

7.1.7     PERTOLONGAN CEDERA ALAT GERAK

  1. Lakukan penilaian dini.
  2. Lakukan pemeriksaan fisik.
  3. Stabilkan bagian yang patah secara manual, pegang sisi sebelah atas dan sebelah bawah cedera, jangan sampai menambah rasa sakit penderita.
  4. Paparkan seluruh bagian yang diduga cedera.
  5. Atasi perdarahan dan rawat luka bila ada.
  6. Siapkan semua peralatan dan bahan untuk membidai.
  7. Lakukan pembidaian.
  8. Kurangi rasa sakit.
  • Kenali dan atasi keadaan yang mengancam jiwa.
  • Jangan terpancing oleh cedera yang terlihat berat.
  • Istirahatkan bagian yang cedera.
  • Kompres es bagian yang cedera (khususnya pada patah tulang tertutup).
  • Baringkan penderita pada posisi yang nyaman.

7.2         PEMBIDAIAN

Penanganan patah tulang yang paling utama adalah dengan melakukan pembidaian. Pembidaian adalah berbagai tindakan dan upaya untuk mengistirahatkan bagian yang patah.

7.2.1     TUJUAN PEMBIDAIAN

  1. Mencegah pergerakan/pergeseran dari ujung tulang yang patah.
  2. Mengurangi terjadinya cedera baru disekitar bagian tulang yang patah.
  3. Memberi istirahat pada anggota badan yang patah.
  4. Mengurangi rasa nyeri.
  5. Mempercepat penyembuhan

7.2.2     BEBERAPA MACAM JENIS BIDAI

1.      Bidai Keras. Umumnya terbuat dari kayu, alumunium, karton, plastik atau bahan lain yang kuat dan ringan. Pada dasarnya merupakan bidai yang paling baik dan sempurna dalam keadaan darurat. Kesulitannya adalah mendapatkan bahan yang memenuhi syarat di lapangan.

Contoh : bidai kayu, bidai udara, bidai vakum.

2.      Bidai Traksi. Bidai bentuk jadi dan bervariasi tergantung dari pembuatannya, hanya dipergunakan oleh tenaga yang terlatih khusus, umumnya dipakai pada patah tulang paha.

Contoh : bidai traksi tulang paha.

3.      Bidai Improvisasi. Bidai yang dibuat dengan bahan yang cukup kuat dan ringan untuk penopang. Pembuatannya sangat tergantung dari bahan yang tersedia dan kemampuan improvisasi si penolong.

Contoh : majalah, koran, karton dan lain-lain.

4.      Gendongan / Belat dan Bebat. Pembidaian dengan menggunakan pembalut, umumnya dipakai mitela (kain segitiga) dan memanfaatkan tubuh penderita sebagai sarana untuk menghentikan pergerakan daerah cedera.

Contoh : gendongan lengan.

7.2.3      PEDOMAN UMUM PEMBIDAIAN

Membidai dengan bidai jadi ataupun improvisasi, haruslah tetap mengikuti pedoman umum. Adapun pedoman – pedoman tersebut antara lain adalah sebagai berikut     :

  1. Sedapat mungkin beritahukan rencana tindakan kepada penderita.
  2. Sebelum membidai paparkan seluruh bagian yang cedera dan rawat perdarahan bila ada.
  3. Selalu buka atau bebaskan pakaian pada daerah sendi sebelum membidai, buka perhiasan di daerah patah atau di bagian distalnya.
  4. Nilai gerakan-sensasi-sirkulasi (GSS) pada bagian distal cedera sebelum melakukan pembidaian.
  5. Siapkan alat-alat selengkapnya.
  6. Jangan berupaya merubah posisi bagian yang cedera. Upayakan membidai dalam posisi ketika ditemukan.
  7. Jangan berusaha memasukkan bagian tulang yang patah.
  8. Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah. Sebelum dipasang diukur lebih dulu pada anggota badan penderita yang sehat.
  9. Bila cedera terjadi pada sendi, bidai kedua tulang yang mengapit sendi tersebut. Upayakan juga membidai sendi distalnya.
  10. Lapisi bidai dengan bahan yang lunak, bila memungkinkan.
  11. Isilah bagian yang kosong antara tubuh dengan bidai dengan bahan pelapis.
  12. Ikatan jangan terlalu keras dan jangan longgar.
  13. Ikatan harus cukup jumlahnya, dimulai dari sendi yang banyak bergerak, kemudian sendi atas dari tulang yang patah.
  14. Selesai dilakukan pembidaian, dilakukan pemeriksaan GSS kembali, bandingkan dengan pemeriksaan GSS yang pertama.
  15. Jangan membidai berlebihan.

Gb. 3 – 37. Pembidaian secara umum ( patah tulang hasta )


8.        LUKA BAKAR

8.1      SEBAB

ü  Panas

ü  Kimia

ü  Listrik

ü  Radiasi

8.2      PENGGOLONGAN

Berdasarkan dalamnya luka bakar dibagi menjadi :

1.  Luka bakar superfisial (derajat satu)

Yang terbakar hanya meliputi lapisan kulit yang paling atas saja ( dermis ).

Ditandai dengan kemerahan, nyeri dan kadang-kadang bengkak

2.  Luka bakar derajat dua (sedikit lebih dalam)

Yang terbakar meliputi lapisan paling luar kulit yang rusak dan lapisan dibawahnya terganggu ( epidermis ).

Luka bakar jenis ini paling sakit, ditandai dengan gelembung-gelembung pada kulit berisi cairan, bengkak, kulti kemerahan atau putih, lembab dan rusak.

3.  Luka bakar derajat tiga

Lapisan yang terkena ( bakar ) tidak terbatas, bahkan dapat sampai ke tulang dan organ dalam.

Luka bakar ini paling berat dan ditandai dengan kulit biasanya kering, pucat atau putih, namun dapat juga gosong dan hitam. Dapat diikuti dengan mati rasa karena kerusakan saraf.

Daerah disekitarnya nyeri. Berbeda dengan derajat satu dan dua luka bakar derajat tiga tidak menimbulkan nyeri.

8.3   LUAS LUKA BAKAR

8.3.1     Rumus Sembilan ( Rules Nine ) Luka Bakar

BAGIAN

DEWASA

ANAK

KEPALA

9 % 

18 %

EXTRIMITAS ATAS

@ 9 %  =  18 %

@ 9 %  =  18 %

TUBUH DEPAN

18 %

18 %

TUBUH BELAKANG

18 %

18 %

KEMALUAN / GENITAL

1 %

EXTRIMITAS BAWAH

@ 18 % =  36 %

@ 14 % =  28 %

PADA ANAK, GENITAL DIGABUNG DENGAN EXTRIMITAS ATAS

8.3.2     Rumus telapak tangan

Cara lain untuk menghitung luas luka bakar adalah Membanding-kannya dengan luas telapak tangan korban. Telapak tangan korban dianggap memiliki luas 1% luas permukaan tubuh.

Perlu diingat bahwa perhitungan luas luka bakar dihitung berdasarkan masing-masing derajat luka bakar.

8.4      DERAJAT BERAT LUKA BAKAR

Dalam menilai Derajat Berat Luka Bakar ditentukan oleh dua faktor utama yaitu luasnya permukaan tubuh yang mengalami luka bakar dan lokasinya.

1.   Luka bakar ringan

  • Luka bakar derajat tiga kurang dari 2% luas, kecuali pada wajah, tangan, kaki, kemaluan atau saluran napas.
  • Luka bakar derajat dua kurang dari 15%.
  • Luka bakar derajat satu sampai dengan dari 50%.

2.   Luka bakar sedang

  • Luka bakar derajat tiga antara 2% sampai 10%, kecuali pada wajah, tangan, kaki, kemaluan atau saluran napas.
  • Luka bakar derajat dua antara 15% sampai 30%.
  • Luka bakar derajat satu lebih dari 50%.

3.   Luka bakar berat

  • Semua luka bakar yang disertai cedera pada saluran napas, cedera jaringan lunak dan cedera tulang.
  • Luka bakar derajat dua atau tiga pada wajah, tangan, kaki, kemaluan atau saluran napas.
  • Luka bakar derajat tiga di atas 10%.
  • Luka bakar derajat dua lebih dari 30%.
  • Luka bakar yang disertai cedera alat gerak ( extrimitas )
  • Luka bakar mengelilingi alat gerak
  • Luka Bakar CIRCUMVERRENCIAL = Luka Bakar Yang Meninggalkan Tanda Dari Logam
  • Luka Bakar INHALASI = Luka Bakar Pada Saluran Pernafasan

8.5      BEBERAPA PENYULIT PADA LUKA BAKAR

  1. Usia penderita, biasanya mereka dengan usia kurang dari 5 tahun atau lebih dari 55 tahun. Penanganan kelompok usia ini biasanya lebih sulit.
  2. Adanya penyakit penyerta. Proses penatalaksanaan sering menjadi sukar dan berkepanjangan.

8.6      PENATALAKSANAAN LUKA BAKAR

Dalam menangani kasus Luka Bakar, pertama-tama harus diperhatikan       :

ü  Keamanan keadaan

ü  Keamanan penolong dan orang lain

1.   Hentikan proses luka bakarnya. Alirkan air dingin pada bagian yang terkena.

Bila ada bahan kimia alirkan air terus menerus sekurang-kurangnya selama 20 menit

2.   Buka pakaian, perhiasan dan lainnya yang mengandung logam.

3.   Lakukan penilaian dini

4.   Berikan pernapasan buatan bila perlu

5.   Tentukan derajat berat dan luas luka bakar
6.   Tutup luka bakar dengan penutup luka dan pembalut longgar, jangan memecahkan gelembungnya.

Bila yang terbakar adalah jari-jari maka balut masing-masing jari tersendiri

7.   Upayakan penderita senyaman mungkin


9.        KERACUNAN

Racun adalah zat yang ketika tertelan, terisap, diabsorbsi, menempel pada kulit atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relative kecil menyebabkan cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia.

Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya. Keracunan melalui inhalasi dan menelan materi  toksik, baik kecelakaan dan karena kesengajaan, merupakan kondisi bahaya kesehatan.

9.1      BAHAN PENYEBAB KERACUNAN

Ada berbagai macam kelompok bahan yang dapat menyebabkan keracunan, antara lain :

  1. Bahan kimia umum ( Chemical toxicants ) yang terdiri dari berbagai golongan, seperti pestisida ( organoklorin, organofosfat, karbamat ), golongan gas ( nitrogen, metana, karbon monoksida, klor ), golongan logam (timbal, posfor, air raksa, arsen), golongan bahan organik ( akrilamida, anilin, benzena toluene, vinil klorida fenol ).
  2. Racun yang dihasilkan oleh makluk hidup ( Biological toxicants ) mis : sengatan serangga, gigitan ular berbisa , anjing dll.
  3. Racun yang dihasilkan oleh jenis bakteri ( Bacterial toxicants ) mis : Bacillus cereus, Compilobacter jejuni, Clostridium botulinum, Escherichia coli dll.
  4. Racun yang dihasilkan oleh tumbuh tumbuhan ( Botanical toxicants ) mis : jamur amnita, jamur psilosibin, oleander, kecubung dll,

9.1.1     CARA TERJADINYA KERACUNAN PADA MANUSIA

–          Sengaja bunuh diri

–          Keracunan tidak di sengaja

9.1.2     JALUR MASUK RACUN KE TUBUH MANUSIA

–          Keracunan melalui mulut / alat pencernaan

–          Keracunan melalui pernapasan

–          Keracunan melalui kulit

–          Keracunan melalui suntikan atau gigitan

9.1.3     GEJALA DAN TANDA KERACUNAN SECARA UMUM

–          Riwayat yang berhubungan dengan proses keracunan

–          Penurunan respon

–          Gangguan pernapasan

–          Nyeri kepala,pusing gangguan penglihatan

–          Mual muntah, Kejang – kejang

–          Lemas , lumpuh, kesemutan

–          Pucat perubahan warna pada lidah,Bibir

9.1.4     GEJALA DAN TANDA KERACUNAN SECARA KHAS

1.    Keracunan melalui mulut :

–            Mual , muntah

–            Nyeri perut

–            Diare

–            Napas / mulut berbau

–            Suara parau nyeri saluran cerna ( Mulut dan kerongkongan )

2.    Keracunan melalui pernapasan :

–  Sesak napas

–  Napas berbau

–  Perubahan warna pada bibir lidah dan kuping telinga

3.    Keracunan melalui kulit :

Daerah kontak berwarna kemerahan , nyeri, melepuh, dan meluas.

Banyak sekali gejala dan tanda tanda keracunan yang mirip dengan gejala atau tanda dari suatu penyakit, seperti kejang, stroke dan reaksi insulin. Seseorang yang telah mengalami keracunan kadang dapat diketahui dengan adanya gejala keracunan.

Gejala gejala keracunan tersebut secara umum dapat berupa gejala non spesifik dan spesifik, namun kadang kadang sulit untuk menentukan adanya keracunan hanya dengan melihat gejala gejala saja. Perlu dilakukan tindakan untuk memastikan telah terjadi keracunan dengan melakukan pemeriksaan laboratorium. Pemerikasaan laboratorium ini dapat dilakukan melalui pemeriksaan periodik urin, tinja, darah, kuku, rambut dan lain lain.

Bila dicurigai telah terjadi keracunan bahan kimia atau obat-obatan, maka perlu diidentifikasi tanda dan gejala yang muncul seperti tersebut dibawah ini ;

  1. Luka bakar atau kemerahan di sekitar mulut dan bibir yang mungkin akibat menelan bahan kimia korosif.
  2. Bau napas seperti bau bahan kimia, contoh bensin, minyak tanah dan cat.
  3. Adanya bercak atau bau bahan pada tubuh korban, baik pada pakaian atau pada furnitur, pada lantai atau objek disekitar korban.
  4. Tempat obat yang telah kosong atau adanya tablet / pil yang berserakan.
  5. Muntah, mulut berbuih, sulit bernapas, rasa kantuk yang berat, kebingungan atau gejala lain yang tidak diharapkan.

9.2   USAHA USAHA PENCEGAHAN TERJADINYA KERACUNAN

Usaha usaha pencegahan keracunan perlu dilakukan di tempat dimana bahan bahan kimia tersebut sering digunakan. Rumah tangga merupakan salah satu tempat penggunaan produk produk industri, sehingga perlu dilakukan langkah langkah praktis untuk pencegahan terjadinya keracunan, disamping itu pada tempat tempat kerja baik pada industri kecil ( home industri ) maupun industri besar merupakan tempat utama terdapatnya bahan bahan kimia baik sebagai bahan baku maupun sebagai hasil produk dari industri yang siap diedarkan kepada masyarakat.

 

9.2.1     PENANGANAN KERACUNAN SECARA UMUM

1.    Cari tau jenis racun yang mengenainya.
2.    Pengamanan sekitar, terutama bila berhubungan dengan gigitan
3.    Pengamanan penderita dan penolong bila berada di daerah dengan gas beracun
4.    Keluarkan penderita dari daerah berbahaya bila memungkinkan
5.    Bila racun melalui jalur kontak maka buka baju penderita dan bersihkan sisa bahan racun bila ada lalu bilaslah daerah yang terkena dg air
6.    Pantaulah tanda vital
7.    Awasi jalan napas , terutama bila respon menurun atau penderita muntah
8.    Beri oksigen bila ada sesuai dengan ketentuan , khususnya pada keracunan melalui udara
9.    Rujuk ke rumah sakit

9.2.2     ZAT / OBAT PELUNAK RACUN

1.      Putih Telur ( 60 – 100 cc )
2.      Susu, Air Putih
3.      Larutan Tepung Kanji atau Tepung Beras
4.      Mentega
5.      Norit ( Bubuk Arang Batok Kelapa )
6.      Minyak Tumbuh – tumbuhan
7.      Parafin Cair

Catatan : Minyak dan Mentega tidak untuk keracunan obat serangga.

9.2.3     ZAT – ZAT PERANGSANG MUNTAH

1.      Garam Dapur, 1 – 2 sendok makan dalam 1 gelas air.
2.      Mustard, 1 – 2 sendok makan dalam 1 gelas air.
3.      Soda Kue.

9.3      KERACUNAN MAKANAN

9.3.1   PERTOLONGAN PERTAMA PADA KERACUNAN MAKANAN SECARA UMUM

  1. Untuk mengurangi kekuatan racun, berikan air putih sebanyak-banyaknya atau diberi susu yang telah dicampur dengan telur mentah.
  2. Agar perut terbebas dari racun, berikan norit dengan dosis 3-4 tablet selama 3 kali berturut-turut dalam setia jamnya.
  3. Air santan kental dan air kelapa hijau yang dicampur 1 sendok makan garam dapat menjadi alternative jika norit tidak tersedia.
  4. Jika penderita dalam kondisi sadar, usahakan agar muntah. Lakukan dengan cara memasukan jari pada kerongkongan leher dan posisi badan lebih tinggi dari kepala untuk memudahkan kontraksi
  5. Apabila penderita dalam keadaan pingsan, bawa segera ke rumah sakit atau dokter terdekat untuk mendapatkan perawatan intensif.

9.3.2  KERACUNAN SINGKONG ATAU KARA BENGUK.

Diatasi dengan minum air kelapa hijau yang diberi sedikit garam. Dapat juga dicampur gula kelapa.

9.3.3  KERACUNAN JAMUR.

Untuk mengobatinya minumlah sebutir telur ayam yang sudah dikocok. Berikan juga santan kental atau air kelapa hijau satu gelas.

9.3.4  KERACUNAN MAKANAN BUSUK.

Misalnya daging kalengan. Berikan norit dan usahakan agar muntah.

9.3.5  KERACUNAN MAKANAN LAUT.

Usahakan agar penderita muntah, lalu minumkan air kelapa hijau. Supaya cepat muntah, penderita minum telur mentah yang sudah dikocok atau susu sapi mentah.

9.3.6  KERACUNAN DAGING ATAU IKAN BUSUK.

Minumlah segelas santan kelapa yang kental. Susul dengan minum air kelapa muda. Dapat juga ditambahkan 20 g kaolin pada air kelapa tersebut.

9.3.7  KERACUNAN JENGKOL

Keracunan jengkol terjadi karena terbentuknya kristal asam jengkol dalam saluran kencing. Ada beberapa hal yang diduga mempengaruhi timbulnya keracunan yaitu jumlah yang dimakan, cara penghidangan dan makanan penyerta lainnya.

  • Ø Tanda dan Gejala :
  1. Nafas, mulut dan air kemih penderita berbau jengkol
  2. Sakit pinggang yang diserta sakit perut
  3. Nyeri waktu buang air kecil
  4. Buang air kecil disertai darah.
  • Ø Pertolongan Pertama:
  1. Minum air putih yang banyak
  2. Obat penghilang rasa sakit dapat diberikan untuk menghilang-kan rasa sakitnya.
  3. Segera kirim ke puskesmas / rumah sakit

9.4   KERACUNAN BAHAN KIMIA / OBAT-OBATAN

9.4.1     PERTOLONGAN PERTAMA PADA KERACUNAN BAHAN KIMIA / OBAT – OBATAN SECARA UMUM

  1. Usahakan agar dimuntahkan kembali, kecuali asam basa.
  2. Berikan oksigen atau pernapasan buatan jika perlu.
  3. Lakukan pembilasan lambung
  4. Berikan obat pelunak racun
  5. Selimuti korban
  6. Bawa ke RS

9.4.2     ZAT/OBAT YANG DIGUNAKAN UNTUK PERTOLONGAN PERTAMA KERACUNAN OBAT / BAHAN KIMIA SECARA KHUSUS

A.  Keracunan Asam Keras
1.   Larutan encer soda kue dalam air
2.   100 gr kapur tulis dilarutkan dalam air
3.   Serpihan tembok dilarutkan dalam air
4.   Larutan sabun dalam air

5.   Larutan Kalsium Hidroksida (Ca OH) atau Lime Water 200 cc.

B.  Keracunan Basa Keras
1.   Cuka Dapur 100 – 200 cc
2.   Air jeruk 100 – 200 cc
3.   Asam Chlorida ( Hcl ) 100 – 200 cc

 

9.4.3     KERACUNAN ASETAMINOFEN

Lebih dari 100 jenis produk yang mengandung asetaminofen bisa dibeli secara bebas, tanpa resep dokter. Sediaan untuk anak-anak tersedia dalam bentuk sirup, tablet dan kapsul. Asetaminofen bisa ditemukan dalam beberapa obat berikut:

* Tylenol

* Anacin-3

* Liquiprin

* Panadol

* Tempra.

9.4.3.1     Kandungan asetaminofen dalam beberapa jenis  obat dan kekuatannya:

1.   Supositoria (tablet/kapsul yang dimasukkan ke dalam anus atau vagina) : 120 mg, 125 mg, 300 mg, 600 mg

Tablet kunyah : 80 mg

Kekuatan normal : 325 mg

Kekuatan ekstra : 500 mg

2.   Elixir: 325 mg/sendok teh, 160 mg/sendok teh, 120 mg/ sendok teh

Sirup : 160 mg/sendok teh, 130 mg/sendok teh

Obat tetes : 100 mg/mL, 120 mg/2,5 mL

Asetaminofen adalah obat yang sangat aman, tetapi bukan berarti tidak berbahaya. Sejumlah besar asetaminofen akan melebihi kapasitas kerja hati, sehingga hati tidak lagi dapat menguraikannya menjadi bahan yang tidak berbahaya. Akibatnya, terbentuk suatu zat racun yang dapat merusak hati. Keracunan asetaminofen pada anak-anak yang belum mencapai masa puber, jarang berakibat fatal. Pada anak-anak yang berumur lebih dari 12 tahun, overdosis asetaminofen bisa menyebakban kerusakan hati.

9.4.3.2     Tanda dan Gejala keracunan asetaminofen terjadi melalui 4 tahapan:

1.  Stadium I ( beberapa jam pertama ) : belum tampak.
2.  Stadium II ( setelah 24 jam ) : mual dan muntah; hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa hati tidak berfungsi secara normal.
3.  Stadium III ( 3 – 5 hari kemudian ) : muntah terus berlanjut; pemeriksaan menunjukkan bahwa hati hampir tidak berfungsi, muncul gejala kegagalan hati.
4.  Stadium IV ( setelah 5 hari ) : penderita membaik atau meninggal akibat gagal hati.

9.4.3.3     Tanda dan Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:

–       Berkeringat

–       Kejang

–       Nyeri atau Pembengkakan di daerah lambung

–       Nyeri atau Pembengkakan di perut bagian atas

–       Diare

–       Nafsu makan berkurang

–       Mual dan/atau muntah

–       Rewel

–       Koma.

Tanda dan Gejala mungkin baru timbul 12 jam atau lebih setelah mengkonsumsi asetaminofen. Tindakan darurat yang dapat dilakukan di rumah adalah segera memberikan sirup ipekak untuk merangsang muntah dan mengosongkan lambung.

9.4.4      KERACUNAN ASPIRIN (ASETOSAL)

Aspirin atau obat yang mirip dengan Aspirin (salisilat) biasanya tidak dianjurkan diberikan  kepada anak-anak dan remaja karena memiliki resiko terjadinya sindroma Reye. Tetapi pada penyakit tertentu (misalnya artritis rematoid juvenil) pemberian Aspirin kepada anak-anak / remaja dibenarkan / diperlukan. Aspirin ditemukan pada:

* Aspirin

* Ecotrin

* Anacin (kaplet dan tablet)

* Alka Seltzer

* Bufferin.

Overdosis Aspirin (salisilisme) pada anak yang telah meminum Aspirin dosis tinggi selama beberapa hari biasanya lebih berat. Bentuk salisilat yang paling beracun adalah minyak wintergreen (metil salisilat), yang merupakan komponen dari obat gosok dan larutan penghangat. Seorang anak dapat meninggal karena menelan kurang dari 1 sendok teh metil salisilat murni.

Tanda dan Gejala awal dari salisilisme adalah mual dan muntah, diikuti dengan pernafasan yang cepat, hiperaktivitas, peningkatan suhu tubuh dan kadang kejang. Anak menjadi mengantuk, mengalami kesulitan dalam bernafas dan pingsan. Kadar Aspirin yang tinggi dalam darah menyebabkan anak menjadi sering berkemih, dan hal ini bisa menyebabkan dehidrasi.

Untuk pertolongan pertama dilakukan pengurasan lambung sesegera mungkin. Jika anak dalam keadaan sadar, diberikan arang aktif melalui mulut atau melalui selang yang dimasukkan ke dalam lambung. Untuk mengatasi dehidrasi ringan, anak diharuskan minum sebanyak mungkin ( susu maupun jus buah ). Untuk dehidrasi yang lebih berat, diberikan cairan melalui infus. Demam diatasi dengan kompres hangat. Kadar yang bisa menimbulkan keracunan adalah 150-300 mg/kg berat badan. Berikan susu atau santan kelapa. Usahakan agar muntah.

9.4.5     KERACUNAN BAHAN KAUSTIK

Yang dimaksud dengan bahan kaustik adalah asam dan alkali kuat. Bahan kaustik (jika tertelan) bisa menyebabkan luka bakar dan secara langsung menyebabkan kerusakan pada mulut, kerongkongan serta lambung.

Beberapa keperluan rumah tangga yang mengandung bahan kaustik adalah pembersih jamban dan sabun pencuci piring; beberapa diantaranya mengandung bahan kaustik yang paling berbahaya, yaitu natrium hidroksida dan asam sulfat. Bahan tersebut terdapat dalam bentuk padat maupun cair. Pada sediaan padat, rasa panas yang ditimbulkan menempel pada permukaan yang lembab sehingga anak segera berhenti memakannya. Sedangkan sediaan cair tidak menempel, lebih mudah ditelan dan bisa menyebabkan kerusakan pada seluruh bagian kerongkongan.

Tanda dan gejala yang terjadi biasanya segera timbul nyeri dan sifatnya bisa berat. Daerah yang terbakar menjadi bengkak dan menelan menimbulkan nyeri. Pernafasan menjadi dangkal, dengan denyut nadi yang cepat dan lemah. Kadang pembengkakan menyebabkan tersumbatnya saluran udara. Sering terjadi syok (tekanan darah sangat rendah).

Bahan kaustik menyebabkan kerusakan pada dinding kerongkongan atau lambung. Satu minggu atau lebih setelah keracunan, pada dinding kerongkongan maupun lambung yang mengalami kerusakan bisa terjadi perforasi (pembentukan lubang), yang kemungkinan disebabkan oleh muntah maupun batuk. Anak yang berhasil melalui masa awal kerusakan pada akhirnya bisa meninggal akibat infeksi karena bahan kaustik dari kerongkongan merembes ke dalam rongga dada. Meskipun pada awalnya hanya menimbulkan gejala yang rignan, tetapi beberapa minggu kemudian bisa terjadi penyempitan pada kerongkongan.

Pada kasus berat dengan bahan kaustik yang sangat kuat, kematian terjadi akibat:

–          tekanan darah yang sangat rendah

–          penyumbatan saluran pernafasan

–          perforasi kerongkongan

–          kerusakan jaringan

–          peradangan paru-paru.

Untuk melarutkan bahan kaustik, sebaiknya anak diberikan minum sebanyak mungkin, yang terbaik adalah minum susu. Susu tidak hanya bersifat melindungi dan melembutkan selaput lendir, tetapi juga merupakan pengganti dari protein jaringan yang merupakan target dari bahan kaustik. Jika minum susu, berikan tablet kapur. Cuci perut dengan garam inggeris.

Baju yang terkena bahan kaustik segera dilepas dan kulit yang terkena segera dicuci bersih. Sebaiknya tidak dilakukan perangsangan muntah dan pengurasan lambung karena bisa memperburuk kerusakan yang telah terjadi. Antibiotik diberikan jika anak mengalami demam atau terdapat tanda-tanda perforasi kerongkongan. Pada kasus yang ringan, anak didorong untuk minum sebanyak mungkin cairan. Jika anak tidak mau minum, cairan bisa diberikan melalui infus.

9.4.6     KERACUNAN TIMAH HITAM

Keracunan timah hitam (plumbisme) biasanya merupakan suatu keadaan kronis (menahun) dan kadang gejalanya kambuh secara periodik. Kerusakan yang terjadi bisa bersifat permanen (misalnya gangguan kecerdasan pada anak-anak dan penyakit ginjal progresif pada dewasa). Timah hitam ditemukan pada

* Pelapis keramik

* Cat

* Batere

* Solder

* Mainan.

  • Pemaparan oleh timah hitam dalam jumlah relatif besar bisa terjadi melalui beberapa cara  :

–       Menelan serpihan cat yang mengandung timah hitam

–       Membiarkan alat logam yang mengandung timah hitam (misalnya peluru, pemberat tirai, pemberat alat pancing atau perhiasan) tetap berada dalam lambung atau persendian, dimana secara perlahan timah hitam akan larut

–       Meminum minuman asam atau memakan makanan asam yang telah terkontaminasi karena disimpan di dalam alat keramik yang dilapisi oleh timah hitam (misalnya buah, jus buah, minuman berkola, tomat, jus tomat, anggur, jus apel)

–       Membakar kayu yang dicat dengan cat yang mengandung timah hitam atau batere di dapur atau perapian

–       Mengkonsumsi obat tradisional yang mengandung senyawa timah hitam

–       Menggunakan perabotan keramik atau kaca yang dilapisi timah hitam untuk menyimpan atau menyajikan makanan

–       Minum wiski atau anggur yang terkontaminasi oleh timah hitam

–       Menghirup asap dari bensin yang mengandung timah hitam

–       Bekerja di tempat pengolahan timah hitam tanpa menggunakan alat pelindung (seperti respirator, ventilasi maupun penekan debu).

Pemaparan timah hitam dalam jumlah yang lebih kecil, terutama melalui debu atau tanah yang telah terkontaminasi oleh timah hitam, bisa meningkatkan kadar timah hitam pada anak-anak; karena itu perlu diberikan pengobatan meskipun tidak ditemukan gejala.

Pada anak-anak, gejalanya diawali dengan rewel dan berkurangnya aktivitas bermain selama beberapa minggu. Kemudian gejala yang serius timbul secara mendadak dan dalam waktu 1-5 hari menjadi semakin memburuk, yaitu berupa:

–          Muntah menyembur yang berlangsung terus menerus

–          Berjalan goyah/limbung

–          Kejang

–          Linglung

–          Mengantuk

–          Kejang yang tak terkendali dan koma.

Pada dewasa, serangkaian gejala yang khas bisa timbul dalam waktu beberapa minggu atau lebih, yaitu berupa perubahan kepribadian, sakit kepala, di dalam mulut terasa logam, nafsu makan berkurang dan nyeri perut samar-samar yang berakhir dengan muntah, sembelit serta nyeri kram perut. Pada dewasa jarang terjadi kerusakan otak.

Gejala kerusakan otak tersebut terutama terjadi akibat pembengkakan otak. Baik pada anak-anak maupun dewasa bisa terjadi anemia. Beberapa gejala bisa menghilang secara spontan, tetapi jika kembali terjadi pemaparan oleh timah hitam, gejalanya akan kembali memburuk.

Resiko tinggi ditemukan pada anak-anak yang tinggal di rumah tua / lama yang dicat dengan cat yang mengandung timah hitam.

Kapsul succimer akan berikatan dengan timah hitam dan membantu melarutkannya di dalam cairan tubuh sehingga dapat dibuang ke dalam air kemih. Efek sampingnya adalah ruam kulit, mual, muntah, diare, nafsu makan berkurang, terasa logam di mulut dan kelainan pada fungsi hati (kadar transaminase).

Pemulihan sempurna mungkin memerlukan waktu beberapa bulan sampai beberapa tahun, dan kemungkinan akan meninggalkan efek saraf yang permanen. Setelah mengalami keracunan timah hitam, sistem saraf dan otot bisa tidak berfungsi sebagaimana mestinya, Sistem pembuluh darah dan ginjal juga bisa mengalami gangguan. Anak yang bertahan hidup bisa mengalami kerusakan otak yang permanen.

9.4.7     KERACUNAN ZAT BESI

Sejumlah besar zat besi bisa menyebabkan diare, muntah, peningkatan jumlah sel darah putih dan kadar gula darah yang tinggi. Jika dalam waktu 6 jam pertama tidak timbul gejala dan kadar zat besi di dalam darah rendah, maka kecil kemungkinan terjadinya keracunan. Zat besi ditemukan pada:

* Fero-sulfat (Feosol, Slow Fe)

* Fero-glukonat (Fergon)

* Fero-fumarat (Femiron, Feostat)

* Suplemen mineral

* Suplemen vitamin.

  • Gejala overdosis zat besi biasanya terjadi melalui beberapa  tahap:

1.   Stadium 1 ( dalam waktu 6 jam )

–          muntah

–          rewel

–          diare

–          nyeri perut

–          kejang

–          mengantuk

–          penurunan kesadaran

–          perdarahan lambung (gastritis hemoragika) akibat iritasi saluran pencernaan.

Jika kadar zat besi di dalam darah tinggi, juga bisa terjadi:

–          pernafasan dan denyut nadi cepat

–          tekanan darah rendah

–          peningkatan keasaman darah.

Tekanan darah yang sangat rendah atau penurunan kesadaran selama 6 jam pertama menunjukkan bahwa keadaannya sangat serius.

2.   Stadium 2 (dalam waktu 10-14 jam)

terjadi perbaikan semu yang berlangsung selama 24 jam.

3.   Stadium 3 (antara 12-48 jam).

Bisa terjadi syok (tekanan darah sangat rendah), aliran darah ke jaringan berkurang dan kadar gula darah turun. Kadar zat besi dalam darah mungkin normal, tetapi pemeriksaan menunjukkan adanya kerusakan hati.

Gejala lainnya adalah:

–            demam

–            peningkatan jumlah sel darah putih

–            kelainan perdarahan

–            kelainan konduksi listrik di jantung

–            disorientasi

–            gelisah

–            mengantuk

–            kejang

–            penurunan kesadaran.

–            Bisa terjadi kematian.

4.   Stadium 4 (setelah 2-5 minggu)

Bisa terjadi komplikasi seperti penyumbatan usus, sirosis atau kerusakan otak. Jika hasil pemeriksaan darah menunjukkan kadar zat besi yang rendah, dilakukan observasi selama 6 jam dan jika tidak timbul gejala, anak tidak perlu dirawat. Jika kadar zat besi tinggi atau timbul gejala, maka anak perlu dirawat.

Di rumah sakit dilakukan pengurasan lambung. Digunakan arang aktif, meskipun tidak banyak menyerap zat besi. Mungkin perlu dilakukan pencucian usus untuk membuang zat besi.

Resiko kematian pada anak yang mengalami syok dan kesadarannya menurun adalah sebesar 10%. Kematian bisa terjadi bahkan dalam waktu 1 minggu setelah keracunan, tetapi jika dalam waktu 48 jam gejala-gejalanya telah hilang, maka akan terjadi pemulihan sempurna.

9.4.8     KERACUNAN HIDROKARBON

Hidrokarbon adalah senyawa organik yang hanya terdiri dari hidrogen dan karbon. Hidrokarbon banyak ditemukan di dalam minyak bumi, gas alam dan batubara. Keracunan hidrokarbon biasanya terjadi karena anak menelan hasil penyulingan minyak bumi, seperti bensin, minyak tanah, pengencer cat dan hidrokarbon terhalogenasi (misalnya karbon tetraklorida yang banyak ditemukan di dalam larutan dan pencair dry-cleaning atau etilen diklorida).

Kematian banyak terjadi pada remaja yang dengan sengaja menghirup atsiri. Sejumlah kecil bahan tersebut (terutama dalam bentuk cairan yang mudah mengalir) bisa masuk ke dalam paru-paru dan menyebabkan kerusakan pada paru-paru. Cairan yang lebih kental, yang digunakan pada semir furnitur, sangat berbahaya karena bisa menyebabkan iritasi dan pneumonia aspirasi yang berat.

Gejalanya terutama menyerang paru-paru dan usus; pada kasus yang sangat berat juga menyerang otak. Tandanya pada awalnya anak mengalami batuk dan tersedak, kemudian pernafasan menjadi cepat. Kulitnya tampak kebiruan karena berkurangnya kadar oksigen dalam darah. Selanjutnya terjadi muntah dan batuk yang menetap disertai megap-megap.

Pada anak yang lebih besar, sebelum terjadinya muntah, mereka mengeluh merasa terbakar / panas di lambung. Gejala neurologis meliputi mengantuk, koma dan kejang. Gejala yang lebih berat ditemukan pada anak yang telah menelan cairan yang lebih encer, minyak anjing laut mineral atau hidrokarbon halogenasi (misalnya karbon tetraklorida).

Jika anak berada dalam keadaan sadar, segera minum segelas susu untuk melarutkan bahan yang tertelan dan mengurangi peradangan lambung. Jika terdapat tanda-tanda pneumonia (misalnya pernafasan cepat, denyut jantung cepat atau batuk), anak harus dibawa ke rumah sakit. Jika terjadi pneumonia diberikan terapi oksigen, ventilator, cairan infus dan pengawasan ketat.

9.4.9     KERACUNAN ALKOHOL

Usahakan agar muntah, setelah muntah berikan kopi pahit dan kompres kepalanya dengan es.

9.4.10   KERACUNAN OBAT TIDUR (VALIUM, VERONAL).

Minumkan air sebanyak-banyaknya, usahakan agar ia muntah. Berikan norit dan garam inggeris sebagai pencuci perut.

9.4.11   KERACUNAN ARSEN/RACUN TIKUS

  • Ø Gejala keracunan arsen / racun tikus :
  1. Perut dan tenggorokan terasa terbakar
  2. Muntah, mulut kering
  3. Buang air besar seperti air cucian beras.
  4. Nafas dan kotoran berbau bawang
  5. Kejang / syok
  • Ø Apa yang dapat dilakukan sebagai pertolongan pertama :
  1. Usahakan agar dimuntahkan
  2. Beri minum hangat /susu atau larutan norit
  3. Segera kirim ke puskesmas/rumah sakit

9.4.12   KERACUNAN PESTISIDA.

Konsumsi air kelapa hijau yang diberi garam dapur. Usahakan agar muntah dengan cara memasukkan jari bersih ke kerongkongan

9.4.13   GIGITAN ULAR

  • Ø Bisa (racun) ular terdiri dari terutama protein yang mempunyai efek fisiologik yang luas atau bervariasi. Sisitem multiorgan, terutama neurologic, kardiovaskuler, sistem pernapasan mungkin terpengaruh.
  • Ø Bantuan awal pertama pada daerah gigitan ular meliputi mengistirahatkan korban dan memberikan ketenangan agar detak jantung normal, melepaskan benda yang mengikat seperti cincin, memberikan kehangatan, membersihkan luka, menutup luka dengan balutan steril, dan imobilisasi bagian tubuh dibawah tinggi jantung. Es atau torniket tidak digunakan.

 

10.      KEDARURATAN LINGKUNGAN

Yaitu, Suatu kondisi extrim yang diakibatkan oleh faktor lingkungan, yaitu cuaca yang panas dan dingin. Seseorang yang mengalami kasus ini mungkin juga dapat mengalami cedera sebagai akibat dari gejala gangguan fungsi tubuh yang terjadi misalnya kehilangan kesadaran lalu terjatuh sehingga  terjadi suatu luka.

Dalam  penatalaksanaan Pertolongan Pertama kasus ini penolong harus benar – benar dapat mengenali tanda dan gejalanya, serta sangat berhati – hati dalam menanganinya. Hal yang paling penting adalah mengenali kedaruratannya, terutama secara dini. Dalam penatalaksanaan penderita yang paling penting adalah menjaga jalan napas dan memantau tanda vital penderita secara teratur. Kasus ini kerap terjadi di daerah yang panas atau dingin atau perpaduan dari keduanya.

Gejala dan tanda pada kasus kedaruratan lingkungan sangat beragam, khas maupun tidak khas. Perubahan yang tidak normal dari tanda vital maupun sikap tubuh yang tidak biasa dari penderita sudah mengarah pada kedaruratan lingkungan.

BEBERAPA GANGGUAN KEDARURATAN LINGKUNGAN

1.         Pingsan (Syncope/collapse) :

Terjadi karena peredaran darah yang ke organ otak berkurang, yang dapat terjadi akibat emosi yang hebat, berada dalam ruangan yang penuh orang tanpa udara segar yang cukup, letih dan lapar, terlalu banyak mengeluarkan tenaga.

Gejala dan tanda:  

  1. Perasaan limbung.
  2. Pandangan berkunang-kunang dan telinga berdenging.
  3. Lemas, keluar keringat dingin.
  4. Menguap.
  5. Dapat menjadi tidak ada respon, yang biasanya berlangsung hanya beberapa menit.
  6. Denyut nadi lambat.

Penatalaksanaan :

  1. Baringkan penderita dengan tungkai ditinggikan.
  2. Longgarkan pakaian.
  3. Usahakan penderita menghirup udara segar.
  4. Periksa cedera lainnya.
  5. Beri selimut, agar badannya hangat.
  6. Bila pulih, usahakan istirahatkan beberapa menit.
  7. Bila tidak cepat pulih, maka:

–       periksa napas dan nadi.

–       posisikan stabil.

–       bawa ke fasilitas kesehatan

2.         Paparan panas

Panas dapat mengakibatkan gangguan pada tubuh. Umumnya  ada 3 macam gangguan yang terjadi:

A.  Kram Panas ( Heat Cramps )

Terjadi akibat kehilangan garam tubuh yang berlebihan  melalui keringat.

Gejala dan Tanda:

  1. Kejang pada otot yang disertai nyeri
  2. Tungkai dan perut.
  3. Kelelahan.
  4. Mual
  5. Mungkin pingsan

Penatalaksanaan :

  1. Baringkan penderita di tempat teduh.
  2. Beri minum kepada penderita, bila perlu campur sedikit garam. JANGAN MEMBUANG WAKTU UNTUK MENCARI GARAM.
  3. Rujuk ke fasilitas kesehatan.

B.  Kelelahan Panas ( Heat Exhaustion )

Terjadi akibat kondisi yang tidak fit pada saat melakukan aktivitas di lingkungan yang suhu udaranya relatif tinggi, yang mengakibatkan terganggunya aliran darah.

Gejala dan tanda :

  1. Pernapasan cepat dan dangkal.
  2. Nadi lemah.
  3. Kulit teraba dingin, keriput, lembab dan selaput lendir  pucat
  4. Pucat, keringat berlebihan.
  5. Lemah.
  6. Pusing, kadang tidak repon.

Penatalaksanaan :

  1. Baringkan penderita di tempat yang teduh.
  2. Kendorkan pakaian yang mengikat.
  3. Tinggikan tungkai penderita sekitar 20 – 30 cm.
  4. Berikan oksigen bila ada.
  5. Beri minum bila penderita sadar.
  6. Rujuk ke fasilitas kesehatan.

C.  Sengatan Panas ( Heat Stroke )

Merupakan keadaan yang mengancam nyawa. Suhu tubuh menjadi terlalu tinggi dan pada banyak kasus penderita tidak lagi berkeringat. Bila tidak diatasi dengan segera, maka sel otak akan segera mati.

Gejala dan tanda:

  1. Pernapasan cepat dan dalam.
  2. Nadi cepat dan kuat diikuti nadi cepat tetapi lemah.
  3. Kulit teraba kering, panas kadang kemerahan
  4. Manik mata melebar.
  5. Kehilangan kesadaran.
  6. Kejang umum atau gemetar pada otot.

Penatalaksanaan :

  1. Turunkan suhu tubuh penderita secepat mungkin.
  2. Letakkan kantung es pada ketiak, lipat paha, dibelakang lutut dan sekitar mata kaki serta di samping leher.
  3. Bila memungkinkan, masukkan penderita ke dalam bak berisi  air dingin dan tambahkan es ke dalamnya.
  4. Rujuk ke fasilitas kesehatan.
  5. D.  Dehidrasi

Menurun atau berkurangnya cairan tubuh karena melakukan aktifitas yang berlebihan, kurang minum dan kelelahan panas / sengatan panas

Tanda dan gejala         :

  1. Berkeringat berlebihan
  2. Bibir kering
  3. Melemas, mungkin pingsan

Penatalaksanaan         :

  1. Jauhkan dari sinar matahari langsung
  2. Lakukan penilaian dini
  3. Tenangkan penderita
  4. Beri air sedikit demi sedikit

3.         Paparan dingin

A.  Acute Mountain Sickness

Kondisi fisik yang melemah karena penurunan oksigen didalam darah karena berada di ketinggian. Berpotensi mengakibatkan hypoxia namun pada tahap ini bisa dihadapi dengan ber AKLIMATISASI saja tanpa menurukan ketinggian.

Gejala dan tanda         :

  1. Melemah
  2. Pandangan kabur
  3. Mual, mungkin muntah
  4. Lemas, mungkin pingsan

B.  Hypotermia

Udara dingin dapat menyebabkan suhu tubuh menurun. Suhu lingkungan tidak perlu sampai beku untuk mencetuskan hipotermia. Ada beberapa keadaan yang memperburuk hipotermia yaitu faktor angin dan kekurangan makanan.

Gejala dan tanda

a.   Hipotermia sedang :

  1. Menggigil.
  2. Terasa melayang.
  3. Pernapasan cepat, nadi lambat.
  4. Gangguan penglihatan.
  5. Reaksi mata lambat.
  6. Gemetar.
    b.  Hipotermia berat :

    1. Pernapasan sangat lambat.
    2. Denyut nadi sangat lambat.
    3. Tidak ada respon.
    4. Manik mata melebar dan tidak bereaksi.
    5. Alat gerak kaku.
    6. Tidak menggigil.

Penanganan Hipotermia:

Rawat penderita dengan hati hati, berikan rasa nyaman.

  1. Penilaian dini dan pemeriksaan penderita.
  2. Pindahkan penderita dari lingkungan dingin.
  3. Jaga jalan napas dan berikan oksigen bila ada.
  4. Ganti pakaian yang basah, selimuti penderita, upayakan agar  tetap kering.
  5. Bila penderita sadar dapat diberikan minuman hangat secara  pelan pelan.
  6. Pantau tanda vital secara berkala.
  7. Rujuk ke fasilitas kesehatan.

C.  Hypoxia

Penurunan oksigen dalam darah karena berada di ketinggian ( > 4000 Mdpl ) hingga mengakibatkan kebingungan, menurunnya daya ingat secara tajam hingga hilang ingatan. Selain itu juga bisa terjadi kelumpuhan syaraf, halusinasi hingga koma.

Penatalaksanaan         :

  1. Berikan Oksigen
  2. Pindahkan penderita ke ketinggian yang lebih rendah hingga kembali normal.
  3. Rujuk ke fasilitas kesehatan

D.  Radang Beku ( Frost Bite )

Terjadinya kerusakan otot dan syaraf pada bagian tubuh yang terbuka ( yang kontak langsung dengan udara luar ) dan biasanya dimulai dari bagian yang lembut, seperti daun telinga, ujung hidung, ujung – ujung jari. Yang diakibatkan oleh suhu yang sangat dingin pada ketinggian diatas 3000 Mdpl. Jika terlambat dilakukan penanganan maka satu – satunya jalan adalah diamputasi karena kerusakan jaringan ini akan menjalar.

Tanda dan gejala         :

  1. Kedinginan yang terlalu
  2. Melemah
  3. Selalu menutupi bagian tubuh yang terbuka
  4. Bagian tubuh yang terbuka menjadi pucat, lama kelamaan membiru dan menghitam.

Penanganan    :

  1. Dipindahkan ke ketinggian yang lebih rendah
  2. Direndam air hangat / panas pada bagian yang terpapar hingga warna biru / kehitaman hilang
  3. Rujuk ke Rumah Sakit

Coming soon

156 / PAN-XXI / 2009

RASI BINTANG SEBAGAI PENUNJUK ARAH

Zaman sekarang, pelaut bisa menggunakan kompas, atau malah GPS sebagai penunjuk arah. Tapi dulu, di zaman sebelum semua teknologi itu hadir, pelaut ternyata mengandalkan rasi bintang!

Selain sebagai penunjuk arah, rasi bintang juga bisa digunakan untuk menentukan arah mata angin. Bahkan, dari rasi bintang, petani bisa mengetahui waktu yang tepat untuk bercocok tanam. Alam bisa canggih juga, ya?

Tapi, mungkin nggak semua orang mengerti bagaimana cara untuk bisa melihat rasi bintang. Nah, berikut ini adalah cara mudahnya:
1. Saat yang tepat untuk melihat rasi bintang adalah di musim kemarau. Saat itu langit lebih cerah. Sedangkan waktunya, lewat dari pukul 18.30.
2. Cari lokasi yang minim polusi. Misalnya, di pegunungan atau perbukitan.
3. Bawa peta rasi bintang sebagai panduan. Nggak perlu malu, kita kan masih pemula.
4. Gunakan teropong, supaya lebih jelas.

Kalau sudah tahu caranya, berikut ini adalah bocoran rasi bintang yang menunjukkan arah mata angin:

A.  RASI BINTANG PARI : 

rasi bintang pari/crux – arah selatan

 

Rasi bintang yang bisa ditemukan dan bisa dilihat di langit adalah rasi bintang pari/crux. Rasi bintang ini berbentuk pari/layang-layang/salib dan bisa kita lihat pada langit malam dengan arah agak ke selatan. Rasi bintang ini terdiri dari empat bintang utama dan satu bintang bantu. Empat bintang utama membentuk layang-layang. Untuk mengetahui arah utaranya, perhatikan arah yang ditunjukan oleh posisi tiga buah bintang utama yang terdekat. Sedangkan satu utama yang terjauh menunjukan selatan. Yah, salah satu fungsi rasi bintang juga adalah sebagai petunjuk arah pada malam hari kalo tiba-tiba kita kehilangan arah. Pada setiap rasi bintang, ada satu bintang yang paling terang, dan biasanya dalam peta rasi bintang diberi simbol α.

B. RASI BINTANG ORION/WALUKU :

Rasi Bintang Orion/Pemburu – arah barat – petunjuk musim bercocok tanam

Rasi bintang kedua yang bisa ditemukan sendiri di langit, tentunya setelah liat peta rasi bintang adalah rasi bintang orion/pemburu. Rasi bintang ini dapat dilihat di langit sebelah barat. Tiga buah bintang di atas membentuk “kepala”, yang menunjukan arah utara. Dan arah yang ditunjukan “pedang” adalah menunjuk arah selatan. Dinamai Orion, yang artinya adalah pemburu, rasi bintang ini didedikasikan bagi Orion, putera Neptune, seorang pemburu terbaik di dunia. Orion ini mudah dikenali dengan adanya 3 bintang kembar yang berjajar membentuk sabuk Orion (Orion Belt). Satu lagi yang menarik bagi di rasi orion ini adalah adanya bintang Bellatrix dan Betelgeuse pada konstelasinya. Bellatrix identik dengan tokoh dalam Harry Potter, sedangkan Betelgeuse adalah salah satu judul film anak2 waktu dulu. Ternyata kedua nama itu adalah nama bintang, termasuk Sirius, Remus, Regulus, dan lain-lain dalam dunia perfilman. Selain sebagai petunjuk arah barat, rasi bintang orion ini/waluku dalam bahasa Indonesia sering dijadikan sebagai tanda bagi para petani jaman dulu untuk mulai menggarap sawah dan ladangnya.


C. RASI BINTANG GREAT BEAR/BIDUK : 

Rasi Bintang Biduk/Great Bear – arah utara

Rasi Bintang ketiga yang mungkin paling populer dan dapat dikenali, menjadi petunjuk arah utara adalah rasi bintang Biduk/Great Bear/Beruang besar yang menunjukkan arah utara. Bentuknya seperti gayung, dan terdiri dari 7 buah bintang, karena itu juga terkadang rasi bintang ini disebut sebagai konstelasi bintang tujuh. Keistimeawan bintang ini, sekalipun gugusan bintang lainnya berputar di langit pada malam hari, tetapi bintang kutub tetap berada di utara. Rasi bintang ini terlihat sepanjang tahun di langit utara.


D. RASI BINTANG SCORPIO :  

Rasi Bintang Scorpio

Rasi bintang keempat yang bisa dikenali dan menjadi petunjuk arah adalah rasi bintang scorpio. Rasi bintang satu ini agak susah dicari, karena jumlah bintang yang membentuk konstelasinya cukup banyak. Rasi Scorpio ini menjadi petunjuk arah tenggara/timur langit. Dalam mitologi yunani kuno, Scorpio ini adalah utusan Apollo untuk membunuh sang Pemburu, Orion. Pada konstelasi ini juga terdapat bintang Antares, salah satu bintang paling terang yang pernah ditemukan.

MENGENAL JENIS-JENIS AWAN

 

A.  DEFINISI

Awan adalah kumpulan titik air atau kristal – kristal es yang melayang – layang di udara. Terbentuknya awan akibat adanya kondensasi (perubahan wujud air dari uap air menjadi titik air). Kondensasi berupa kristal – kristal garam. Kristal tersebut berasal darideburan ombak pantai, debu , serta asap pabrik dan kendaraan bermotor.

Seorang ahli (Gibbs (1987) mengatakan yang dimaksud dengan iklim adalah keadaan atmosfer yang meliputi suhu, tekanan, angin, kelembaban dan berbagai fenomena hujan, yang terjadi disuatu daerah selama kurun waktu yang panjang. Keadaan atmosfer tersebut ditentukan adanya proses penguapan air yang terangkat keatas dan pada ketinggian tertentu terdinginkan dan membentuk butiran air (hujan) dan bila ukuran butir air ini bertambah besar secara visual terlihat sebagai awan. Salah satu cara untuk menetapkan ramalan/prakiraan iklim/cuaca, dapat dilakukan dengan membaca gejala alam yaitu dengan melihat jenis awan yang nampak, apakah awan tersebut mengandung hujan lebat, petir, kilat, atau bahkan berpotensi terjadi badai, cuaca buruk dan turbulensi yang sangat besar.

B. PROSES TERBENTUKNYA AWAN

Udara selalu mengandung uap air. Apabila uap air ini berubah menjadi titik-titik air, terbentuklah awan. Proses ini terjadi dengan cara :

  • Apabila udara panas, lebih banyak uap terkandung di dalam udara karena air lebih cepat menguap. Udara panas yang sarat dengan air ini akan naik tinggi, hingga tiba di satu lapisan dengan suhu yang lebih rendah, uap itu akan mencair dan terbentuklah awan, molekul-molekul titik air yang tak terhingga banyaknya.
  • Apabila awan telah terbentuk, titik air dalam awan akan menjadi semakin besar dan awan itu akan menjadi semakin berat, dan perlahan-lahan daya tarikan bumi menariknya ke bawah. Hinggalah sampai satu peringkat titik-titik itu akan terus jatuh ke bawah dan turunlah hujan.
  • Namun jika titik-titik air tersebut bertemu udara panas, titik-titik itu akan menguap dan lenyaplah awan itu. Inilah yang menyebabkan awan itu selalu berubah-ubah bentuknya. Air yang terkandung di dalam awan silih berganti menguap dan mencair. Inilah juga yang menyebabkan kadang-kadang ada awan yang tidak membawa hujan.

C. KLASIFIKASI AWAN

Pada tahun 1894, Komisi Cuaca Internasional membagi bentuk awan menjadi 4 kelompok utama, yaitu awan tinggi, awan sedang, awan rendah, dan awan dengan perkembangan vertikal.

 

1.  Kelompok Awan Tinggi

Pada kawasan tropis, awan ini terletak di ketinggian 6-18 km, pada kawasan iklim sedang awan ini terletak pada ketinggian 5-13 km, sedangkan di kawasan kutub terletak pada 3-8 km. Awan yang tergolong ke dalam awan tinggi adalah :

a.  Cirrus

Cirrus (Ci), awan terlihat halus dan lembut seperti bulu2, berwarna putih. Awan ini juga sering tersusun seperti pita yang melengkung di langit, sehingga seakan-akan tampak bertemu pada satu atau dua titik horizon. Awan ini tidak menimbulkan hujan. Ketinggian umumnya lebih dari 5.000 meter. Terdiri dari kristal es, suhu sangat dingin, walaupun pada musim panas atau kering.

b.  Cirrostratus

Cirrostratus (Cs), gugusan kristal es, menyebar dan menutupi sebagian atau seluruh langit. Menyerupai selaput tipis tembus cahaya. Bentuknya seperti kelembu putih yang halus dan rata menutup seluruh langit sehingga tampak cerah, bisa juga terlihat seperti anyaman yang bentuknya tidak teratur. Sering terbentuk cincin atau halo di sekeliling matahari atau bulan. Kadang-kadang terjadi hujan yang tidak sampai ke permukaan bumi (virga), seolah-olah cerah di permukaan.

c.  Cirrocumulus

Cirrocumulus (Cc), mengandung butiran air super dingin, bercampur dengan kristal es sehingga bentuknya seperti sekelompok domba dan sering menimbulkan bayangan.. Butiran air cepat membeku. Awan ini berumur sangat singkat, cepat berubah menjadi cirrostratus. Mengandung hujan yang tidak sampai ke permukaan bumi (virga), bercampur salju.

2.  Kelompok Awan Sedang

Pada kawasan tropis awan ini terletak di ketinggian 2-8 km, pada kawasan iklim sedang terletak di ketinggian 2-7 km, sedangkan pada kawasan kutub terletak di ketinggian 2-4 km. Yang termasuk dalam awan sedang antara lain  :

a.  Altocumulus

Altocumulus (Ac), puncak awan putih bergulung, dengan dasar awan lebih gelap dan umumnya melebar. Seperti pecahan atau halus, ketebalan beragam. Menggambarkan udara cerah, namun bisa berkembang menjadi awan hujan lainnya, bahkan cumulonimbus. Tiap-Tiap elemen nampak jelas tersisih antara satu sama lain dengan warna keputihan dan kelabu yang membedakannya dengan Sirokumulus. Lapisan awan lenticularis dapat terbentuk di atas pegunungan, atau angin kencang pada siang hari, massa udara stabil dan kering.

b.  Altostratus

Altostratus (As), berwarna kekelabuan dan meliputi hampir keseluruhan langit. Dapat menghasilkan hujan gerimis, hujan ringan hingga sedang. Umumnya terbentuk sepanjang sore hari, diikuti hujan pada senja atau malam hari dan menghilang apabila matahari terbit di awal pagi. Dalam kondisi tertentu dapat berkembang awan altostratus lenticularis, akibat angin kencang, dan tidak menghasilkan hujan.

3.  Kelompok Awan Rendah

Awan ini terletak pada ketinggian kurang dari 3 km, yang tergolong ke dalam awan rendah antara lain :

a.  Stratocumulus

Stratocumulus (Sc), awan rendah yang umumnya bergerak lebih cepat dari cumulus. Cenderung lebih mengembang ke arah horisontal daripada arah vertical, berbentuk seperti bola-bola yang sering menutupi daerah seluruh langit, sehingga tampak seperti gelombang.. Dasar awan umumnya lebih gelap daripada puncak awan, namun ciri-cirinya dapat lebih beragam. Dapat berwarna kelabu/putih yang terjadi pada petang dan senja apabila atmosfer stabil. Dapat terlihat seperti lembaran rendah yang lebar atau berbentuk rekahan dimana cahaya matahari terlihat melalui rekahan tersebut. Lapisan awan ini tipis dan tidak menghasilkan hujan.

b.  Stratus

Stratus (St), awan terpecah-pecah dan tipis, dapat berbentuk lembaran atau lapisan. Tidak tumbuh vertikal. Berkembang pada kondisi dimana aliran angin mengakibatkan udara terkondensasi pada lapisan atmosfer bawah. Awan ini cukup rendah dan sangat luas. Tingginya di bawah 2000 m. Kadang-kadang terlihat sebagai kabut. Bila tumbuh terus, dapat berkembang menjadi awan badai Nimbostratus.

c.  Nimbostratus

Nimbostratus (Ns), berwarna gelap, visibility rendah, langit tertutup awan, dan sinar matahari terhalang. Bentuknya tidak menentu dengan pinggir compang-camping. Umumnya disertai cuaca buruk. Hujan turun dengan intensitas rendah hingga sedang, untuk waktu yang lama. Di Indonesia awan ini hanya menimbulkan gerimis.  

4.  Kelompok Awan Dengan Perkembangan Vertikal

Awan ini terletak antara 500-1500 m, yang tergolong dalam awan dengan perkembangan vertikal antara lain :

a.  Cumulus

Cumulus (Cu), adalah awan yang mengandung kristal es. Merupakan awan tebal dengan puncak yang agak tinggi umumnya lebih dari 5.000 meter dimana suhu sangat dingin, walaupun pada musim panas atau kering.. Dasar ketinggian awan ini umumnya 1000 m dan lebaar 1 km. Terlihat gumpalan putih atau cahaya kelabu yang terlihat seperti bola kapas mengambang, awan ini berbentuk garis besar yang tajam dan dasar yang datar.

b.  Cumulonimbus

Cumulonimbus (Cb), awan cumulus yang tumbuh vertikal ketika cuaca terik. Berwarna putih/gelap. Terletak pada ketinggian kira-kira 1000 kaki dan puncaknya punya ketinggian lebih dari 3500 kaki. Menimbulkan hujan lebat, petir, kilat, kadang-kadang terkait dengan badai dan cuaca buruk. Turbulensi sangat besar.   Sedangkan berdasarkan bentuknya, Awan terbagi menjadi 3 yaitu :

  • Kumulus, yaitu aawan yang bentuknyaa bergumpal-gumpal dan dasarnya horizontal.
  • Stratus, yaitu awan yang tipis dan tersebar luas sehinga menutupi langit secara merata.
  • Sirrus, yaitu awan yang berbentuk halus dan berserat seperti bulu ayam. Awan ini tidak dapat menimbulkan hujan.

 

Sumber :

Awan serta Hubungannya dengan Hujan dan Musim, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan Litbang Pertanian, 2010. Gambar : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan Litbang Pertanian, 2010

BAB 4

SURVIVAL GUNUNG HUTAN – JUNGLE SURVIVAL

4.1      PENGERTIAN

Survival Berasal dari kata “Survive” yang artinya mampu mempertahankan hidup dan lolos dari kondisi yang tidak menentu.

Sedangkan “Jungle Survival” artinya suatu kondisi yang tidak menentu yang dihadapi seseorang / sekelompok pada daerah yang asing / terisolir di gunung / di hutan hingga kembali kepada keadaan normal.

Survivor :      Orang yang sedang melakukan kegiatan Survival, bisa perorangan ataupun kelompok

4.2      FILOSOFI

4.2.1     ENGLISH VERSION

a. Size Up The Situation

b. Undue Haste Makes Waste, Use All Your Senses

c. Remember  Where you are

d. Vanquish Fear And Panic

e. Improvise

f. Value Living

g. Act Like The Natives

h. Live By Your Wits, but for now Learn Basic Skills

 

4.2.2     VERSI INDONESIA

a. Sadarilah Sungguh-Sungguh Situasimu

b. Untung rugi ada pada diri sendiri

c. Rasa Takut dan Putus Asa Harus dihilangkan

d. Vacuum (jangan bergerak jauh)

e. Ingatlah Dimana Kau Berada

f. Viva (hargai hidup)

g. Adat Istiadat Setempat harus dihargai

h. Latihan membuahkan keterampilan

4.3      MASALAH YANG SERING DIHADAPI DALAM SURVIVAL

Problema atau masalah yang berpengaruh tergantung pada situasi yang dihadapi dan satu sama lain mempunyai hubungan sebab akibat. Masalah ini berasal dari 3 aspek, yaitu            :

a.    Aspek Psikologis yang merupakan masalah Mental

Contoh    : takut, cemas, terasing, panik, bosan, kesepian, tertekan, putus asa, dsb

b.    Aspek Fisiologis yang berkaitan dengan masalah Fisik

Contoh    : lapar, haus, lelah, ngantuk, dan sakit

c.    Aspek Lingkungan yang merupakan pengaruh luar yang menimpa survivor

Contoh    : panas, dingin, hujan, angin, badai, hewan berbahaya, medan yang berat, hutan yang lebat, dsb

Kemampuan setiap individu berbeda dalam menghadapi pengaruh tersebut. Seseorang yang biasa hidup dengan berbagai fasilitas yang memadai akan sulit menghadapinya apabila tidak pernah berlatih dan tidak ditunjang dengan pengetahuan dan keterampilan Survival.

4.4      TINDAKAN AWAL PADA SITUASI SURVIVAL

Tahap sebelum melakukan tindakan awal adalah : survivor menyadari kondisi yang sedang dialaminya, yaitu dimana survivor berada, sehingga tindakan yang diambil dapat berdasarkan kebutuhannya dan tidak melakukan hal yang tidak berguna.

4.4.1     TINDAKAN UMUM

Dalam menghadapi situasi yang sulit berusahalah untuk tenang, istirahatlah yang cukup, perhatikan kondisi tubuh dan ingat pedoman STOP. Pedoman ini sangatlah penting saat kita menghadapi keadaan yang sulit, contoh ; tersesat.

S =      Stop and seating

Berhenti Duduklah dan Jangan Panik.

T =      Thinking

Gunakan Akal Sehat dan Selalu Sadar Akan Keadaan          yang sedang dihadapi.

O =      Observe

Amati Keadaan Sekitar,

P =      Planning and Preparing

Buat Rencana dan Persiapan Mengenai Tindakan /   Usaha Yang Akan Dilakukan.

Masalah yang dihadapi seseroang akan lebih banyak dari berkelompok karena semua resiko yang akan terjadi hanya diadapi oleh satu orang saja. Jangan bertindak sendiri – sendiri jika survivor lebih dari satu orang. Adanya pembagian tugas dan kerjasama kelompok dapat meng-hemat waktu dan tenaga, demikian pula masalah psikologis akan lebih teratasi.

Tumbuhkan rasa kebersamaan berkelompok dan toleransi antar individu. Pilih salah seorang yang dianggap mampu untuk menjadi pemimpin dalam melakukan survival. Buatlah rencana dann ammbil keputusan berdasarkan musyawarah mufakat.

4.4.2     TINDAKAN KHUSUS

Adapun tindakan khusus sebelum menentukan untuk tetap tinggal di lokasi atau bergerak mencari jalan keluar, yaitu :

  1. Mengevaluasi kondisi tim, baik fisik, mental ataupun perbekalan.
  2. Mencari daerah terbuka dan menentukan posisi saat keadaan survival agar memudahkan tim SAR dalam melakukan pencarian dan dapat melakukan komunikasi lapangan.
  3. Mencari lokasi yang terdapat sumber air dan persediaan makanan.
  4. Menangani survivor yang menderita.
  5. Memanajemen ulang perjalanan, bila diperlukan.
  • Gaya / Metode Survival dibedakan menjadi 2, yaitu :

1)     SURVIVAL STATIS

  1. Rawat survivor yang menderita atau sakit.
  2. Membuat tempat berlindung yang aman dari cuaca buruk dan hewan yang berbahaya.
  3. Hemat persediaan makanan yang ada dan berusaha untuk mencari tambahan di sekitar lokasi.
  4. Siapkan dan buatlah tanda darat ke udara dengan piroteknik maupun dengan benda lainnya seperti smoke signal, flare, cermin, kain warna kontras, asap hasil membakar sampah dan sebagainya.

2)     SURVIVAL DINAMIS

  1. Siapkan bahan dan perlengkapan yang berguna dan dapat di bawa dalam perjalanan.
  2. Tentukan arah yang di tuju berdasarkan kompas, matahari, atau alat petunjuk lainnya.
  3. Tinggalkan pesan yang berisi jumlah survivor, kondisi fisik, perlengkapan dan barang bawaan lainnya, serta arah yang di tuju.
  4. Buatlah jejak yang jelas selama melakukan perjalanan.
  5. Ikuti punggungan gunung dan jangan mengikuti lembah atau sungai apabila berada di daerah pegunungan.
  6. Carilah makanan dan minuman sebelum persediaan yang dibawa habis.
  7. Cari dan buatlah tempat perlindungan atau bivak dan janganlah melakukan perjalanan malam.
  8. Buatlah perapian untuk memasak, menghangatkan tubuh dan untuk melindungi diri dari  serangga atau binatang berbahaya.

4.5       TEKNIS KEGIATAN

Kegiatan Survival tidak hanya dilakukan dengan dasar kemampuan Fisik dan Mental yang kuat, dalam Kegiatan Survival-pun ada teknis kebutuhan yang akan menunjang Kegiatan Survival yang akan kita lakukan. Teknis Kegiatan Survival yang akan dibahas dalam buku saku ini adalah Teknis Kegiatan Survival Gunung Hutan atau Jungle Survival.

4.5.1   MENENTUKAN ARAH DAN LINTASAN

Pada saat keadaan tersesat maka tindakan awal sebelum melakukan perjalanan adalah melakukan orientasi medan kemudian menentukan arah dan memilh lintasan yang aman sehingga tujuan untuk keluar dari kondisi survival dapat tercapai.

4.5.1.1      MENENTUKAN ARAH

  1. Berpedoman pada matahari, matahari selalu terbit di timur dan terbenam di barat.
  2. Berpedoman pada bintang, rasi bintang crux atau bintang alib, garis diagonalnya bila di tarik sampai ke kaki langit menunjukkan arah selatan.
  3. Berpedoman pada lumut di pohon, pada daerah terbuka cari sebuah pohon dan lihatlah lumut yang menempel pada pohon tersebut, lumut yang lebih tebal menunjukkan arah barat. Pedoma ini tidak berlaku pada derah lereng atau lembah pada hutan yang lebat.

 

4.5.1.2      MEMILIH LINTASAN

  • Melakukan perjalanan di hutan dataran rendah :

Tentukan arah yang di tuju. Hal ini di maksudkan untuk menghindari yang tidak menentu/berputar-putar di sekitar lokasi. Apabila menghadapi sungai yang besar dan sulit di sebrangi maka ikutilah aliran sungai tersebut sebagai pedoman untuk keluar dari daerah survival karena kemungkinan akan tentukan arah dan mengikuti punggungan gunung. Berjalanlah di lembah atau pada aliran sungai karena akan melewati perkampungan penduduk.

  • Melakukan perjalanan di pegunungan :

Sungai di pegunungan cukup curam dan kadang kala membentuk air terjun

  1. Pilih punggungan yang lebih besar untuk turun.
  2. Cari jalan teraman.

4.5.2     JEJAK

Pada kawasan hutan banyak di temui jejak yang merupakan tanda yang menunjukkan adanya manusia atau hewan. Bentuk jejak ini perlu diketahui agar dapat membedakan individu yang meintasi daerah tersebut. Jejak dapat pula sebagai penunjuk arah pergerakan survivor.

4.5.2.1      JEJAK HEWAN

Berupa telapak kaki, kotoran (faeces) dan sibakan tumbuhan dapat menunjukkan jenis hewan tersebut, ukuran tubuh, habitat, makanan dan pola tingkah laku. Sehingga dapat di ambil tindakan untuk membuat jerat atau menghindari hewan berbahaya.

4.5.2.2      JEJAK MANUSIA

Berupa telapak kaki, sepatu atau sendal, sibakan atau patahan tumbuhan, bekas bacokan pada pohon dan sampah. Dapat menunjukkan aktifitas seseorang sebagai pemburu, perambah hutan, penjelajah atau survivor.

4.5.2.3      MEMBUAT JEJAK

Usaha untuk survivor untuk keluar dari kondisi survival dalam melakukan pergerakan dapat membuat jajak yang jelas agar tim SAR mudah melacak. Jejak ini dapat di buat sesuai dengan alat atau barang yang di bawa atau tanpa alat sekalipun.

a.    Menggunakan Alat atau Barang

  1. Potongan tali yang di ikatkan pada pohon-pohon dengan jarak tertentu sesuai medan (string line).
  2. Tebasan dan bacokan golok atau pisau pada pohon.
  3. Sampah, potongan kain dan barang lai terutama yang berwarna menyolok di letakkan pada jarak tertentu sepanjang jalur yang di lewati.

b.    Tanpa Menggunakan Alat

  1. Menyiibakkan atau mematahkan tumbuhan.
  2. Mencabut dan meletakkan kembali tumbuhan semak yang berwarna menyolok.
  3. Menyusun batu dan ranting membentuk panah.
  4. Memperjelas jejak kaki atau sepatu pada tanah gambut.


4.5.3     MENCARI AIR

Air merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Dalam keadaan survival penggunaan air harus di hemat dan jangan melakukan tindakan yang tidak perlu karena kebutuhan air akan meningkat. Rata-rata dalam 1 hari manusia kehilangan 2-3 liter air dalam tubuh bahkan jika sedang istirahat manusia akan kehilangan 1 liter air dari tubuhnya. Seseorang tidak mendapatkan air sama sekali dalam waktu 3 hari maka ia akan terancam kematian. Ketersediaan air di hutan cukup banyak dan dapat di perboehkan dari berbagai sumber. Berdasarkan sumbernya air yang diperoleh perlu di proses terlebih dahulu, adapula yang langsung dapat di minum.

A.  Cara mendapatkan air

  1. Di lembah (sungai).
  2. Gali tanah dibawah pohon besar.
  3. Mengikuti binatang mamalia (ke sungai).
  4. Embun.
  5. Pohon yang mengandung air (pisang, kantong semar, bambu, rotan, akar gantung).
  6. Penguapan daun dan tanah.

B. Air yang tidak perlu dimurnikan (dapat diminum langsung)

  1. Mata air.
  2. Air sungai yang mengalir.
  3. Air hujan.
  4. Air embun.
  5. Air tidak berbau.
  6. Air tidak berwarna.
  7. Air dari tumbuhan beruas-ruas.
  8. Air dari tumbuhan merambat.

C. Air yang harus dimurnikan terlebih dahulu (tidak dapat diminum langsung)

  1. Air dari sungai yang besar.
  2. Air yang tergenang.
  3. Air dari perasan lumut.
  4. Air didaerah berbatu/berkapur.
  5. Air dari batang pohon pisang.
  6. Air laut.
  7. Air yang berbau tidak sedap.

D. Menghemat penggunaan air

  1. Banyak beristirahat / bergerak dengan rileks
  2. Jangan merokok
  3. Beristirahat ditempat yang tidak terkena sinar matahari langsung.
  4. Jangan makan, makanlah sedikit mungkin
  5. Jangan minum alkohol
  6. Jangan banyak berbicara, bernafaslah melalui hidung

Air dapat diperoleh dari batang pisang, caranya tebang batang pohon pisang sehingga yang tersisa tinggal bawahnya (bongkahnya) lalu buat lubang ditengahnya maka air akan keluar, biasanya dapat keluar sampai 3 kali pengambilan. *air harus dimurnikan terlebih dahulu.

4.5.4     BIVAK

Kondisi yang dihadapi survivor di saat tidak melakukan perjalanan tergantung dari kondisi lingkungan di lokasi tersebut. Mencari atau membuat tempat berlindung sangat di perlukan untuk  menghadapi pengaruh cuaca, hewan berbahaya atau kondisi medan sehingga kebutuhan istirahat dapat terpenuhi secara aman dan nyaman. Membuat tempat berindung / bivak harus disesuaikan dengan jumlah survivor pada lokasi tersebut.

Bahan untuk membuat bivac/bivoac/bivak di bagi menjadi 2 bagian, yaitu sebagai berikut         :

4.5.4.1      BIVAK ALAM

  1. Pohon yang utuh maupun yang tumbang
  2. Dedaunan
  3. Gua
  4. Lubang Tanah
  5. Cerukan tebing
  6. Dan Lainnya

4.5.4.2      BIVAK BUATAN

  1. Poncho
  2. Plastik
  3. Jas Hujan
  4. Flysheet
  5. Hammock
  6. Dan Lainnya

Berbagai bentuk, macam dan cara membuat bivac tergantung daripada selera dan kreatifitas masing-masing, keadaan alam dan lingkungan, jumlah orang dan bahan yang ada untuk membuatnya.

Pergerakan malam di hutan sangat berbahaya, cari dan buatlah tempat berlindung sebelum matahari terbenam.

Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam membuat bivac adalah sebagai berikut :

  1. Pilih lokasi yang baik (usahakan ditempat yang datar)
  2. Jangan terlalu merusak alam sekitar.
  3. Cukup dekat dengan sumber air
  4. Hindari daerah aliran air dan buatlah parit disekeliling bivak
  5. Bukan pada jalur lintasan binatang buas atau sarang nyamuk/serangga
  6. Tidak berada dibawah pohon yang solitaire, tebing, atau benda yang berkemungkinan roboh (rapuh) Memiliki rangka dan kontruksi (bahan) yang kuat
  7. Bivac jangan sampai bocor
  8. Tidak tergenang air bila hujan
  9. Terlindung langsung dari angin

Dalam pembuatan bivak dibutuhkan kerjasama kelompok, buatlah bentuk yang sederhana sehingga dapat menghemat waktu dan tenaga. Lantai bivak sebaiknya di beri alas dengan daun-daun kering, atau dengan alat yang di bawa agar tubuh tidak kehilangan panas akibat kontak langsung dengan tanah.

Apabila memilih gua, kita harus bisa memastikan bahwa tempat ini bukan persembunyian satwa. Gua yang akan ditinggali juga tak boleh mengandung racun. Cara klasik untuk mengetahui ada tidaknya racun adalah dengan memakai obor. Kalau obor tetap menyala dalam gua tadi artinya tak ada racun atau gas berbahaya di sekitarnya.

4.5.5     PERAPIAN

Api sangat berguna dalam Kegiatan Survival, dengan adanya api sedikit banyak membawa ketenangan bagi moral petualang itu sendiri, adapun manfaat dari perapian antara lain adalah sebagai berikut ;

  1. Menjauhkan binatang buas
  2. Sebagai penghangat badan
  3. Memasak
  4. Penerangan
  5. Membuat sinyal darurat
  6. Dan lainnya

Untuk membuat perapian di butuhkan tiga unsur, yaitu :

4.5.5.1      BAHAN BAKAR

Kayu kering dan tidak bergabus sangat baik untuk membuat perapian, kumpulkan ranting dan kayu kemudian potong dan di belah. Jika hanya menemukan kayu lembab, maka buanglah kulitnya dan iris tipis membentuk serpihan. Susunlah kayu bakar dari mulai ukuran yang terkecil hingga ukuran yang besar.

Getah damar yang mengandung terpentin dapat di gunakan sebagai bahan bakar pemicu demikian pula jika ada lilin, parafin, kain atau bahan lainnya yang mudah terbakar.

4.5.5.2      UDARA

Dalam proses pembakaran membutuhkan udara, maka susunan kayunya jangan terlalu rapat agar sirkulasi cukup. Sususnan ini dapat membentuk piramida atau kerucut.

4.5.5.3      SUMBER PANAS

  1. Berasal dari korek api.
  2. Sinar matahari yang di fokuskan melalui lensa cembung atau kaca pembesar.
  3. Gesekan bambu dengan bambu.
  4. Gesekan busur dengan gurdi.
  5. Benturan golok atau pisau baja pada batu.
  6. Dari alat lain, seperti batu pemantik tau fire starter yang ada pada survival kit.

Membuat perapian membutuhkan ketekunan dan kesabaran. Tentukan lokasi perapian yang aman dan perhatikan arah angin sehingga asap yang di timbulkan tidak mengganggu. Hematlah korek api karena membuat perapian tanpa korek api sangatlah sulit. Jagalah api yang sedang menyala dan matikan apabila akan meninggalkan lokasi.

4.5.6     MAKANAN

Manusia membutuhkan makanan untuk kelangsungan metabolisme dalam tubuh, kebutuhan makanan ini bersumber dari tumbuhan atau hewan. Ketersediaan makanan sangat tergantung pada kondisi lingkungan dan kemampuan untuk memanfaatkan jenis tumbuhan dan hewan dalam keadaan survival. Dalam pengusahaan dan pengaturan makanan yang perlu di perhatikan adalah fungsi untuk tubuh. Makanan yang baik adalah makanan yang banyak mengandung karbohidrat, hindarilah makanan yang kering, banyak pati, banyak bumbu dan daging apabila persediaan air terbatas.

Seorang Survivor bisa bertahan cukup lama tanpa makanan maksimal sekitar 2-3 minggu, hal ini jika dibandingkan dengan tidak ada air sama sekali. Meskipun tidak melakukan kegiatan apapun, dalam 1 jam tubuh kita membutuhkan 70 kalori untuk menjaga metabolisme tubuh, dalam 24 jam = 1680 kalori. Untuk sekedar mengganjal perut selama dalam perjalanan seorang Survivor bisa makan tumbuhan/makanan apa saja, selama tumbuhan/makanan tersebut aman untuk dikonsumsi.

Dari macam-macam makanan dikategorikan menjadi 3, yaitu lemak, protein dan karbohidrat, dimana 1 gr karbohidrat = 4 kal, 1 gr protein = 4 kal, dan 1 gr lemak = 9 kal.

Untuk memanfaatkan bahan yang tersedia kita perlu Memasak agar bahan makanan baik itu dari hewan ataupun tumbuhan dapat kita makan tanpa menyebabkan keracunan. Jadi bahan makanan yang tersedia di alam (natural food) bisa dimanfaatkan secara maksimal.

  • Tujuan Memasak :
  1. Sterilisasi bahan makanan
  2. Membuat bahan makanan mudah dimakan dan dicerna
  3. Menambah kenikmatan rasa

Pertolongan pertama untuk keracunan akibat makanan bisa menggunakan air garam, minyak kelapa, dan susu.

 

4.6      BOTANI DAN ZOOLOGI PRAKTIS

Keanekaragaman jenis tumbuhan dan hewan di Indonesia sehingga pengenalan dan pemilihan jenis yang dapat di makan dan sebagai obat perlu di ketahui, sebab ada beberapa jenis tumbuhan yang beracun dan ada beberapa jenis hewan yang berbisa sehingga kesalahan memilih dapat berakibat fatal. Demikian pula apabila memakan satu jenis tumbuhan atau hewan, tidak semua bagian dapat di makan selain rasa dan kandungan nutrisi, tetapi adapula bagian dari tumbuhan atau hewan tertentu yang mengandung racun.

4.6.1    BOTANI PRAKTIS

4.6.1.1      MENCARI MAKANAN DAN TES TERHADAP TUMBUHAN BARU

Bagian yang dapat dimakan dan memberikan cukup energy adalah umbi, umbi batang dan umbi akar, buah biji dan daun.

A.   Ciri-ciri tumbuhan yang dapat dimakan
1.  Bagian tumbuhan yang masih muda (Pucuk/Tunas) Tumbuhan yang tidak mengandung getah Tumbuhan yang tidak berbau
2.  Tumbuhan yang tidak berbau kurang sedap
3.  Tumbuhan yang dimakan oleh hewan mamalia

B.   Langkah-langkah yang perlu dilakukan apabila akan memakan tumbuhan

1.         Makan tumbuhan yang sudah dikenal
2.         Makan tumbuhan jangan satu jenis tumbuhan saja
3.  Perhatikan apakah hewan sekitarnya dapat memakan tumbuhan tersebut atau tidak
4.  Hindari dan berhati-hatilah pada tumbuhan atau buah-buahan yang berwarna mencolok
5.  Hindari tumbuhan yang mengeluarkan getah berwarna putih/getah seperti sabun
6.  Hindari tumbuhan yang rasanya tidak enak (Pahit dan Asam)
7.         Hindari tumbuhan yang solitaire (berdiri sendiri)
8.  Hindari tumbuhan yang daun atau batangnya berduri dan berbulu
9.  Tumbuhan yang akan dimakan dicoba dulu dengan mengoleskan pada tangan atau dicicipi terlebih dahulu dengan dioleskan pada bibir dan lidah, tunggu minimal 5 menit kemudian apabila terasa gatal dan menyengat, sebaiknya tumbuhan tersebut jangan dimakan
10.      Apabila pemeriksaan atau pengenalan awal dirasa cukup aman, maka cicipi dulu setiap bahan makanan yang didapat sedikit demi sedikit.
11.      Berhati-hatilah terhadap biji-bijian yang berwarna merah/merah tua.
12.      Tunggu 5 jam setelah mengkonsumsi tumbuhan yang baru dikenal, jangan makan dan minum yang lain.

4.6.1.2      JENIS TUMBUHAN YANG DAPAT DI MAKAN

  1. a.  Umbi talas (colocasia sp), rumput teki (cyperus rotundus) uwi atau gadung (dioscorea hispida) dan ganyong (canna hibrida).
  2. b.  Buah senggani atau harendong (melastoma polyantum), arbei hutan (rubus sp), markisa atau konyal (passiflora quadrangularis) dan ceplukan (physalis angulata).
  3. c.  Biji muda sengon (albijia laphonta) dan kaliandra (caliandra cathartica).
  4. d.  Daun muda pakutiang (alsophila glauca), rasamala (altingea excesa), selada air (nasturtium officinale), pohpohan atau banyon (pilea melastomoides), sintrong (ghynura arrantiaca) dan antanan atau gagan atau kaki kuda (centela aciatica), daun muda cantigi (vaccinnum variangiae folium).
  5. e.  Umbut pakutiang, batang muda ketebon (genostegia hirta), umbut palem hutan (fam ; palmae), batang daun begonia (begonia sp), rebung bambu (bambosa sp)
  6. f.    Bunga honje dan kecombrang (nicolaria sp) dan bunga turi (sesbania glandiflora), pisang hutan (musa sp) yang dapat dimakan : buah, jantung, batang bagian dalam dan bongkol pisang muda.
  7. g.  Jenis jamur hutan yang dapat dimakan dan mengandung protein tinggi yaitu : jamur kuping (airucularia judae) dan jamur hitam (pleuretus ostratus). Hati-hatilah jika memakan jamur, karena ban.
  8. h.  Jenis jamur hutan yang dapat dimakan dan mengandung protein tinggi yaitu : jamur kuping (airucularia judae) dan jamur hitam (pleuretus ostratus). Hati-hatilah jika memakan jamur, karena banyak yang beracun dan bila tidak mengenal lebih baik dihindari.

4.6.1.3      MANFAAT LAIN TUMBUHAN HUTAN

Dalam keadaan survival dimana seseorang dihadapkan pada kondisi sulit, dapat memanfatkan tumbuhan selain untuk makanan dapat pula sebagai obat, bahan bakar, untuk membuat tempat berlindung dan tempat mencari air.

A.    Dapat Dimakan Atau Diminum

  1. Brotowali (Anamitra Cocculus), tumbuhannya merayap, terdapat dihutan, dikampung. Batangnya direbus, rasanya pahit.

Digunakan untuk anti demam, anti malaria, pembersih luka dan bisa juga digunakan untuk penambah nafsu makan.

  1. Keji Beling/Ngokilo (strobilateses), tumbuhan semak yang bisa dijumpai di hutan. Daunnya dimasak untuk obat sakit pinggang dan infeksi/keracunan pada pencernaan.
  2. Sembung/Sembung Manis (Blumen Balsmifira), jenis rumput-rumputan yang bisa dijumpai di padang rumput yang banyak anginnya. Daunnya diseduh dengan air panas, digunakan untuk sakit panas (demam) dan sakit perut.
  3. Lumut hati (marchantia polymorpha), bisa dimakan dapat sebagai obat hepatitis (penyakit hati).
  4. Antanan atau gagan atau kaki kuda, daunnya bisa dimakan atau dilalap. Sebagai obat sakit perut, batuk, asma dan sariawan.
  5. Kaliandra daun dan biji mudanya sebagai obat sariawan.
  6. Sembung manis (blumea balsmifera), jenis tumbuhan herba yang daunnya dapat digunakan sakit panas dan sakit perut.

B.   Tumbuhan Obat Untuk Luka Luar
1.    Getah Pohon Kamboja, untuk menghilangkan Bengkak. Gosok getah pada bagian tubuh yang bengkak biarkan 24 jam kemudian bersihkan dengan minyak kelapa lalu air hangat, bisa juga untuk terkilir.
2.    Air rebusan Brotowali untuk mencuci luka, juga air Batang Randu (Kapuk Hutan).
3.    Daun Sambiloto ditumbuk halus untuk anti sengatan kalajengking.
4.    Kiurat (plantago major), daunnya untuk obat luar seperti luka dan salah urat (keseleo).
5.    Nampong (leonitis nepetifolia), daunnya dihaluskan untuk obat luka.
6.    Getah kamboja (plumuiera alba), untuk menghilangkan bengkak.

Masih banyak lagi tumbuhan obat yang berasal dari hutan tetapi untuk penggunaannya harus dicampur dan diolah bersama jenis tumbuhan lainnya sehingga menjadi jamu untuk mengobati sakit tertentu.

C.     Tumbuhan Beracun

Beberapa jenis tumbuhan yang berpengaruh buruk terhadap manusia jika dimakan maupun melalui kontak langsung dengan kulit. Jenis tumbuhan ini kebanyakan mempunyai karakteristik tersendiri terlihat dari bentuk morfologis maupun anatominya seperti warna yang menyolok, berduri, tumbuh menyendiri tanpa jenis tumbuhan lain didekatnya dan mengandung getah alkohol yang bersifat racun.

Jenis tumbuhan yang berbahaya bila kontak langsung degan kulit, antara lain          :

  1. 1.  Rengas atau ingas (gluta renghas), getahnya dapat menimbulkan iritasi kulit dan dapat merusak jaringan.
  2. 2.  Kemadu atau pulus (laportanea stimulans), bulu daunnya bila tersentuh menyebabkan gatal dan panas.
  3. 3.  Rarawean atau raweh (mucuna pruirens), kelopak polongnya mempunyai rambut yang membuat kulit gatal.
  4. 4.  Aren, buah aren mentah dapat menyebabkan gatal
  5. 5.  Getah Pohon Paku putih dapat menyebabkan kebutaan
  6. 6.  Getah Jambu Monyet menyebabkan gatal-gatal

Jenis tumbuhan yang beracun bila dimakan, antara lain      :          

  1. Jarak (jatropha curcas), racun pada bijinya menyebabkan muntah, buang air besar dan kepala pusing.
  2. Pangi atau picung (pangium edule), seluruh pohon mengandung asam yang sangat beracun.
  3. Kecubung (datura metel), daun dan bunganya mengandung atropin yang menyebabkan halusinasi.
  4. Jamur amannita verna, mengandung muskarin yang dapat mematikan hewan maupun manusia.
  5. Jamur pcilocybe ap, mengandung philosibin yang menyebabkan halusinasi
  6. Jamur jenis lain yang mengandung racun, amannita muscaria, corprinus sp, hygroporus miniatus, gomphus bonari, migrolossum rufum.

“ UNTUK JAMUR YANG TIDAK DIKENAL, KITA ANGGAP SEMUA JAMUR ITU BERACUN “

D.      Tumbuhan Berguna Lainnya

1.  Tumbuhan penyimpan air : Palm, Bambu, Rotan (calamus sp) dan tali air atau liana, yang biasa menggantung dari pohon kepohon.
2.  Untuk Bahan Bakar : kayu dan ranting kering, getah damar (agates damara) dan getah pinus (pinus mercusi) yang mengandung Terpentin.
3.  Untuk membuat atap bivak : daun anggrek tanah atau cangkok (carculigo capitulata), daun honje, daun pisang, daun pandan hutan (pandanus furcatus), daun palem hutan, daun aren (arenga pinnata) dan daun paku sarang burung (asplenium nidus) yang biasa menempel pada pohon besar.
4.  Indikator air bersih : Tespong, Selada Air
5.  Pengusir ular dan serangga : Kayu Lemo

4.6.2    ZOOLOGI PRAKTIS

Hewan memiliki tempat (habitat) yang beragam, semakin tinggi permukaan tanah maka jenis hewan yang ada akan semakin sedikit. Jika tersesat di gunung dan ingin mencari makanan (hewan) kemungkinan terbesar menemukan hewan bukanlah ke arah puncak gunung melainkan arah kaki gunung.

Sama halnya dengan prilaku setiap jenis hewan, ada beberapa waktu perubahan prilaku hewan yang bisa kita manfaatkan untuk menangkap hewan tersebut diantaranya adalah saat musim kawin, hewan-hewan biasanya kurang peka terhadap sekelilingnya. Saat seperti inilah waktu yang baik untuk menangkap hewan tersebut.

Adapun waktu perubahan prilaku hewan yang berbahaya bagi kita diantaranya bertelur, saat ular telah berganti kulit atau saat menjaga telurnya. Pada saat seperti ini hewan biasanya akan bertambah ganas.

Yang perlu diperhatikan untuk mendapatkan makanan yang bersumber dari hewan yaitu        :

  1. Jenis hewan tersebut
  2. Tempat hidup atau habitatnya
  3. Ukuran tubuhnya
  4. Makanannya
  5. Pola tingkah laku hewan tersebut

Banyak jenis hewan yang dapat dijadikan bahan makanan dalam keadaan survival, tetapi karena sifat hewan yang mobile, maka cara mendapatkannya lebih sulit dibandingkan dengan tumbuhan. Situasi dan kondisi lingkungan juga mempengaruhi sifat dan tingkah laku hewan tersebut. Ada hewan yang keluar dari tempat persembunyiannya dan mencari makan pada malam hari (nocturnal), sehingga siang hari sulit ditemukan, ada pula yang keluar siang hari saja (diurnal).

Hampir semua jenis hewan tersebut dapat dimakan tetapi dalam menangkap hewan tersebut harus berhati-hati karena ada beberapa jenis yang berbahaya dan berbisa dan diperlukan keterampilan untuk menangkap atau menjerat hewaan tersebut.

Untuk mengetahui jenis, ukuran tubuh dan populasi hewan pada suatu daerah, selain dengan melihat langsung tetapi juga dengan memperhatikan faeces (kotoran) dan jejak kaki hewan tersebut.

4.6.2.1      BINATANG BERBAHAYA

Beberapa jenis hewan dapat menimbulkan bahaya bagi manusia salah satu sebabnya adalah karena merasa terganggu dan dengan alat pembelaan dirinya maka hewan tersebut menyerang. Ada pula jenis hewan terutama hewan penghisap darah dan karnivora besar yang memanfaatkan kehadiran manusia sebagai sumber makanannya. Adapun beberapa contoh Binatang yang berbahaya dan berbisa antara lain:

  1. 1.      Nyamuk (anopheles sp) merupakan vektor dari bakteri plasmodium malariae.
  2. 2.      Agas. Sejenis nyamuk yang hidupnya bergerombol di hutan atau rawa. Hewan ini menyebabkan gatal dan panas.
  3. 3.      Semut api. Hewan ini hidupnya di atas permukaan tanah merayap diantara gugusan daun. Gigitannya menyebabkan panas dan perih pada kuit.
  4. 4.      Harimau (panthera tigris) dan Macan Kumbang (panthera pardus).
  5. 5.      Lalat dayak / lalat kerbau (besarnya 2 kali lalat biasa) terdapat dihutan Kalimantan, Sulawesi,  Irian  Jaya.  Bekas  gigitannya  bengkak  dan  gatal,  bisa  menyebabkan infeksi.
  6. 6.      Tawon atau Lebah (apis sp), sengatannya beracun, dalam jumlah besar/banyak dapat mematikan.
  7. 7.      Kelabang (centripoda) dan  Kalajengking (heterometrus yaneus). Bekas sengatannya sakit, bengkak. Untuk mengurangi rasa sakit dapat dengan ammonia, tembakau dan sambiloto.
  8. 8.      Pacet (haemadipsa zeylania) dan lintah (hirudinuria). Menghisap darah, untuk melepaskannya siram dengan air tembakau. Keduanya mempunyai zat anti beku darah (anti koagulan)
  9. 9.      Buaya (crocodillus porosus). Terdapat di muara sungai dan rawa.
  10. 10.   Ular berbisa : ular Hijjau, ular bakau, ular tanah, ular sendok/kobra, ular belang dll. Umumnya jenis ular berbisa dapat diketahui dengan melihat bentuk kepala (segi tiga), leher relatif kecil, terdapat lekukan antara mata dan hidung, mempunyai gigi bisa.

ü Beberapa cara untuk mengidentifikasi ular      :

  1. 1.  Tidak semua ular berbisa kepalanya berbentuk segitiga, tetapi ular yang kepala segitiga adalah ular berbisa.

Sisik bawah cloaca ular berbisa membentuk lempengan tunggal, sedangkan pada ular tak berbisa membentuk lempengan membelah.

  1. 2.  Pada bagian punggungnya berlunas sehingga membentuk garis punggung mulai dari belakang kepala sampai ekor.
  2. 3.  Mempunyai kelenjar dan gigi bisa pada bagian kepala.

Gigitan ular berbisa dapat berakibat fatal dan dapat menyebabkan kematian. Hindarilah jika menjumpai ular berbisa, apabila terpaksa untuk memanfaatkan ular berbisa sebagai bahan makanan, maka langsung saja dibunuh dengan menggunakan alat dan jangan berusaha untuk menangkapnya. Hal ini untuk menjaga kemungkinan buruk akibat ular tersebut.

4.6.2.2      BINATANG YANG BERGUNA

  1. Mullusca. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah berbagai macam siput dan kerang (bivalvia). Siput umumnya hidup di semak dalam hutan, sedangkan kerang umumnya hidup di saluran-saluran air atau terbenam dalam lumpur.
  2. Annelida. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah cacing (pherentima sp). Cacing dapat diperoleh dengan cara menggali tanah atau di sarang burung pada batang pohon. Cacing yang mempunyai ukuran cukup besar adalah cacing sondari. Jika  akan dimanfaatkan, isi perut cacing dibersihkan dahulu.
  3. Insecta. Jenis serangga yang sering dimanfaatkan adalah jenis belalang karena ini mudah dijumpai didaerah berumput. Di beberapa tempat juga dijumpai ulat serangga yang mengandung protein cukup tinggi seperti ulat sagu dan ulat jati.
  4. Crustacea. Yang termasuk jenis ini adalah udang dan kepiting. Hewan ini dapat dijumpai pada aliran airyang mengalir di pegunungan, terutama daerah pinggiran sungai yang berbatu.
  5. Pisces. Sama halnya dengan udang, ikan juga sering dijumpai didaerah aliran air di pegunungan, sungai dan danau karena air merupakan habitat ikan.
  6. Amphibia. Banyak dijumpai didekat aliran air di hutan terutama pada malam hari karena katak bersifat nocturnal. Katak yang bisasa dimakan jenis (rana sp). Di hutan kalimantan, sumatera, sulawesi banyak ditemui jenis (rana macrodont) yang merupakan jenis katakterbesar yang bisa dimakan.
  7. Reptilia. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah ular, kadal, cicak, dan sebagainya. Di daerah hutan tertentu merupakan hunnian ular besar seperti ular sanca (phiton reticulates). Disamping berbahaya karena lilitannya yang kuat, ular sanca tidak berbisa dan dapat dimakan, tetapi bagian kepala dan isi perutnya harus dibuang karena pada bagian kepala terdapat kelenjar bisa.
  8. Mamalia. Yang termasuk kelompok ini adalah kelinci, rusa, tikus dan sebagainya. Untuk mendapatkan hewan ini cukup sulit karena geraknya lincah sehingga dibutuhkan jerat untuk menangkapnya.
  9. Aves (burung). Yang termasuk kelompok ini adalah ayam hutan (gallus gallus) yang dapat dijerat, sedangkan jenis burung lainnya lebih sulit didapat karena kemampuan terbangnya.

Hampir semua mamalia dan burung dapat dimakan dagingnya, Ular, kadal, kura-kura dapat dimakan. Lebah bisa diambil madu dan larvanya.

4.6.2.3      MENGATASI GANGGUAN BINATANG

  1. Nyamuk : Bunga kluwih yang dibakar, kulit jeruk, membakar kain kemudian dimatikan sehingga asapnya bisa mengusir nyamuk, oleskan sedikit garam pada bekas gigitan nyamuk
  2. Disengat Lebah : oleskan air bawang merah pada luka bekas sengatan berkali-kali, tempelkan tanah basah/liat diatas luka sengatan, jangan dipijit, tempelkan pecahan genting panas diatas luka, olesi dengan vetsin untuk mencegah pembengkakan
  3. Gigitan Lintah : Teteskan air tembakau, garam atau sari jeruk mentah pada lintahnya. Untuk membuang atau mengangkat lintah upayakan dengan patahan kayu hidup yang ada kambiumnya.

4.7      JERAT / TRAP

Jerat atau Trap ( jebakan ) akan sangat berguna untuk mendapatkan binatang yang akan dijadikan sebagai bahan makanan dalam keadaan Survival. Berikut ini adalah teknik yang dapat anda gunakan dalam berburu binatang ( lihat di Bab Gambar ), antara lain         :

  1. Mengikuti jejaknya ( bekas makan, kotoran, bau dan suara )
  2. Mengikuti jalur hewan
  3. Membuat trap ( jebakan ) di jalur hewan
  4. Kalau di gunung, di puncak tidak ada binatang.

4.8      SURVIVAL KITS

Agar Survivor tidak mengalami kesulitan dalam melaksanakan Survival, perlu dilengkapi alat-alat Survival yang memadai.

4.8.1     JUNGLE SURVIVAL KITS (PRO)

  1. 2 Buah Senjata Tajam *contoh ; Bayonet dan Parang
  2. Waterproof Matches (Korek Api Anti Air)
  3. Batu Api / Geretan
  4. Lilin atau Parafin
  5. Peralatan Navigasi Darat
  6. Poncho / Jas Hujan / Raincoat
  7. Jarum, Peniti, kancing, Benang dan jarumnya
  8. Benang Sol dengan Jarumnya
  9. Tali Temali

10. Kail dan Senar

11. Flash Light (Senter)

12. Peluit

13. Cermin Kecil

14. Obat Pribadi

15. Alat Kosmetik / Sunblock (Penangkal Panas)

16. Topi Rimba

17. Sarung Tangan

18. Tablet Garam, Norit

19. Kantung Plastik (Besar Maupun Kecil)

20. Kantung / Botol Tempat Air Atau Kondom

4.8.2     JUNGLE SURVIVAL KITS (MINI)

  1. Senjata Tajam *contoh ; Parang
  2. Korek Api
  3. Lilin dan Atau Parafin
  4. Peralatan Navigasi Darat
  5. Poncho / Jas Hujan / Raincoat
  6. Jarum, Peniti, kancing, Benang dan jarum
  7. Benang Sol dengan Jarumnya
  8. Mini Flash Light / Flash Light (Senter)
  9. Peluit

10. Obat Pribadi

11. Kantung / Botol Tempat Air Atau Kondom

* Benda yang ditulis dengan huruf tebal berarti benda tersebut sangat penting dalam Kegiatan Survival.

* Untuk Survival Kits hendaknya disesuaikan dengan lingkungan atau medan yang di tempuh agar kita bisa mengefisiensikan kegunaan atau kapasitas tempat dimana kita akan membawa Survival Kits tersebut.

 

 

 

 

 

 

 

RASI BINTANG SEBAGAI PENUNJUK ARAH

 

A.       RASI BINTANG PARI : 

Rasi Bintang Pari/Crux – Arah Selatan

 

Rasi bintang yang bisa ditemukan dan bisa dilihat di langit adalah rasi bintang pari/crux. Rasi bintang ini berbentuk pari/layang-layang/salib dan bisa kita lihat pada langit malam dengan arah agak ke selatan. Rasi bintang ini terdiri dari empat bintang utama dan satu bintang bantu. Empat bintang utama membentuk layang-layang. Untuk mengetahui arah utaranya, perhatikan arah yang ditunjukan oleh posisi tiga buah bintang utama yang terdekat. Sedangkan satu utama yang terjauh menunjukan selatan. Yah, salah satu fungsi rasi bintang juga adalah sebagai petunjuk arah pada malam hari kalo tiba-tiba kita kehilangan arah. Pada setiap rasi bintang, ada satu bintang yang paling terang, dan biasanya dalam peta rasi bintang diberi simbol α.


B.   RASI BINTANG ORION/WALUKU

Rasi Bintang Orion/Pemburu – arah barat – petunjuk musim bercocok tanam

Rasi bintang kedua yang bisa ditemukan sendiri di langit, tentunya setelah liat peta rasi bintang adalah rasi bintang orion/pemburu. Rasi bintang ini dapat dilihat di langit sebelah barat. Tiga buah bintang di atas membentuk “kepala”, yang menunjukan arah utara. Dan arah yang ditunjukan “pedang” adalah menunjuk arah selatan. Dinamai Orion, yang artinya adalah pemburu, rasi bintang ini didedikasikan bagi Orion, putera Neptune, seorang pemburu terbaik di dunia. Orion ini mudah dikenali dengan adanya 3 bintang kembar yang berjajar membentuk sabuk Orion (Orion Belt). Satu lagi yang menarik bagi di rasi orion ini adalah adanya bintang Bellatrix dan Betelgeuse pada konstelasinya. Bellatrix identik dengan tokoh dalam Harry Potter, sedangkan Betelgeuse adalah salah satu judul film anak2 waktu dulu. Ternyata kedua nama itu adalah nama bintang, termasuk Sirius, Remus, Regulus, dan lain-lain dalam dunia perfilman. Selain sebagai petunjuk arah barat, rasi bintang orion / waluku ini dalam bahasa Indonesia sering dijadikan sebagai tanda bagi para petani jaman dulu untuk mulai menggarap sawah dan ladangnya.


C.       RASI BINTANG GREAT BEAR/BIDUK 

Rasi Bintang Biduk/Great Bear – arah utara

Rasi Bintang ketiga yang mungkin paling populer dan dapat dikenali, menjadi petunjuk arah utara adalah rasi bintang Biduk/Great Bear/Beruang besar yang menunjukkan arah utara. Bentuknya seperti gayung, dan terdiri dari 7 buah bintang, karena itu juga terkadang rasi bintang ini disebut sebagai konstelasi bintang tujuh. Keistimeawan bintang ini, sekalipun gugusan bintang lainnya berputar di langit pada malam hari, tetapi bintang kutub tetap berada di utara. Rasi bintang ini terlihat sepanjang tahun di langit utara.

 


D.       RASI BINTANG SCORPIO

Rasi Bintang Scorpio

Rasi bintang keempat yang bisa dikenali dan menjadi petunjuk arah adalah rasi bintang scorpio. Rasi bintang satu ini agak susah dicari, karena jumlah bintang yang membentuk konstelasinya cukup banyak. Rasi Scorpio ini menjadi petunjuk arah tenggara/timur langit. Dalam mitologi yunani kuno, Scorpio ini adalah utusan Apollo untuk membunuh sang Pemburu, Orion. Pada konstelasi ini juga terdapat bintang Antares, salah satu bintang paling terang yang pernah ditemukan.

BAB 1

MOUNTAINEERING

Mendaki gunung merupakan aktivitas yang keras, penuh petualangan dan kegiatan ini membutuhkan keterampilan, kecerdasan, kekuatan dan daya juang yang tingggi. Bahaya dan tantangan seakan hendak mengungguli merupakan daya tarik dari kegiatan ini. Pada hakekatnya bahaya dan tantangan tersebut adalah untuk menguji kemampuan diri dan untuk bisa menyatu dengan alam. Keberhasilan suatu pendakian yang sukar berarti keunggulan terhadap rasa takut dan kemenangan terhadap perjuangan melawan diri sendiri. Pada dasarnya pendaki harus memiliki motivasi yang jelas, terarah, dan tidak merugikan diri sendiri.

Di Indonesia kegiatan mendaki gunung mulai dikenal sejal 1964 ketika pendaki Indonesia dan Jepang melakukan suatu ekspedisi gabungan dan berhasil mencapai puncak Soekarno di Pegunungan Jayawijaya. Pendaki Indonesia tersebut adalah Soedarto, Soegirin dan Fred Atabe dari jepang. Pada tahun yang sama(1964) mulailah berdiri perkumpulan-perkumpulan pendaki gunung, dimulai berdirinya Perhimpunan Penempuh Rimba dan Pendaki Gunung WANADRI di Bandung dan mahasiswa Pencinta Alam Universitas Indonesia (MAPALA UI) di Jakarta kemudian diikuti oleh perkumpulan-perkumpulan lainnya di berbagai kota di Indonnesia.

1. Persiapan Bagi Seorang Pendaki Gunung

            Untuk menjadi seorang pendaki gunung yang baik diperlukan beberapa persyaratan, antara lain :

      I.        Mental

Seorang pendaki gunung harus tabah dalam mengahdapi berbagai kesulitan dan tantangan di alam terbuka. Tidak mudah putus asa dan berani. Berani disini, yaitu sanggup menghadapi tantangan dan mengatasinya secara bijaksana dan juga berani mengakui keterbatasan kemampuan yang dimiliki.

    II.        Pengetahuan dan keterampilan

Meliputi pengetahuan serta keterampilan tentang  tali temali, navigasi darat, cuaca dan teknik-teknik pendakian, pengetahuan tentang alat pendakian,, pertolongan pada keadaan darurat, bertahan hidup di alam bebas dan sebagainya.

   III.        Kondisi fisik yang memadai

Ini dapat dimengerti karena mendaki gunung termasuk olahraga yang berat. Berhasil dan tidaknya suatu pendakian salah satunya bergantung pada kekuatan fisik. Untuk itu agar kondisi fisik tetap baik dan siap selama perjalanan haruslah selalu berlatih.

   IV.        Etika

Harus kita sadari sepenuhnya bahwa seorang pendaki gunung adalah bagian dari masyarakat yang memiliki kaidah-kaidah dan hukum-hukum yang berlaku harus kita pegang teguh. Mendaki gunung tanpa memikirkan keselamatan diri sendiri bukanlah sikap yang terpuji sebagaimana juga bila kita tidak menghargai sikap dan pendapat masyarakat disekitar kita pada kegiatan mendaki gunung yang kita lakukan.

 

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam setiap pendakian   :

ü  Jumlah anggota dalam setiap pendakian minimalnya 3 orang, kecuali kalau pendukung yang telah diatur sebelumnya cukup memadai.

ü  Jagalah agar anggota kelompok tetap bersama.

ü  Janganlah mendaki diluar / melebihi batas kemampuan diri sendiri dan tim.

ü  Bawalah setiap saat makanan, pakaian, peralatan dan perlengkapan secukupnya.

ü  Tinggalkanlah daftar Rencana Operasional Perjalanan dan daftar barang bawaan kita pada orang yang berkepentngan (keluarga, organisasi, dsb).

ü  Ikutilah aturan / saran dari para pendaki gunung yang sebelumnya telah mendaki gunung tersebut, melalui buku-buku atau sumber informasi lainnya.

ü  Berusahalah untuk bertindak / berlaku bijak sebagai Pencinta Alam yang benar-benar menjaga kelestarian alam & lingkungan dalam setiap kesempatan mendaki gunung.

2.    Jenis Perjalanan / Pendakian

Mountaineering dalam arti luas adalah suatu perjalanan yang meliputi mulai dari hill walking sampai pada ekspedisi pendakian ke puncak-puncak yang tinggi dan sulit dengan memakan waktu  yang lama, berhari-hari bahkan berbulan-bulan. Menurut kegiatan dan jenis medan yang dihadapi, mountaineering dapat dibagi menjadi :

I.      Hill Walking

Perjalanan mendaki bukit-bukit yang relative landai dan yang tidak atau belum membutuhkan peralatan-peralatan. Untuk pengaman jalur lintasan biasanya tali dipasang.

II.    Scrambling

Pendakian pada permukaan yang tidak terlalu terjal, namun tangan digunakan untuk keseimbangan. Namun bagi pemula, sebaiknya dipasang tali untuk pengaman jalur lintasan dan mempermudah perjalanan.

 III.  Climbing

Kegiatan pendakian ini membutuhkan tekhnik pemanjatan dan penguasaan peralatan tekhnis. Climbing terbagi atas 2 (dua) bagian, yakni     :

  1. Rock Climbing

Pendakian yang dilakukan pada pemanjatan tebing batu yang cukup terjal.

  1. Snow & Ice Climbing

Pendakian pada dinding yang permukaannya tertutup salju dan es. Dalam hal ini peralatan khusus sangat dibutuhkan seperti ice axe, crampon, ice screw, dsb.

   IV.  Mountaineering

Merupakan gabungan perjalanan dari semua bentuk pendakian diatas. Bisa berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan. Disamping penguasaan teknik dan peralatan mendaki,  yang perlu dikuasai pula yaitu manajemen perjalanan dan perbekalan.

3.    SISTEM PENDAKIAN

I.    Himalayan system

Adalah system pendakian yang dipergunakan untuk perjalanan pendakian panjang, memakan waktu berminggu-minggu. System ini berkembang pada pendakian ke puncak-puncak pegunungan Himalaya. Kerjasama kelompok dalam system ini terbagi dalam beberapa tempat peristirahatan (base camp, fly camp). Walaupun hanya satu anggota tim yang berhasil mencapai puncak, pendakian ini dapat dikatakan berhasil.

II.  Alpine system

Adalah system pendakian yang berkembang di pegunungan Alpen pada khususnya dengan tujuan agar semua pendaki mencapai puncak bersama-sama. System ini lebih cepat karena pendaki tidak perlu kembali ke base camp., karena perjalanan dilakukan secara bersama-sama dengan terus maju membuka Flying Camp.

4.    Manajemen Perjalanan

I.            Pra – Perjalanan

Yang paling penting dalam memulai setiap perjalanan adalah Motivasi yang mendorong terjadinya suatu perjalanan. Selanjutnya hal inilah yang akan menjadi tolak ukur selanjutnya. Hal-hal yang harus dipersiapkan sebelum memulai perjalanan adalah sbb :

I.1.      Mengumpulkan informasi dari aktivitas yang akan dilakukan. Informasi tersebut antara lain adalah :

  • Menentukan tujuan kegiatan dan jenis medan.
  • Menetukan lokasi dan lamanya waktu perjalanan
  • Data tentang daerah tersebut, bisa didapat dari yang sudah pernah ke tempat tersebut sebelumnya atau dari peta daerah tersebut.
  • Akses menuju lokasi.

I.2.     Mempersiapkan  diri sendiri dan tim yang akan melakukan perjalanan, yang meliputi :

  • Latihan Fisik. Untuk meningkatkan ketahanan dan kekutan tubuh dalam menghadapi kondisi dan cuaca alam yang liar. Sadari kemampuan fisik dalam perjalanan.
  • Menentukan dan mengumpulkan Logistik yang mencakup  perlengkapan peralatan pribadi, tim dan khusus, serta perbekalan makanan untuk seluruh personil dan cadangannya.

Pada  perjalanan yang berat, dalam 1 (satu) hari setiap orang membutuhkan asupan makanan 5000 Kal dan 2 liter air.

  • Teammate. Hanya dengan komunikasi yang baik dan Mengenal lebih dalam tentang teman-teman seperjalanan kita dapat mengetahui hal-hal khusus dari personil tim. Misalnya penyakit khusus, kebiasaan yang menyimpang, dll dari rekan kita.

I.3      Penjadwalan kegiatan, yang mencakup     :

  • Membuat Time Schedule, yang dimaksud disini adalah penjadwalan kegiatan terhitung sejak dimulainya perencanaan, persiapan  hingga pengakhiran perjalanan
  • Membuat Rencana Operasional Perjalanan (ROP), termasuk menetukan titik start, camp dan titik finish.

I.4      Evaluasi dari persiapan yang telah dilakukan.

II.          Teknis Perjalanan

Yang paling penting saat pendakian adalah melakukan AKLIMATISASI, yaitu menyesuaikan tubuh dengan kondisi di ketinggian yang memiliki cuaca, tekanan udara dan suhu yang berbeda dari biasanya.

II.1      Pengaturan perjalanan, misalnya  pembagian tim yang dibagi dalam kelompok kecil berikut logistiknya dan timing  perjalanan agar sesuai dengan yang telah direncanakan sebelumnya (ROP)

II.2      Teknik berjalan saat pendakian

  • Saat menanjak   :  Jalan seperti biasa dan jangan mengangkat kaki terlalu tinggi dari lintasan dengan irama tetap (konstan). Untuk mempermudah aklimatisasi, dapat dilakukan dengan cara menyamakan irama langkah dan nafas kita.
  • Saat istirahat     : Jika hanya sementara jangan duduk santai. Ketika istirahat besar, usahakan agar posisi kaki lebih tinggi dari kepala agar darah dapat mengalir kembali ke otak.
  • Saat turun         :  Jangan gunakan tumit sebagai tumpuan

II.3      Evaluasi pergerakan sehari-hari, misalnya  tentang kesesuaian perjalanan dengan ROP, kondisi tim, perbekalan.

II.4      Kondisi Darurat

  • Menurunnya kemampuan fisik.
  • Ketika perlengkapan peralatan dan perbekalan makanan tidak mencukupi.
  • Ketika kehilangan orientsasi medan

III.       Pasca Perjalanan

III.1    Periksa kondisi peralatan yang telah digunakan

III.2    Bersihkan peralatan yang kotor.

  • Dengan air murni dan jangan disiram dengan sabun (sleeping bag di dry clean)
  • Jangan  dijemur langsung terkena sinar matahari
  • ketika disimpan lebih baik digantung dan jangan dilipat

III.3    Membuat Laporan Perjalanan yang telah dilakukan dengan tujuan agar memiliki data valid tentang perjalanan yang dilakukan tersebut. Kumpulkan data yang didapat selama perjalanan, antara lain :

  • Jadwal hasil kegiatan
  • Kronologis kegiatan
  • Hasil evaluasi selama di lapangan
  • Peralatan yang digunakan
  • Laporan keuangan
  • Hasil yang didapat dari perjalanan yang dilakukan
  • Dokumentasi foto / video
  • dsb


 5.    Perlengkapan Peralatan dan Perbekalan Makanan

Berguna agar kita tidak sengsara dan kelaparan selama perjalanan atau pendakian yang kita lakukan. Jika kita melakukan perjalanan 3 hari, maka bawalah bekal untuk 5 hari gunanya yaitu untuk menghadapi kondisi darurat. Setelah menentukan perjalanan yang akan dilakukan, barulah kita dapat menetukan perlengkapan dan perbekalan regu dan perorangan yang dapat dibagi menjadi  :

  1. Perlengkapan Komunikasi
  2. Perlengkapan Pribadi
  3. Perlengkapan Tidur
  4. Perlengkapan Masak dan Makan
  5. Perlengkapan Jalan (Dokumentasi, Navigasi, P3K, Survival)
  6. Perlengkapan Khusus

Dalam merencanakan perjalanan, perencanaan perbekalan perlu mendapat perhatian khusus, beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan perbekalan, yaitu           :

  1. Lamanya perjalanan
  2. Aktifitas apa saja yang akan dilakukan
  3. Kondisi medan dan cuaca yang akan dihadapi

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka ada beberapa persyaratan khusus yang harus diperhatikan            :

  1. Cukup mengandung kalori dan mempunyai komposisi yang memadai dan tidak asing di lidah.
  2. Terlindung dari kerusakan, tahan lama dan mudah / sederhana dalam mengolahnya.
  3. Sebaiknya makanan yang siap pakai atau tidak perlu memasaknya terlalu lama, irit bahan bakar dan air.
  4. Ringan dan mudah dibawa

Untuk merencanakan komposisi bahan makanan agar sesuai dengan syarat di atas, kita dapat mengkajinya dengan langkah sebagai berikut :

  1. Informasi tentang kondisi medan, perkiraan cuaca, aktifitas yang dilakukan dan lamanya waktu perjalanan. Perhitungan jumlah kalori yang dibutuhkan
  2. Susun daftar makanan yang memenuhi syarat di atas, kemudian buatlah daftar menu makanan dan hitunglah total kalorinya setelah siap dimakan.
  3.  Persiapkan vitamin dan mineral untuk suplemen tambahan, secukupnya.

Setelah mengkaji  hal – hal di atas, kita dapat membandingkan mana yang banyak mengandung hidrat arang, lemak, maupun protein. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat di table komposisi bahan makanan (Depkes RI, Dit. Gizi).

ü  Kandungan kalori Hidrat Arang 4 kal/gr, Lemak 9 kal/gr, protein 4 kal/gr. (Rangking tercepat yang menjadi kalori)

ü  Kebutuhan kalori per 100 pounds berat badan:

  1. Metabolisme Basal  1100 kal
  2. Aktifitas Tubuh (kalori / jam)

Jalan Kaki         2 mil/jam          45 kal

3 mil/jam                                      90 kal

4 mil/jam                                      160 kal

Memotong kayu / nebas                                    260 kal

Makan                                                                       20 kal

Duduk (diam)                                                          20 kal

Bongkar pasang ransel, bikin camp, dll         50 kal

Menggigil                                                                  220 kal

3.   Specific Dynamic Activity (Factor) : ( 6% – 8%) dari I dan II

4.   Total kalori dibutuhkan      :           I + II + III

Mengingat pentingnya penyusunan perlengkapan dan perbekalan dalam suatu perjalanan, maka sebelum memulai kegiatan disusun terlebih dahulu sebuah daftar (check-list), perlengkapan dan perbekalan kita kelompokkan lalu kita teliti lagi mana yang perlu dibawa atau tidak.

6.    Menyusun Perlengkapan Dalam Ransel (Packing)

Yang menjadi dasar dari pacing adalah keseimbangan. Bagaimana kita menumpukan berat badan pada tubuh sedemikian rupa sehingga  kaki dapat bekerja seefisien mungkin. Dalam batas-batas tertentu frame yang dimiliki ransel dapat memberikan kenyamanan sewaktu menggendong beban. Namun bagaimanapun baiknya desain ransel yang dimiliki akan sedikit artinya apabila kita tidak mampu menyusun barang dengan baik. Berikut ini adalah prinsip pengepakan barang ke ransel (packing) :

  1. Kelompokkan barang – barang dan masukkan ke dalam kantong plastic atau kantong parasit, terutama pakaian tidur / cadangan, kertas / buku, dll.
  2. Tempatkan barang yang lebih berat setinggi dan sedekat mungkin dengan badan kita. Barang – barang yang lebih ringan ditempatkan dibagian bawah.
  3. Letakkan barang yang sewaktu – waktu diperlukan cepat, dibagian atas atau pada kantung luar (ponco, air minum, P3K, survival kit, dsb).

Semua hal ini ditujukan agar beban lebih dekat ke pundak dan tidak dperlu membongkar ransel dalam kondisi yang memerlukan reaksi cepat.

SILABUS MATERI SAR GUNUNG HUTAN

LATIHAN GABUNGAN GUNUNG HUTAN
MAHASISWA PECINTA ALAM SE-JABODETABEKA

 

Search And Rescue (SAR)

  • Pengertian SAR dan Filosofi SAR
  • Manajemen SAR
  • Penyelenggaraan Operasi SAR

Explorer Sar And Rescue (ESAR)

  • Pengertian ESAR
  • Sistem dan Teknik Pencarian
  • Membaca Peta dan Navigasi Darat
  • Perlengkapan , Pakaian, Packing dan Makanan (PPPM)

Komunikasi SAR

  • Sistem komunikasi SAR
  • Sistem Pengoperasian Radio

Mountain Sickness

  • Pengertian Mountain Sickness
  • Gejala-gejala dan Penanggulangannya Mountain Sickness

 

BAB 5

SAR GUNUNG HUTAN

5.1      SEARCH AND RESCUE (SAR)

5.1.1     DEFINISI

Search And Rescue (SAR) diartikan sebagai usaha dan kegiatan kemanusiaan untuk mencari dan memberikan pertolongan  kepada manusia dengan kegiatan yang meliputi :

  1. Mencari, Menolong dan Menyelamatkan jiwa manusia yang hilang atau dikhawatirkan hilang atau  menghadapi bahaya dalam bencana/musibah.
  2. Mencari kapal laut atau pesawat terbang yang mengalami kecelakaan.
  3. Evakuasi pemindahan korban musibah pelayaran, penerbangan, bencana alam atau bencana lainnya dengan sasaran utama penyelamatan jiwa manusia.

Lahirnya organisasi SAR di Indonesia yang saat ini bernama BASARNAS diawali dengan adanya penyebutan “Black Area” bagi suatu negara yang tidak memiliki organisasi SAR.

Dengan berbekal kemerdekaan, maka tahun 1950 Indonesia masuk menjadi anggota organisasi penerbangan internasional ICAO (International Civil Aviation Organization). Sejak saat itu Indonesia diharapkan mampu menangani musibah penerbangan dan pelayaran yang terjadi di Indonesia. Sebagai konsekwensi logis atas masuknya Indonesia menjadi anggota ICAO tersebut, maka pemerintah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 5 tahun 1955 tentang Penetapan Dewan Penerbangan untuk membentuk panitia SAR. Panitia teknis mempunyai tugas pokok untuk membentuk Badan Gabungan SAR, menentukan pusat-pusat regional serta anggaran pembiayaan dan materiil.

Sebagai negara yang merdeka, tahun 1959 Indonesia menjadi anggota International Maritime Organization (IMO). Dengan masuknya Indonesia sebagai anggota ICAO dan IMO tersebut, tugas dan tanggung jawab SAR semakin mendapat perhatian. Sebagai negara yang besar dan dengan semangat gotong royong yang tinggi, bangsa Indonesia ingin mewujudkan harapan dunia international yaitu mampu menangani musibah penerbangan dan pelayaran.

Dari pengalaman-pengalaman tersebut diatas, maka timbul pemikiran bahwa perlu diadakan suatu organisasi SAR Nasional yang mengkoordinir segala kegiatan-kegiatan SAR dibawah satu komando. Untuk mengantisipasi tugas-tugas SAR tersebut, maka pada tahun 1968 ditetapkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor T.20/I/2-4 mengenai ditetapkannya Tim SAR Lokal Jakarta yang pembentukannya diserahkan kepada Direktorat Perhubungan Udara. Tim inilah yang akhirnya menjadi embrio dari organisasi SAR Nasional di Indonesia yang dibentuk kemudian.

 

5.1.2   FILOSOFI SAR

Berikut ini penjabaran mengenai filosofi-filosofi SAR, diantaranya :

  1. Locate, artinya memberikan gambaran yang konkrit posisi/lokasi subyek yang mengalami musibah itu berada. Lokasi biasanya ditunjukkan dengan garis lintang dan garis bujur.
  2. Access, artinya sumber-sumber dari mana saja dan dengan cara apa bantuan pertolongan ini sampai menuju lokasi tempat terjadinya musibah.
  3. Reach, dalam artian melakukan usaha untuk mencari korban terlebih dahulu, memberikan pertolongan pada korban dan menyelamatkan jiwa manusia yang hilang atau dikhawatirkan hilang atau  menghadapi bahaya dalam bencana/musibah.
  4. Stabilize, artinya penanganan/perawatan korban dengan berbagai macam kasus di lokasi kejadianitu dilakukan oleh unit-unit penolong (Rescue Unit) sebelum bantuan medis tiba untuk memberikan perawatan lebih lanjut.
  5. Transportation/Evacuation, artinya proses pemindahan korban dari lokasi ke tempat yang lebih aman untuk diberikan pertolongan pertama ke tempat fasilitas medik terdekat.
  6. Knowledge, artinya diperlukan juga pengetahuan dalam hal ini tidak hanya dipelajari tetapi dibutuhkan beberapa pemahaman dan kemampuan yang diantaranya,
  • Pengetahuan tentang data peristiwa, keadaan korban, keadaan medan, dsb
  • Keterampilan mendaki gunung, panjat tebing, hidup di alam bebas, mencari jejak, peta kompas, akses tali.
  • Pengetahuan P3K, dan gawat darurat.

 

5.2         MANAJEMEN SAR

Dari Batasan pengertian, hakekat dan filosofi SAR diatas, jelas bahwa kegiatan SAR yang utama adalah dalam pelaksanaan operasi SAR tersebut. Namun dalam kegiatannya, pelaksanaan operasi hanya akan bisa berjalan dengan efektif dan efisien apabila didukung oleh pembinaan SAR yang baik.

Pembinaan SAR yang dimaksud adalah kegiatan atau tindakan yang berhubungan dengan perencanaan, penyusunan, pembangunan / pengembangan, koordinasi, pengerahan, penggunaan, dan pengendalian terhadap unsur / sarana SAR agar tercapai tingkat kemampuan dan kesiapan operasional yang dipersyaratkan.

Sifat-sifat  dalam operasi SAR, diantaranya          :

    I.  Kemanusiaan

  II.  Netral,

 III.  Cepat, Cermat dan Cekatan

IV.  Tepat dan Aman

 V.  Koordinatif

VI.  Borderless

Kemampuan dasar SAR, sesuai dengan kata SAR yang berarti Search (pencarian) dan  Rescue (pertolongan / penyelamatan), maka dalam kegiatan operasional SAR dibutuhkan ilmu pengetahuan dan keterampilan teknis SAR serta beberapa ilmu disiplin ilmu sebagai penunjang / pendukung. Ilmu pengetahuan dan keterampilan serta disiplin ilmu yang dimaksud adalah :

  1. Pengetahuan Dasar SAR yang meliputi organisasi SAR, organisasi Operasi SAR, filosofi SAR dan sebagainya.
  2. Unsur Pencarian (Search), dalam hal teknik pencarian di darat, laut dan udara.
  3. Unsur Pertolongan / Penyelamatan (Rescue), dalam hal Medical First Response dan evakuasi.
  4. Unsur Pendukung / penunjang , dalam hal Navigasi, Mountaineering, Survival, Komunikasi Lapangan, Helly Rescue dan Manajemen Perjalanan.

5.2.1     SISTEM SAR

Sistem SAR di Indonesia diadopsi dari ketentuan yang berlaku bagi seluruh negara yang menjadi anggota IMO (International Maritime Organization) dan ICAO (International Civil Aeronautical Organization). Diagram di bawah ini menggambarkan Sistem SAR yang menjadi acuan kerja Basarnas.

5.2.2     KOMPONEN SAR

Dalam penyelenggaraan operasi SAR, ada 5 komponen SAR yang merupakan bagian dari sistem SAR yang harus dibangun kemampuannya, agar pelayanan jasa SAR dapat dilakukan dengan baik. Komponen-komponen tersebut antara lain:

  • ORGANISASI (SAR Organization), merupakan struktur organisasi SAR, meliputi aspek pengerahan unsur, koordinasi, komando dan pengendalian, kewenangan, lingkup penugasan dan tanggung jawab penanganan musibah.
  • KOMUNIKASI (Communication), sebagai sarana untuk melakukan fungsi deteksi adanya musibah, fungsi komando dan pengendalian operasi dan koordinasi selama operasi SAR.
  • FASILITAS (SAR Facilities), adalah komponen unsur, peralatan/perlengkapan serta fasilitas pendukung lainnya yang dapat digunakan dalam operasi/misi SAR.
  • PERTOLONGAN DARURAT (Emergency Cares), adalah penyediaan peralatan atau fasilitas perawatan darurat yang bersifat sementara ditempat kejadian, sampai ketempat penampungan atau tersedianya fasilitas yang memadai.
  • DOKUMENTASI (Documentation), berupa pendataan laporan, analisa serta data kemampuan operasi SAR guna kepentingan misi SAR yang akan datang.

5.2.3     TINGKAT KEADAAN DARURAT

  I.            UNCERTAINTY PHASE (INCERFA)

Adalah suatu keadaan darurat yang ditunjukkan dengan adanya keraguan mengenai keselamatan jiwa seorang karena diketahui kemungkinan mereka dalam menghadapi kesulitan.

II.            ALERT PHASE (ALERFA)

Adalah suatu keadaan darurat yang ditunjukkan dengan adanya kekhawatiran mengenai keselamatan jiwa seseorang karena adanya informasi yang jelas bahwa mereka menghadapi kesulitan yang serius yang mengarah pada kesengsaraan (distress).

III.            DISTRESS PHASE (DETRESFA)

Adalah suatu keadaan darurat yang ditunjukkan bila bantuan yang cepat sudah dibutuhkan oleh seseorang yang tertimpa musibah karena telah terjadi ancaman serius atau keadaan darurat bahaya. Berarti, dalam suatu operasi SAR informasi musibah bias ditunjukkan tingkat keadaan darurat dan dapat langsung pada tingkat Detresfa yang banyak terjadi.

5.3      TAHAPAN PENYELENGGARAAN OPERASI  SAR

  I.            TAHAP MENYADARI ( AWARENESS STAGE )

Adalah kekhawatiran bahwa suatu keadaan darurat diduga akan muncul ( saat disadarinya terjadi keadaan darurat / musibah ).

II.            TAHAP TINDAK AWAL ( INITIAL ACTION STAGE )

Adalah tahap seleksi informasi yang diterima, untuk segera dianalisa dan ditetapkan. Berdasarkan informasi tersebut, maka keadaan darurat saat itu disebut juga sebagai Tahap Kesiagaan.

 III.          TAHAP PERENCANAAN ( PLANNING STAGE )

Yaitu saat dilakukan suatu tindakan sebagai tanggapan (respon) terhadap keadaan sebelumnya, antara lain:

  • Search Planning Event (tahap perencanaan pencarian)
  • Search Planning Sequence (urutan perencanaan pencarian)
  • Degree of Searching Planning (tingkatan perencanaan pencarian).
  • Search Planning Computating (perhitungan perencanaan pencarian)

IV.          TAHAP  OPERASI  ( OPERATION STAGE )

Operasi SAR adalah suatu tindakan pada kejadian khusus yang diperlukan adanya suatu kerjasama, koordinasi dan penjabarannya menjadi suatu bentuk kegiatan operasi yang serasi, efektif, dan berdaya guna. Sehingga dalam suatu kejadian SAR diperlukan personil yang mempunyai kriteria-kriteria tertentu yang mengutamakan kemanusiaan diatas segala-galanya, walaupun tidak mengabaiakan faktor keselamatan personil bersangkutan. Keberhasilan suatu operasi khususnya operasi SAR tergantung antara lain pada penerapan prosedur-prosedur yang berlaku dan dukungan oleh organisasi yang baik dan efektif.

Dari rencana operasi ini kemudian akan disusun formulir briefing. Detection Mode / Tracking Mode and Evacuation Mode, yaitu seperti dilakukan operasi pencarian dan pertolongan serta penyelamatan korban secara fisik. Tahap operasi meliputi:

  • Fasilitas SAR bergerak ke lokasi kejadian.
  • Melakukan pencarian dan mendeteksi tanda-tanda yang ditemui yang diperkirakan ditinggalkan survivor ( Detection Mode ).
  • Mengikuti jejak atau tanda-tanda yang ditinggalkan survivor ( Tracking Mode ).
  • Menolong/ menyelamatkan dan mengevakuasi korban (Evacuation Mode), dalam hal ini memberi perawatan gawat darurat pada korban yang membutuhkannya dan membaw korban yang cedera kepada perawatan yang memuaskan (evakuasi).
  • Mengadakan briefing kepada SRU.
  • Mengirim/ memberangkatkan fasilitas SAR.
  • Melaksanakan operasi SAR di lokasi kejadian.
  • Melakukan penggantian/ penjadwalan SRU di lokasi kejadian.

  V.   TAHAP  PENGAKHIRAN  MISI  ( MISSION  CONCLUSION  STAGE  )

Merupakan tahap akhir operasi SAR, meliputi penarikan kembali SRU dari lapangan ke posko, penyiagaan kembali tim SAR untuk menghadapi musibah selanjutnya yang sewaktu-waktu dapat terjadi, evaluasi hasil kegiatan, mengadaan pemberitaan (Press Release) dan menyerahkan jenazah korban / survivor kepada yang berhak serta mengembalikan SRU pada instansi induk masing-masing dan pada kelompok masyarakat. Sar pada hakekatnya adalah kegiatan kemanusiaan yang dijiwai falsafah pancasila dan merupakan kewajiban bagi setiap Warga Negara Indonesia. Kegiatan tersebut meliputi segala upaya dan usaha pencarian, pemberian pertolongan, dan penyelamatan jiwa manusia dan harta benda yang bernilai dari segala musibah baik dalam penerbangan, pelayaran, bencana atau musibah.

5.3.1        KOMUNIKASI

  • Ø Koordinasi dilapangan / pada area pencarian terdiri dari :
  1.           I.       Penentuan OSC (bila diperlukan)
  2.          II.   Pengawasan penggantian operasi selama SRU dalam perjalanan ke area pencarian (CHOP / Changes of Operational Control)
  • Ø Koordinasi dalam kegiatan pencarian meliputi:

I.        Koordinasi di lokasi dilakukan oleh SMC, bila SMC tidak mampu mengendalikan dari posko, maka ditunjuk OSC dari unit SAR yang mempunyai kemampuan sebagaimana yang ditentukan dan bukan senioritas.

II.        Bila diperlukan penggantian pengendalian dan penggantian unsur operasi (CHOP) pada perjalanan menuju lokasi musibah maupun pada perjalanan pulang, harus dilakukan dengan satuan induknya. Hal ini harus tercantum dalam rencana pencarian oleh seorang SMC.

III.        Bila cuaca yang diperkirakan tidak sama dengan yang diharapkan, maka rencana yang dibuat mungkin tidak efektif untuk dilaksanakan. Dalam hal ini SMC harus membekali OSC dengan pengarahan kapan rencana pencarian harus dilakukan dan kapan dapat dilaksanakan perubahan.

5.3.2     ORGANISASI OPERASI  SAR

Untuk melaksanakan tugas operasi SAR, diperlukan adanya prosedur operasi yang benar dan koordinasi yang mantap, sehingga akan dihasilkan suatu operasi yang efektif dan berhasil baik. Dalam menangani suatu musibah, dikenal adanya organisasi dan komponen yang baku dalam organisasi tersebut, sedangkan besar kecilnya organisasi operasi disesuaikan dengan jenis musibah dan wilayah yang ditanganinya. Seperti telah diuraikan diatas bahwa bentuk bagan organisasi operasi dapat dibuat sesuai kebutuhan yang ada sehingga operasi tersebut dapat seselektif mungkin dan mencapai hasil yang maksimal.

A.     SAR COMMANDER (SC).

Adalah pejabat yang mampu memberikan dukungan kepada KKR dalam menggerakkan unsur-unsur operasi SAR karena jabatan dan kewenangan yang di milikinya. Kemudian unsur-unsur ini diserahkan kepada SMC untuk di gunakan dalam operasi SAR.

B.    SEARCH AND RESCUE MISSION COORDINATOR (SMC)

Tugas seorang SMC adalah melaksanakan evaluasi kejasian musibah, perencanaan operasi, mengendalikan operasi secara keseluruhan. SMC ditunjuk atau diangkat sejak adanya kejadian SAR sampai dengan operasi dinyatakan selesai. SMC bertanggungjawab kepada SKR atau KKR yang menunjuknya. Untuk lebih rincinya, tugas seorang SMC adalah:

  • Mempelajari semua informasi yang dapat dikumpulkan, yang berkaitan dengan misi operasi.
  • Menggolongkan misi SAR bertahap-tahap darurat yang tepat, apabila hal ini belum dilakukan.
  • Menyiagakan fasilitas SAR yang tepat, dan organisasi SAR yang akan sangat diperlukan dalam dan selama opersai SAR bertanggungjawab.
  • Memberangkatkan unit SAR (SRU), bilamana keadaan menghendaki demikian.
  • Melaksanakan perencanaan untuk operasi SAR.
  • Memberikan briefing pada anggota unit SAR (SRU), Menunjuk OSC, debriefing bagi unit SAR, dan dukungan sampai operasi selesai.
  • Menentukan jaring kendali komunikasi, kanal-kanal (saluran) yang dipakai, monitoring semua kanal yang dipergunakan.
  • Melaksanakan pencatatan semua usaha operasi beserta perkembangannya, tindakan yang diambil dan lain-lain.
  • Bilamana diperlukan meminta tambahan SRU
  • Melaksanakan pengendalian operasi SAR terhadap semua unsur.
  • Memberikan laporan situasi (Lapsit) ke SC, SKR/KKR paling tidak satu kali dalam satu hari, dan pada saat-saat perkembangan yang penting terjadi. Laporan Situasi dilaporkan bernomor urut.
  • memberikan debriefing akhir kepada unit-unit SAR dan mengembalikan fasilitas dan organisasi SAR yang terlibat, dan memberitahukan bahwa misi SAR telah selesai.
  • Berkonsultasi dengan SKR/KKR sebelum menyatakan untuk menghentikan usaha yang tidak berhasil.

Pada kasus musibah penerbangan dan pelayaran, seorang SMC harus memiliki kwalifikasi sebagai seorang SMC yang dikeluarkan oleh BADAN SAR NASIONAL. Sedangkan untuk operasi SAR yang sifatnya rekreatif (musibah pendakian, musibah sungai, pantai, dll) tidak diperlukan kwalifikasi seketat musibah penerbangan dan pelayaran.

Didalam melaksanakan tugasnya, SMC dibantu oleh beberapa staff yang memiliki tugas yang spesifik dan khusus sehingga jalannya operasi lancar dan sukses. Adapun Staff SMC tersebut adalah:

a)    Perwira Komunikasi (Operator Radio). Tugasnya adalah mengoperasikan radio komunikasi yang digunakan baik untuk jaring komando dan pengandali maupun untuk jaring koordinasi. Operator radio bertanggung jawab tentang kelancaran lalu lints berita yang sangat berperan dalam suatu operasi SAR. Operator Radio bertanggung jawab terhadap SMC.

b)   Perwira Navigasi (Navigator). Tugasnya adalah melakukan pengeplotan peta dimana musibah terjadi dan operasi SAR dilakukan sesuai dengan perkembangan operasi yang terjadi dan rencana-rencana operasi yang akan dilakukan sesuai denga perhitungan dan perencanaan SMC. Seorang nafigator bertanggung jawab terhadap SMC.

c)    Perwira Briefing. Tugasnya adalah mewakili SMC untuk melakukan briefing kepada OSC maupun SRU yang akan diberangkatkan maupun menerima debriefing dari SRU yang telah kembali ke Pos Komando dari misi pencarian.

d)   SAR Mission Information Officer (SMIO) atau Humas Operasi SAR. Tugasnya adalah sebagai penghubung antara masyarakat dengan organisasi operasi, yang dimaksud disini adalah setiap berita yang keluar, baik untuk pers (media massa) maupun keluarga korban dan juga untuk instansi-instansi diluar organisasi operasi adalah menjadi tanggung jawab seorang SMIO. Atau dengan kata lain seorang SMIO bertanggungjawab tentang pemberitaan perkembangan operasi yang sedang berlangsung.

C.    ON – SCENE COMMANDER (OSC).

OSC ditunjuk oleh SMC untuk koordinasi dan pengaturan suatu operasi SAR tertentu ditempat kejadian, bila area pencariannya cukup luas dan mengerahkan cukup banyak SRU/dari berbagai unit SAR. OSC berwenang menambah, mengurangi merubah formasi SRU yang akan dibawah komandonya dan berwenang mengubah pola pencarian yang telah ditetapkan sebelumya sesuai dengan perkembangan yang ada dilapangan. OSC bertanggung jawab kepada SMC.

Secara umum OSC bertugas :

  • Melaksanakan rencana operasi SAR yang dibuat oleh SMC.
  • Mengadakan perubahan pada rencana operasi apabilla dipandang perlu untuk menyesuaikan dengan keadaan ditempat kejadian yang mungkin sudah berubah.
  • Memegang kendali operasi dari semua unit SAR yang ditunujuk diarea pencariannya, mengkoordinir semua unit SAR.
  • Mengirim laporan situasi secara berkala ke SMC. Laporan situasi pertama segera dilaporkan setelah tiba dilokasi/setelah memegang tugas sebagai OSC. Disertai laporan cuaca setempat.
  • Menyelanggarakan hubungan komunikasi dengan seluruh SRU dan menerima laporan dari SRU secara berkala.
  • Menerima laporan dugaan waktu tiba dilokasi bagi unit SAR, yang meliputi dugaan waktu tiba dilokasi pencarian, kemampuan komunikasi, lama pencarian.
  • Menyelenggarakan briefing awal bagi unit SAR yang datang.
  • Menerima dan mengevaluasi laporan dari semua unit SAR,mengkoordinasikan dan memerintahkan semua unit SAR.
  • Bila dilakukan penggantian OSC, maka harus membriefing OSC yang baru.

D.    SEARCH AND RESCUE UNIT (SRU).

SRU adalah satu komponen dalam operasi SAR yang secara nyata melaksanakan operasi SAR di lapangan. Wewenang SRU adalah terbatas pada pelaksanaan tugas pencarian di lapangan dan dibawah koordinasi OSC / SMC. Tetapi dalam hal ini tidak menutup kemungkinan memberikan masukan ataupun usulan kepada OSC / SMC tentang kemungkinan sistem atau pola pencarian yang lebih selektif. Selain melaksanakan tugas pencarian, SRU juga diwajibkan melapor kepada OSC / SMC secara berkala dan juga melaporkan perkembangan pencarian dilapangan. Penarikan atau penggantian SRU dilakukan oleh OSC / SMC, atau atas usulan dari SRU yang bersangkutan, apabila SRU tersebut tidak dapat melanjutkan operasi karena hal-hal tertentu. SRU yang diganti diwajibkan melakukan briefing kepada SRU penngganti tentang perkembangan operasi terakhir didaerah operasinya.

Untuk lebih rincinya tentang tugas SRU adalah sebagai berikut:

  1. Melaksanakan rencana operasi sesuai yang telah direncanakan.
  2. Memberitahukan kepada OSC/SMC saat tiba didaerah operasi, perkiraan lama mengadakan operasi.
  3. Melaporkan secara berkala dan melaporkan perkembangan operasi di lapangan termasuk cuaca dan medan yang di daerah pencarian.
  4. Lapor segera setelah ada kontak dengan obyek yang dicari sesuai dengan prosedur yang berlaku.
  5. Menyiapkan peralatan untuk menandai posisi semua perjumpaan.

Selain komponen-komponen dalam suatu misi SAR, yaitu SMC beserta staffnya, OSC dan SRU, yang tidak kalah pentingnya adalah base camp atau Basis Operasi SAR atau Pos Komando Operasi. Didalam Pos Komando Operasi selain terdapat komponen-komponen di atas, juga ada unsur-unsur yang sifatnya mendukung kelancaran operasi tersebut. Sedangkan komponen pendukung tersebut adalah:

a)     Komandan Pos Komando Operasi

Bertugas memimpin Pos Komando tersebut dan menyediakan segala fasilitas yang diperlukan untuk mendukung kelancaran jalannya operasi. Sedangkan dalam tugasnya Komandan Pos Komando Operasi dibantu oleh Koordinator dapur umum, Kooordinator umum, kesehatanmdan back up emergency team.

b)     Koordinator Dapur Umum

Bertugas menyediakan fasilitas konsumsi dan perbekalan dalam suatu operasi.

c)     Koordinator Umum

Bertugas mengkoordinir pengadaan sarana dan prasarana yang mungkin dibutuhkan dalam suatu operasi.

d)     Kesehatan

Selain bertugas sebagai back up emergency, juga bertugas mengawasi dan menangani kesehatan terhadap semua pelaku operasi.

e)     Back Up Emergency Team

Yang terdiri dari satu team atau lebih yang bertugas mengadakan pertolongan apabila sewaktu-waktu terjadi sesuatu terhadap semua pelaku operasi.

5.4     EXPLORER  SEARCH  AND  RESCUE  (ESAR)

5.4.1     PENDAHULUAN

Pada awal tahun 1980-an beberapa kelompok pendaki gunung mulai mencoba mengembangkan Explorer Search And Rescue (ESAR). Sistem ini berasal dari Amerika Serikat yang diperuntukan bagi para penjelajah daerah-daerah berhutan, padang kering dan sungai. Pada tahun-tahun sebelumnya system SAR laut dan udara masih menjadi rujukan untuk melakukan pencarian orang hilang di gunung. Yang membedakan ESAR dengan induknya SAR secara keseluruhan terletak pada rinci operasionalnya. Dalam ESAR dikenal lima tahap pencarian atau operasi.

5.4.2     MAKSUD DAN TUJUAN

Menolong sesama hidup merupakan salah satu bukti dari pengamalan rasa cinta alam. Sehingga sebagai mahluk hidup yang mengaku dekat dengan alam,  Explorer Search And Rescue amatlah dibutuhkan, khususnya untuk menolong sesama hidup. Pada ESAR Lebih dipersempit lagi ruang lingkup operasionalnya  dalam menolong korban di gunung dan hutan.

Materi ini bertujuan memberikan pengetahuan tentang teknik operasional dalam ESAR sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Sebab ESAR memerlukan dan menuntut personil yang siap, cepat dan tanggap. Personil ESAR diharapkan mampu menjalankan kewajibannya dengan baik,  yang bukan berasal dari kata tugas, melainkan  dari  panggilan moral,  hati  nurani  dan  sebuah  arti  kesetiakawanan  terhadap  sesama.

5.4.3    TEKNIK – TEKNIK  PENCARIAN

Teknik pencarian disini merupakan teknik pencarian yang dilakukan di darat. Walaupun tidak secara khusus untuk di darat, teknik ini juga yang membedakan antara SAR dan ESAR. Teknik pencarian ini bertumpu pada lima tahap, diantaranya :

1.     TAHAP AWAL (PRELIMINARY MODE).

Yaitu mengumpulkan informasi-informasi awal, saat dari mulai tim-tim pencari diminta bantuannya sampai kedatangannya di lokasi.

Melakukan perencanaan pencarian awal, perhitungan – perhitungan, mengkoordinasikan regu pencari, membentuk pos pengendali perencanaan, mencari identitas subjek, perencanaan operasi dan evakuasi.

2.     TAHAP PEMAGARAN (CONFINEMENT MODE).

Yaitu memantapkan garis batas untuk mengurung orang yang dinyatakan atau dikhawatirkan hilang agar berada di dalam areal pencarian (search area).

Untuk lebih jelasnya akan dibahas dalam bagian tersendiri. Dasar pemikirannya adalah menjebak survivor dalam area yang jelas dan kita dapat mengetahui batasan-batasannya, sehingga :

  • Area tersebut dapat dilakukan pencarian atau disapu.
  • Sebagai petunjuk bagi survivor untuk menuju tempat yang dapat diketahui tim pencari.

Kerja awal dari tahap ini adalah memagari kemungkinan gerak dari pencarian yang padat yang mungkin diperlukan bila areal pencarian menjadi terlalu luas, maka digunakan Metode Confinement mode :

2.1      Trail Blocking ( razia pada jalan setapak )

Yaitu menempatkan tim kecil pada jalan masuk ke areal pencarian untuk menjaga kemungkinan korban melalui daerah tersebut. Mencatat nama-nama yang keluar masuk areal pencarian tersebut.

2.2      Road Blocks ( razia pada jalan keluar )

Pada dasarnya sama dengan trail blocks, hanya saja disini masyarakat, pamong desa dapat diminta bantuan untuk melakukan pengawasan kemungkinan korban keluar melalui desa mereka atau dengan meminta bantuan petugas keamanan atau tenaga yang lainnya.

2.3      Look Outs

Dilakukan dengan mengadakan “pengintaian” dengan menempatkan regu-regu kecil di ketinggian untuk dapat mendeteksi dan mengawasi daerah-daerah sekitar yang lebih rendah untuk mendeteksi dan mengawasi bila ada yang bergerak, membuat asap, tanda-tanda dari survivor jika berada di sekitar daerah itu. Juga menggunakan tanda-tanda yang menyolok untuk menarik perhatian survivor, misalnya bunyi-bunyian, lampu, sinar, api, asap dll.

2.4      Camp In

Yaitu mendirikan pos – pos di lokasi yang strategis, misalnya saja persimpangan jalan atau pertemuan aliran sungai. Dari Camp In ini tim pencari dapat bergerak melakukan pencarian di daerah sekitar.

2.5      Track Traps (jalur jebakan)

Yaitu jalur setapak atau tempat-tempat tertentu yang kemungkinan besar akan dilalui oleh korban karena tempat tersebut secara alamiah dan naluri, besar kemungkinannya akan dipilih atau dilewati korban, misal jalur air, mata air, gua, tempat datar dsb. Tim pencari dapat membuat jebakan buatan, misal dengan menggemburkan tanah disekitar jalur. Periksalah secara berulang area itu secara berkala untuk melihat jejak korban.

2.6      String Lines

Yaitu pembatas jalur buatan berupa benang atau tali yang ditarik mengikuti jalur tertentu yang diharapkan akan membatasi ruang gerak korban. Bila string line tersebut diketemukan oleh korban, ia akan dituntun menuju tempat tertentu misal jalan setapak, camp in dsb. Secara khusus akan efektif bila dilakukan pada daerah-daerah terbuka dimana cara pandangnya baik.

Bila daerahnya berpohon dan bersemak lebat, dapat lebih sempurna  dengan menggunakan Tagged String Lines (bentangan tali yang bertanda). Tags (tanda-tanda) pada string lines akan menarik perhatian survivor untuk bergerak mengikuti tali itu dan keluar menuju tempat yang ditunjukkan oleh tanda-tanda itu.

Tujuan menggunakan string line adalah menjadikan ruang-ruang atau kotak-kotak search area menjadi sektor yang terkuasai untuk pencarian tim pencari.

Setelah Initial Confinement (pemagaran awal), tambahan string line dapat digunakan untuk membagi-bagi area itu. String line dapat digunakan untuk pemagaran dan untuk menandai sektor pencarian. Pemisahan lebih lanjut ini bertujuan untuk mempersempit areal pencarian yang dilakukan oleh tim pencari.

3.     TAHAP PENGENALAN (DETECTION MODE)

Detection adalah usaha untuk mencari korban atau benda yang tercecer/terjatuh atau sengaja ditinggalkan survivor. Pada keadaan inilah pasukan atau tenaga dari tim ESAR terutama diperlukan atau digunakan. Yaitu pemeriksaan-pemeriksaan terhadap tempat-tempat yang dicurigai. Apabila dirasa perlu, dilakukan pencarian dengan cara menyapu (sweep searches). Bisa juga dilakukan pemeriksaan terhadap tempat-tempat yang diketemukan tanda-tanda atau barang-barang yang ditinggalkan oleh survivor. Untuk lebih jelasnya akan dibahas dalan bagian tersendiri.

Metode detection, dikelompokkan ke dalam tiga kategori. Penamaan dari ketiga kategori di bawah ini telah digunakan dalam ESAR untuk beberapa tahun ini, diambil karena hal ini secara umum bertalian terhadap tahapan dari pengembangan operasi pencarian. Tipe I umumnya mendahului tipe II, tipe II muncul sebelum tipe III.

3.1      TIPE I SEARCH ( HASTIC SEARCHING )

Yaitu pemeriksaan tidak resmi yang segera dilakukukan terhadap areal yang dianggap paling memungkinkan. Penamaan lain untuk tipe ini adalah Reconnaisance atau Hastic Searching / pencarian terburu-buru.

Metode ini digunakan pada :

  • Tahap pencarian awal
  • Memeriksa ulang daerah dimana diduga survivor berada

Sasaran metode ini :

  • Pemeriksaan yang sesegera atas area yang spesifik dimana survivor diduga berada
  • Memperoleh informasi mengenai areal pencarian

Teknik yang digunakan :

Sebuah tim kecil yang terdiri dari 3-6 orang yang mampu bergerak cepat untuk memeriksa daerah pencarian. Bila menemukan barang yang tercecer dan bila SMC (SAR Mission Coordinator) menghendaki barang tersebut dibawa, maka sebuah marker akan dipasang dan ditempatkan di lokasi penemuan.

3.2      TIPE II SEARCH ( OPEN GRID )

Kriterianya adalah efisiensi, pemeriksaan yang cepat dan sistematis atas area yang luas, dengan metode penyapuan yang akan menghasilkan hasil akhir yang tinggi dari setiap pencari per jam kerjanya. Nama lain dari tipe ini adalah open grids (pencarian grid renggang / penyapuan renggang). Metode ini digunakan pada :

  • Tahap awal operasi pencarian, terutama bila jangka waktu orang yang bertahan hidup diperkirakan sangat pendek
  • Bila areal pencarian luas dan tidak ada areal tertentu yang dapat dicurigai dan tidak tersedia cukup tenaga pencari yang dapat mengcover keseluruhan area.

Sasaran metode ini adalah :

pencarian yang tepat dan cepat pada areal yang luas.

Teknik yang digunakan

Sebuah tim kecil yang terdiri dari 3-6 orang, yang sejajar dengan jarak yang cukup lebar antara 10 meter sampai 20 meter dengan arah yang telah ditentukan.

Ada baiknya ada seorang pemimpin tim yang bergerak mengawasi penyapuan, tugasnya :

  • Memperhatikan apakah penegang kompas dapat menjaga sudut kompas yang sejajar.
  • Mengatasi hal-hal yang muncul mendadak.
  • Memeriksa penemuan – penemuan yang ditemukan oleh tim.

Ada cara umum untuk mencegah regu pencari saling tumpang tindih satu sama lain atau tidak bisa menjaga jarak yang telah ditentukan diantara mereka yaitu dengan memakai pita atau ribbon dan menggunakan kompas.

Pada metode I dan II pada selang waktu tertentu regu berhenti untuk memperhatikan sekilas sekitarnya serta memanggil survivor sambil menanti kemungkinan jawaban.

Contoh pencarian dan penyapuan pada metode tipe II.

i.       Tim terdiri dari 6 orang memeriksa kedua tepi sungai kecil.
ii.       A & B, personil ujung kiri dan kanan memasang marker (catatan petunjuk lapangan), dan string line / ribbon.
iii.       C adalah petugas kompas / kompasman yang selalu memeriksa bahwa pencarian sesuai arah kompas.
iv.       X adalah pimpinan SRU yang mondar-mandir sekitar barisan sambil memeriksa dan memastikan jarak personil terjaga dan juga melihat situasi sekitar medan, apakah perlu ada perubahan arah atau sistem pencarian.
v.       Z adalah navigator, yang bertugas membantu kompas man untuk memastikan agar sudut pencarian tidak melenceng.

Bila alat komunikasi cukup, maka idealnya X, A, dan B masing-masing membawa HT.

3.3      TIPE III SEARCH ( CLOSE GRID )

Kriterianya adalah kecermatan, pencarian dengan sistematika yang ketat atas area yang lebih kecil menggunakan metode penyapuan yang cermat. Dinamakan juga close grids (pencarian grid rapat/ penyapuan rapat).

Metode ini digunakan pada :

  • Besarnya kemungkinan objek yang ditemukan dalam areal pencarian pada metode tipe II, lebih rendah dari apa yang diharapkan
  • Bila areal pencarian terbatas dan tenaga yang tersedia mencukupi

Sasaran metode ini adalah pencarian yang cermat atas areal yang spesifik

Teknik yang digunakan :

Penyapuan dengan jarak yang sempit. Jumlah anggota tim 3 – 9 orang dengan jarak kira-kira antar personil 3 meter sampai 5 meter. Pita-pita atau string line banyak digunakan untuk mengontrol dalam memberi tanda yang jelas antara areal yang sudah dicari dan yang belum.

4.     TAHAP PELACAKAN (TRACKING MODE)

Yaitu mengikuti dan melacak jejak yang ditinggalkan oleh survivor atau pelacakan terhadap barang-barang yang tercecer dari survivor.

Tracking bisa benar-benar dilakukan oleh orang – orang yang terlatih dan berpengalaman serta mempunyai kemampuan melacak yang tinggi antara lain membaca jejak, medan peta kompas, mengerti maksud dan tujuan korban, makna dari benda-benda yang terjatuh dan sengaja ditinggal korban atau dengan menggunakan anjing pelacak.

Dari beberapa pengalaman, pelacakan dengan anjing pelacak masih belum bisa dilakukan secara baik untuk kondisi alam Indonesia. Hal ini dikarenakan faktor alam yang sulit dan ekstrim serta cepat berubah.

5.            TAHAP EVAKUASI (EVACUATION MODE)

Yaitu memberikan pertolongan pertama dan membawa survivor ke titik penyerahan  untuk perawatan lebih lanjut.

Tiga hal pokok yang harus dilakukan pencari apabila berhasil menemukan Survivor dalam keadaan hidup:

A.     Memberikan pertolongan pertama bila diperlukan. Dalam hal ini personil harus benar-benar memiliki kemampuan pertolongan pertama, karena kalau salah menangani akan mengakibatkan korban bertambah parah bahkan bisa meninggal.
B.    Meyakinkan pada survivor bahwa Ia akan selamat
C.    Mengabarkan ke pangkalan pengendali tentang kondisi dan lokasi ditemukannya survivor.

Bila survivor dalam keadaan meninggal :

A.     Tidak boleh merubah posisi survivor sebelum ada perintah dari SMC.
B.    Menjaga survivor dari segala gangguan yang mungkin terjadi
C.    Melaporkan ke pangkalan untuk dievakuasi

 Teknik yang digunakan dalam evakuasi :

A.     Memapah
B.    Memandu
C.    Bantuan helicopter
D.    Modifikasi dari teknik yang ada


Sikap Mental Selama Pencarian

1.  Cepat Tanggap. Pentingnya cepat tanggap untuk mencegah :
     a.  Sangat cepatnya meluasnya areal pencarian yang potensial.
     b.  Meningkatnya kesulitan pencarian berkaitan dengan mobilitas dan reaksi.
2. Dalam melakukan pencarian jangan terlalu terburu-buru, hendaknya dilakukan dengan kecermatan dan keteletian. Hal ini untuk mengindari kemungkinan survivor tidak terdeteksi saat dilakukan penyapuan.
3. Pencarian adalah hal yang menarik. Bila pencarian kita anggap sebagai hal menarik, maka hasilnya akan lebih efektif. Kesungguhan, perhatian penuh dan sikap agresif  dalam mengawasi merupakan komponen yang berharga bagi kerja pencarian.
4. Pentingnya mencari jejak atau barang yang tercecer. Penemuan jumlah jejak dan barang yang tercecer di dalam area, diperkirakan akan lebih banyak dari survivor. Penemuan juga dapat merupakan pemasukan yang penting bagi penyempitan areal pencarian.

BAB 2

TEKNIK DASAR NAVIGASI DARAT

PENDAHULUAN
Sebagai penggiat kegiatan alam bebas, pengetahuan tentang medan merupakan sebuah modal yang harus dimiliki. Pengetahuan penguasaan medan akan mempermudah kita untuk mencapai tujuan dan target tertentu dalam berkegiatan di alam bebas. Selain itu penguasaan medan ini juga dapat berguna dalam kegiatan-kegiatan kemanusiaan. Untuk pelaksanaan tugas SAR, evakuasi, dll. Pengetahuan tentang medan ini antara lain meliputi survival, teknik hidup di alam bebas, dan navigasi darat. Selain mungkin ada bebarapa materi pendukung seperti perencanaan perjalanan, kesehatan perjalanan, komunikasi lapangan, pengetahuan geologi, pengetahuan lingkungan, dll.
Navigasi darat adalah ilmu praktis. Kemampuan bernavigasi dapat terasah jika sering berlatih. Pemahaman teori dan konsep hanyalah faktor yang membantu, dan tidak menjamin jika mengetahui teorinya secara lengkap, maka kemampuan navigasinya menjadi tinggi. Bahkan seorang jago navigasi yang tidak pernah berlatih dalam jangka waktu lama, dapat mengurangi kepekaannya dalam menerjemahkan tanda-tanda di peta ke medan sebenarnya, atau menerjemahkan tanda-tanda medan ke dalam peta. Untuk itu, latihan sesering mungkin akan membantu kita untuk dapat mengasah kepekaan, dan pada akhirnya navigasi darat yang telah kita pelajari menjadi bermanfaat untuk kita dan orang lain.

DEFINISI
Navigasi Darat adalah suatu tekhnik untuk menentukan kedudukan suatu tempat dan arah lintasan perjalanan secara tepat baik di medan sebenarnya maupun pada peta, ssedangkan personil yang menggunakannya disebut NAVIGATOR. Berkaitan dengan pengertian tersebut, pemahaman tentang kompas dan peta serta cara penggunaannya mutlak harus dikuasai.
Pada prinsipnya navigasi adalah cara menentukan arah dan posisi, yaitu arah yang akan dituju dan posisi keberadaan navigator berada di medan sebenarnya yang diproyeksikan pada peta. Kunci pemahaman navigasi hanya 2 macam, yaitu :
1. Mampu merekam dan membaca gambar permukaan fisik bumi
2. Mampu menggunakan peralatan pedoman arah.
Alat yang diperlukan untuk melakukan Navigasi Darat, antara lain :
Peta – Kompas – Altimeter – Protaktor – Alat Tulis – Penggaris.

I. PETA

A. PENGERTIAN
Peta merupakan penggambaran dua dimensi sebagian atau seluruh permukaan fisik bumi pada bidang datar dari yang dilihat dari atas, dan diperkecil atau diperbesar dengan perbandingan tertentu yang disebut kedar / skala.
Peta yang diperlukan untuk keperluan navigasi darat adalah peta topografi atau peta rupa bumi atau peta kontur dengan skala sedang. Peta topografi memetakan tempat-tempat di permukaan bumi yang berketinggian sama dari permukaan laut menjadi bentuk garis-garis kontur, dengan satu garis kontur mewakili satu titik ketinggian.
Di Indonesia, peta yang lazim digunakan adalah peta keluaran Direktorat Geologi Bandung, lalu peta dari Jawatan Topologi, yang sering disebut sebagai peta AMS (American Map Service) dibuat oleh Amerika dan rata-rata dikeluarkan pada tahun 1960. Peta AMS biasanya berskala 1:50.000 dengan interval kontur (jarak antar kontur) 25 m. Selain itu ada peta keluaran Bakosurtanal (Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional) yang lebih baru, dengan skala 1:50.000 atau 1:25.000 (dengan interval kontur 12,5 m). Peta keluaran Bakosurtanal biasanya berwarna.

B. JENIS-JENIS PETA
Dengan kemajuan teknologi, seluruh wujud fisik muka bumi ini dapat kita pelajari dengan seksama dari peta sesuai dengan banyaknya data dan informasi yang disajikan (berdasarkan luas daerah yang tergambar) maka peta dapat dibedakan menurut :

1. INFORMASI

Menurut informasi atau isinya peta dibedakan menjadi :
A. Peta Geografis
Peta Geografis (Geo=Bumi, Grafos=Catatan) menyajikan gambaran dari seluruh permukaan fisik bumi ini, seperti Atlas Globe.
B. Peta Topografi
Menyajikan gambaran-gambaran proyeksi dari bagian-bagian permukaan bumi, seperti peta Indonesia, peta G.Burangrang. Peta ini berskala 1:25000 – 1:250000.
C. Peta Tekhnis
Menyajikan gambaran proyeksi permukaan fisik bumi unntuk menunjang kebutuhan-kebutuhan tekhnik tertentu, seperti peta tekhnis jaringa jalan raya, jaringan rel KA. Peta ini berskala antara 1:25000.
D. Peta Tematik
Menyajikan data dan informasi yang mempunyai tema (topik) tertentu sehubungan dengan kedudukan geografi-nya, sebagai contoh peta distribusi peluru kendali AS, peta kepadatan penduduk di Indonesia, peta lahan pertanian.
E. Foto Udara
Peta yang memberikan gambaran yang aktual dari permukaan bumi.

2. SKALA

Penggolongan peta berdasarkan skala ini dibedakan menjadi peta skala besar, skala menengah dan skala kecil, yaitu sebagai berikut :
A. Peta Skala Besar ( 1 : 1.000 s/d 1 : 25.000 )
B. Peta Skala Sedang ( 1 : 25.000 s/d 1 : 50.000 )
C. Peta Skala Kecil ( 1 : 50.000 s/d 1: 500.000 atau lebih kecil lagi )

3. TUJUAN dan PENGGUNAAN PETA

– Untuk tujuan militer, contoh : peta strategis 1 : 500.000, peta taktis 1 : 25.000, peta penerjunan 1 : 10.000 dan lain sebagainya
– Untuk tujuan pembangunan, contoh : peta pengenalan wilayah, peta pra-rencana, peta rencana, peta studi kelayakan dan lain-lain.

4. LUAS DAERAH

Menurut luas cakupan daerah yang dipetakan, contoh : peta Desa, peta kecamatan, peta kabupaten, dsb.

5. PROYEKSI

Proyeksi peta adalah suatu teknik pemindahan gambar peta ke berbagai macam bentuk peta. Proyeksi yang biasa digunakan, contoh peta Proyeksi Polieder (terbitan Jantop Hindia Belanda), peta Proyeksi LCO (Lambert Conical Ortomorfik) terbitan sekutu, peta Proyeksi UTM (Universal Tranfer Mercator) atau sistem perpetaan yang digunakan secara Internasional dan peta Proyeksi lainnya.

C. BAGIAN-BAGIAN PETA

1. JUDUL PETA

Merupakan lokasi yang ditunjukkan oleh peta bersangkutan. Judul peta tertera di bagian atas tengah peta.

2. NOMOR PETA

Nomor peta merupakan nomor registrasi dari badan pembuat peta. Selain itu juga sebagai petunjuk apabila kita memerlukan peta daerah lain di sekitar daerah yang dipetakan tersebut. Nomor peta terdapat di sebelah kanan atas peta. Elemen pokok untuk mengidentifikasi peta adalah :
A. Nomor Seri Peta
B. Nomor Lembar Peta
C. Keterangan Edisi
Peta topografi di Indonesia, nomor seri peta dan lembar peta merupakan satu bagian dengan judul peta. Nomor seri peta merupakan identitas untuk daerah dan skala peta. Nomor edisi merupakan identitas kemutakhiran dari informasi yang disajikan pada peta.

3. TAHUN PETA

Menunjukkan tentang tahun pembuatan peta tersebut. Semakin baru tahun peta, maka data pada peta tersebut semakin akurat.

4. LEGENDA PETA

Memuat keterangan-keterangan pada peta yang berupa symbol / tanda, misalnya jalan, sungai, pemukiman, dll.

5. KARVAK

Yaitu Daerah tertentu di peta yang dibagi menjadi bagian berupa bujur sangkar.
Caranya :
1. Dua angka terakhir yang berada disebelah barat / kiri dari daerah / titik yang dimaksud
2. Dua angka terakhir yang berada di debelah selatan / bawah dari daerah atau titik yang dimaksud
3. Lembaran Peta selalu disebutkan lebih dahulu, diberi garis pemisah ( garis penghubung ), selanjutnya disebut bujur sangkar / KARVAK.

6. ARAH UTARA

I. Utara sebenarnya/True North : Arah utara yang ditunjukkan oleh garis meridian dan menuju ke kutub utara, atau pertemuan garis-garis meridian yang terdapat di kutub utara atau titik poros bumi.

II. Utara Magnetis/Magnetic North : Yaitu arah utara yang ditunjukkan oleh garis tangah jarum kompas, dan tujuannya ke kutub magnetis bumi, yaitu di pulau Ellesmere, Canada, daerah Greenland dan adanya hanya di kompas.

III. Utara Peta/Map North : Arah utara yang terdapat pada peta. Yaitu arah utara yang ditujukkan oleh garis tegak pada peta dan adanya hanya di peta.

7. KOORDINAT

Koordinat adalah kedudukan suatu titik pada peta. Secara teori, koordinat merupakan titik pertemuan antara absis dan ordinat. Dalam menentukan Koordinat dilakukan diatas Peta dan bukan dilapangan. Penunjukannya dengan system Koordinat 6 atau 8 angka.
Peta Topografi selalu dibagi dalam kotak-kotak (karvak) untuk membantu menentukan posisi dipeta dalam hitungan koordinat. Untuk daerah yang luas dipakai penomoran 6 angka, dan untuk daerah yang lebih sempit dengan penomoran 8 angka. Koordinat ditentukan dengan sistem sumbu yaitu garis-garis yang saling berpotongan tegak lurus (garis bujur dan lintang).

Sistem koordinat yang resmi dipakai ada dua macam yaitu :

1. Koordinat Geografis (Geographical Coordinate)
Sumbu yang digunakan adalah garis bujur (bujur barat dan bujur timur) yang tegak lurus dengan garis khatulistiwa, dan garis lintang (lintang utara dan lintang selatan) yang sejajar dengan garis khatulistiwa. Koordinat geografis dinyatakan dalam satuan derajat, menit, detik dan second. Pada peta Bakosurtanal, biasanya menggunakan koordinat geografis sebagai koordinat utama. Pada peta ini, satu kotak (atau sering disebut satu karvak) lebarnya adalah 3,71 cm. Pada skala 1:25.000, satu karvak sama dengan 30 detik (30″), dan pada peta skala 1:50.000, satu karvak sama dengan 1 menit (60″).

2. Koordinat Grid (Grid Coordinate atau UTM)
sering disebut koordinat peta. Dalam koordinat grid, kedudukan suatu titik dinyatakan dalam ukuran jarak setiap titik acuan. Untuk wilayah Indonesia, titik acuan berada disebelah barat Jakarta (60 LU, 980 BT). Garis vertikal diberi nomor urut dari selatan ke utara, sedangkan horizontal dari barat ke timur. Sistem koordinat mengenal penomoran 4 angka, 6 angka dan 8 angka. Pada peta AMS, biasanya menggunakan koordinat grid. Satu karvak sebanding dengan 2 cm pada Peta 1 : 50.000 dan 4 cm pada Peta 1 : 25.000. Karena itu untuk penentuan koordinat koordinat grid 4 angka, dapat langsung ditentukan. Penentuan koordinat grid 6 angka, satu karvak dibagi terlebih dahulu menjadi 10 bagian (per 2 mm). Sedangkan penentuan koordinat grid 8 angka dibagi menjadi sepuluh bagian (per 1 mm).
Dalam menunjukkan koordinat, disebutkan dari barat ke timur dan dari selatan ke utara, atau dengan kata lain garis tegak dan garis datar, cara menyebutkannya :
1. Sebut dahulu ► OBJEK
2. Sebutkan ► NOMOR LEMBAR PETA
3. Kemudian sebutkan ► KOORDINAT

5. SKALA PETA

Adalah perbandingan jarak antara 2 titik di peta dengan jarak mendatar (horizontal) antara 2 titik yang serupa di medan sebenarnya.

Rumus Dasarnya
Jarak Peta x Skala = Jarak Mendatar

Sifat Skala
– semakin besar angka dibelakang tanda ( : ), makin Kecil skala petanya.
– semakin kecil angka dibelakang tanda ( : ), makin Besar skala petanya.

Macam-macam Skala :

A. Skala Angka / Skala Pecahan
Contohnya seperti 1 : 1000 yang berarti 1 cm di peta sama dengan 1000 cm jarak aslinya di dunia nyata.

B. Skala Satuan
Misalnya seperti 1 inchi to 5 miles dengan arti 1 inch di peta adalah sama dengan 5 mil pada jarak sebenarnya.

C. Skala Garis
Skala garis menampilkan suatu garis dengan beberapa satuan jarak yang menyatakan suatu jarak pada tiap satuan jarak yang ada. Skala ini dibuat dalam bentuk garis horisontal yang memiliki panjang tertentu dan tiap ruas berukuran 1 cm/lebih untuk mewakili jarak tertentu yang diinginkan oleh pembuat peta.

Menyatakan skala
Dengan perkataan : 1 cm = 500 m
Dengan perbandingan : 1 : 50000
Dengan pecahan : 1 / 50000

7. CONTOUR – GARIS KETINGGIAN

Merupakan Garis Khayal di atas permukaan tanah yang menghubungkan titik-titik yang sama tingginya dan biasanya berkelok-kelok serta tertutup, atau garis yang menghubungkan titik – titik ketinggian yang sama dari permukaan laut dan digambarkan dengan warna Coklat di atas Peta (pada peta berwarna).
Dalam membaca Garis Ketinggian, yang perlu diperhatikan adalah mengetahui Sifat – Sifat dari Garis Ketinggian.

Macam-macam Garis Ketinggian antara lain :
1. Garis Ketinggian yang digambarkan Tipis.
2. Garis Ketinggian yang digambarkan Tebal
3. Garis Ketinggian yang digambarkan Terputus-Putus.

Maksud adanya garis ketinggian, yaitu :
1. untuk mengetahui tinggi suatu tempat dari permukaan air laut
2. untuk mengetahui bentuk medan yang sebenarnya.

Sifat – Sifat dari Garis Ketinggian

1. Garis Ketinggian satu dengan yang lainnya tidak saling berpotongan dan tidak bercabang.
2. Garis ketinggian pertama telah mempunyai harga yang paling tinggi (puncak).
3. Garis ketinggian yang lebih rendah selalu mengelilingi garis ketinggian yang lebih tinggi, kecuali daerah depresi / cekungan yang diberi keterangan secara khusus, misalnya kawah, danau, dll.
4. Untuk daerah yang Landai, Garis Ketinggian akan saling berjauhan, sedangkan daerah Terjal mempunyai Contour yang saling berdekatan / rapat.
5. Garis ketinggian berbentuk U yang ujungnya melengkung menjauhi puncak merupakan Punggungan
6. Garis ketinggian yang berbentuk n yang ujungnya tajam menjorok mendekati kepuncak merupakan Lembahan. Kontur lembahan biasanya rapat dan terdapat sungai.
7. Pelana / Saddle, daerah lembah tidak terlalu dalam (landai), rendah dan sempit diantara dua garis ketinggian yang sama tingginya, tetapi terpisah antara satu dengan lainnya. Pelana yang terdapat diantara 2 gunung besar, disebut Pass.
8. Coll, daerah lembah yang dalam diantara 2 titik ketinggian.
9. Garis ketinggian ke-sepuluh (10) digambarkan lebih tebal, kecuali ditentukan lain.
10. Sungai, terlihat dipeta sebagai garis yang memotong rangkaian kontur, biasanya ada di lembahan, dan namanya tertera mengikuti alur sungai. Dalam membaca alur sungai ini harap diperhatikan lembahan curam, kelokan-kelokan dan arah aliran.
11. Bila peta daerah pantai, muara sungai merupakan tanda medan yang sangat jelas, begitu pula pulau-pulau kecil, tanjung dan teluk .
12. Interval garis kontur adalah skala : 2000

NB: ketentuan lain tersebut terdapat pada legenda peta

8. TITIK TRIANGULASI

Selain dari garis – garis ketinggian kita dapat pula mengetahui tingginya suatu tempat dengan pertolongan titik ketinggian. Titik ketinggian ini biasanya dinamakan Titik Triangulasi.
Titik Triangulasi adalah suatu titik atau tanda merupakan Pilar / Tonggak yang menyatakan Tinggi Mutlak suatu tempat dari permukaan Laut.
Titik Triangulasi ini digunakan oleh Jawatan Topografi untuk menentukan tinggi suatu tempat atau letak suatu tempat dalam pengukuran secara ilmu pasti pada waktu pembuatan peta.

TINGGI MUTLAK

1. Diukur dari permukaan Laut, merupakan Standarisasi pengukuran
2. Tinggi Mutlak digunakan untuk menentukan Tinggi Sebenarnya dari permukaan Laut.

TINGGI NISBI

Diukur dari tempat dimana benda itu berada, biasanya diukur dari permukaan tanah.

10. IKHTILAF – IKHTILAF

Karena pengaruh rotasi bumi, letak Kutub Magnetis bumi bergeser dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, untuk keperluan yang menuntut ketelitian perlu dipertimbangkan adanya deklinasi ( penyimpangan ), diantaranya ikhtilaf peta, ikhtilaf magnetis, ikhtilaf peta magnetis, dan variasi magnetis.

1. Ikhtilaf Peta
Ialah Sudut yang dibentuk oleh Utara Sebenarnya dengan Utara Peta, baik ke Barat maupun ke Timur. Yang jadi patokan adalah Utara Sebenarnya.
IP = US + UP

2. Ikhtilaf Magnetis
Ialah Sudut yang dibentuk oleh Utara Sebenarnya dengan Utara Magnetis, baik ke Barat maupun ke Timur. Yang jadi patokan adalah Utara Sebenarnya.
IM = US + UM

3. Ikhtilaf Utara Peta – Utara Magnetis ( Sudut Peta Magnetis )
Merupakan Sudut yang dibentuk oleh Utara Peta dengan Utara Magnetis, baik ke Barat maupun ke Timur. Yang jadi patokan adalah Utara Peta.
SPM = UP ± UM

Membaca Peta

Yang terpenting dalam bernavigasi adalah kemampuan membaca peta dan menginterpretasikan / membayangkan keadaaan medan sebenarnya, yang meliputi kemampuan membaca kontur, menentukan ketinggian tempat dengan pertolongan titik triangulasi dan kemampuan mengenal tanda-tanda medan. Pengertian akan tanda medan ini mutlak diperlukan, sebagai asumsi awal dalam menyusun perencanaan perjalanan.

VARIASI MAGNETIS

Ialah Perbedaan Ikhtilaf Magnetis pada waktu – waktu yang berlainan.
Variasi Magnetis pada beberapa tempat tidak sama, variasi magnetis ini ditulis dibagian bawah Peta Topografi untuk menentukan deklinasi dan Variasi Magnetis untuk Peta Topografi Indonesia yang baru digambarkan dengan diagram sudut yang terdapat disebelah kiri bawah Peta.

Disamping itu juga dinyatakan beberapa Variasi Magnetis rata – rata tiap tahun. Ada juga diantaranya yang tidak menggambarkan Ikhtilaf Peta yang ada hanya Ikhtilaf Magnetisnya saja.
Untuk mencari Ikhtilaf Petanya harus dilihat dekat batas kiri / kanan peta tertulis kata- kata GRID DECLINATION yang artinya sama dengan IKHTILAF PETA.
Kalau GRID DECLINATION tidak ada berarti Utara Peta dengan Utara Sebenarnya sejajar.

INCREASE – DECREASE

Bilamana suatu Variasi Magnetis Bertambah sehingga setiap tahunnya makin lama makin bertambah, maka disebut Increase.

Bilamana suatu Variasi Magnetis berkurang sehingga setiap tahunnya makin lama makin berkurang, maka disebut Decrease.

SUDUT PETA

Ialah Sudut yang dibentuk oleh 2 buah garis, yaitu satu menuju Utara Peta dan satunya lagi menuju Sasaran.

CARA MENGUKUR SUDUT PETA

Misalnya kita mengukur Sudut Peta dari titik A ke titik B diatas Peta, dengan cara sebagai berikut :
• Tarik 2 buah garis dari titik A, masing-masing menuju ke arah Utara Peta dan menuju ke arah Sasaran
• Ukur sudutnya dari arah garis yang menuju Utara Peta ke garis yang menuju titik B dengan menggunakan Busur Derajat / Protractor sesuai dengan arah Perputaran Jam.
Catatan :
• 0 derajat harus ditempatkan / disimpan paling atas
• Jika sudutnya 180 derajat ke arah kiri
• Setelah itu baca pada Busur Derajat / Protractor berapa Sudut Petanya atau berapa Skala Derajatnya

SUDUT PETA = SUDUT KOMPAS ± (UP.UM)

SUDUT KOMPAS

Ialah Sudut yang dibentuk oleh 2 buah garis, yang satu menuju Utara Magnetis dan satu lagi menuju Sasaran.

CARA MENGUKUR SUDUT KOMPAS

Menentukan Sudut Kompas dengan Kompas Prisma di suatu medan sbb :
• Buka Kompas dan tutupnya tegakkan ke atas
• Tutupkan Prisma ke atas Kaca Kompas
• Tarik cincin Ibu Jari jauh ke bawah, lalu masukkan Ibu Jari ke dalam cincin dan letakkan jari telunjuk menekan kotak kompas.
• Bawalah atau dekatkan Kompas kedepan mata.
• Arahkan Kompas pada Sasaran yang dituju dengan melihat celah melalui bidikan pada prisma, sejajarkan garis rambut / gari tengah dengan Sasaran
• Lalu lihat angka yang ditunjukkan oleh jarum penunjuk didalam kompas, itulah Sudut Kompas yang dimaksud.

SUDUT KOMPAS = SUDUT PETA ± (UP.UM 2013)

II. KOMPAS

A. PENGERTIAN

Merupakan penunjuk arah mata angin dengan ketentuan sudut derajat dari arah utara magnetis bumi. Kompas yang biasa digunakan untuk keperluan navigasi darat dapat dibedakan menurut kegunaannya dan menurut cara melihat angka di dalam lingkaran sudutnya.

B. FUNGSI

Kompas adalah alat penunjuk arah yang digunakan untuk mengetahui arah utara magnetis. Karena sifat kemagnetannya, jarum kompas akan menunjuk arah utara-selatan (jika tidak dipengaruhi oleh adanya gaya-gaya magnet lainnya selain magnet bumi). Tetapi perlu diingat bahwa arah yang ditunjuk oleh jarum kompas tersebut adalah arah utara magnet bumi, jadi bukan arah utara sebenarnya.
Secara fisik, kompas terdiri atas :
a) Badan, yaitu tempat komponen-komponen kompas lainnya berada.
b) Jarum, selalu mengarah ke utara-selatan bagaimanapun posisinya.
c) Skala penunjuk, menunjukkan derajat sistem mata angin.

C. JENIS-JENIS KOMPAS

Berdasarkan kegunaannya ada Kompas Bidik, yaitu kompas yang penggunaannya dikhususkan untuk menentukan azimuth dengan cara dibidik. Kompas Orienteering, yaitu jenis kompas yang penggunaannya khusus untuk orientasi peta, tetapi masih bisa digunakan untuk membidik walaupun kurang tepat (kecuali model-model tertentu).
Berdasarkan cara melihat lingkaran derajatnya, ada Kompas Prisma, Kompas Lensa dan Kompas Cermin.
Kompas yang baik pada ujungnya dilapisi fosfor agar dapat terlihat dalam keadaan gelap.

D. PEMAKAIAN KOMPAS

Kompas dipakai dengan posisi horizontal sesuai dengan arah garis medan magnet bumi. Dalam memakai kompas, perlu dijauhkan dari pengaruh benda-benda yang mengandung logam, seperti pisau, golok, karabiner, jam tangan dan lainnya. Kehadiran benda-benda tersebut akan mempengaruhi jarum kompas sehingga ketepatannya akan berkurang.
Pada dasarnya cara pengggunaan kompas ditekankan pada urutan-urutan yang benar menggunakan kompas, yaitu sebagai berikut :
1. Buka bagian penutup (untuk kompas yang ada penutupnya)
2. Jauhkan kompas dari gangguan lokal dan benda-benda yang mengandung medan magnet
3. Pegang / letakkan kompas dengan datar ( horizontal )
4. Bidik sasaran yang dituju dimana celah bidik, garis bidik dan sasaran bidik berada pada satu garis lurus.
5. Baca / lihat besar sudut dari bagian untuk melihat angka-angka derajat (untuk kompas bidik).

E. BERJALAN MENURUT ARAH KOMPAS

Kadangkala di lapangan kita dituntut untuk melakukan pergerakan menurut arah kompas yang telah kita tentukan. Pada prinsipnya dalam melakukan pergerakan dengan sasaran bidik yang telah ditentukan harus kontras dengan keadaan sekitarnya dan sejauh mata memandang, tetapi di lapangan kita sulit untuk menentukan sasaran bidik yang kontras dengan keadaan sekitarnya, untuk mengatasinya dengan bantuan teman kita sebagai sasarannya (man to man) dengan langkah-langkah sebagai berikut :
– Ikuti urutan menggunakan kompas yang benar
– Bidik sasaran / tujuan dengan kompas melalui celah bidik
– Sejajarkan garis pada permukaan kaca kompas dengan arah utara kompas.
– Dengan sejajarnya arah utara kompas dengan garis pada permukaan kaca kompas, maka Arah celah bidik kompas adalah arah yang kita tuju.

III. ALTIMETER

Altimeter merupakan alat Pengukur Ketinggian yang bisa membantu dalam menentukan posisi.
Pada medan yang bergunung tinggi, resection dengan menggunakan kompas sering tidak banyak membantu, disini altimeter lebih bermanfaat. Dengan menyusuri punggungan-punggungan yang mudah dikenali di peta, altimeter akan lebih berperan dalam perjalanan, yang harus diperhatikan dalam pemakaian altimeter :
 setiap altimeter yang dipakai harus dikalibrasi, dengan cara periksa ketelitian altimeter di titik-titik ketinggian yang pasti. Contohnya di tepi laut atau Stasiun kereta api.
 Altimeter sangat peka terhadap guncangan, perubahan cuaca, dan perubahan temperatur.

IV. PROTRACTOR

Protractor adalah alat yang berbentuk persegi empat yang digunakan untuk mempermudah kita menentukan koordinat dan sudut pada peta.
Biasanya 1 buah protaktor memiliki 3 skala yang berbeda, namun tidak dapat digunakan untuk membaca koordinat geografis yang di dalamnya terdapat :
• Pembagian Derajat
• Pembagian Peribuan
• Skala Koordinat 1 : 100.000 1 : 50.000 1 : 25.000
• Titik Pusat untuk Pembagian Derajat dan Peribuan adalah titik silang pada tengah – tengah Protractor.
• Tanda Indeks dan untuk Skala Koordinat adalah Sisi Tegak dan Siku – siku segi-tiga

Protractor dapat dipergunakan untuk :
1. Menentukan Sudut Peta
2. Plotting Sudut Peta
3. Plotting Koordinat
4. Menentukan Koordinat

MENGENAL TANDA MEDAN

Kemampuan mengenal tanda medan sangatlah mutlak untuk dikuasai jika kita hendak melakukan navigasi darat. Tanda-tanda medan dapat dijadikan acuan untuk penentuan lokasi dan pengenalan medan supaya arah perjalanan tidak melenceng hingga terjadi hal-hal buruk seperti tersesat. Tanda-tanda medan dapat dikenali dari bentang alam yang ada di sekitar, misalnya punggungan, puncak bukit, jalan setapak, jalan raya, sungai, tebing, muara, anak sungai, pemukiman atau daerah tertentu.
Disamping kita mengenal tanda medan / objek di peta, kita juga bisa menggunakan tanda-tanda medan / objek sebenarnya di lapangan yang mudah dikenali di peta. Beberapa tanda medan dapat kita baca di peta sebelum kita berangkat menuju lokasi, tapi kemudian kita harus cari tanda tersebut di lokasi :
– Puncak gunung atau bukit, punggungan, lembah diantara dua puncak dan bentuk-bentuk tonjolan lainnya yang menyolok
– Lembah yang curam, jembatan (perpotongan sungai dengan jalan), ujung desa, samping jalan
– Bila kita berada di pantai, muara sungai dapat menjadi tanda medan yang sangat jelas, begitu juga tanjung yang menjorok ke laut, teluk-teluk yang menyolok, pulau-pulau kecil, pemukiman penduduk dan lain sebagainya.

TEKNIK PETA KOMPAS
Azimuth dan Back Azimuth, Resection, Intersection, Analisa Perjalanan

TAK AKAN LUPUT DARI PETA DAN KOMPAS JIKA ANDA BERADA DI SUATU TEMPAT

1. TEKNIK PETA KOMPAS

Orientasi peta adalah menyamakan kedudukan peta dengan medan sebenarnya (secara praktis menyamakan utara peta dengan utara magnetis).

Langkah-langkah Orientasi Peta adalah sebagai berikut :

a) Letakkan peta pada bidang datar.
b) Buka tutup kompas prisma dan Letakkan kompas diatas peta
c) Sejajarkan antara sumbu utara peta dengan utara magnetis/utara kompas, dengan demikian letak peta akan sesuai dengan bentang alam yang dihadapi.

Orientasi Medan, gunanya untuk mengenali posisi medan sebenarnya di peta dan mengenali tanda di peta pada medan sebenarnya.
Orientasi Medan dapat dilakukan dengan langkah – langkah sebagai berikut :

a) Cari tempat terbuka agar dapat melihat tanda-tanda medan yang mencolok dengan mudah.
b) Lakukan Orientasi Peta
c) Cari tanda-tanda medan yang paling menonjol disekeliling dan temukan tanda medan tersebut dipeta, lakukan untuk beberapa tanda medan.
d) Ingat tanda medan itu, bentuknya dan tempatnya dimedan sebenarnya maupun dipeta, ingat-ingat tanda medan yang khas dari setiap tanda medan.

Sebelum anda mulai orientasi medan, kenali dulu tanda-tanda medan yang ada dilokasi. Ini bisa dilakukan dengan menanyakan kepada penduduk setempat nama-nama gunung, bukit, sungai, atau tanda-tanda medan lainnya, atau dengan mengamati kondisi bentang alam yang terlihat dan mencocokkan dengan gambar kontur yang ada dipeta.

2. AZIMUTH DAN BACK AZIMUTH

Azimuth ialah Sudut Mendatar yang besarnya dihitung dan diukur sesuai dengan arah jalannya jarum jam dari suatu garis yang tetap, yaitu arah utara.
Secara praktis adalah besar sudut yang dibentuk antara utara magnetis (nol derajat) dengan titik/sasaran yang kita tuju, azimuth juga sering disebut Sudut Kompas. Ada tiga macam Azimuth yaitu :
a) Azimuth Sebenarnya, yaitu besar sudut yang dibentuk antara utara sebenarnya dengan titik sasaran;
b) Azimuth Magnetis, yaitu sudut yang dibentuk antara utara kompas dengan titik sasaran;
c) Azimuth Peta, yaitu besar sudut yang dibentuk antara utara peta dengan titik sasaran.
Untuk keperluan praktis, pada navigasi ini kita gunakan Azimuth Magnetis.

Back Azimuth adalah Besar Sudut kebalikan / kebelakang dari Azimuth.
Cara menghitungnya :

Jika, Az 180 derajat , Maka; Baz = Az – 180 derajat
Jika, Az = 180 derajat , Maka; Baz = 0 derajat atau 360 derajat

3. ANALISA PERJALANAN

Analisa perjalanan perlu dilakukan agar kita dapat membayangkan kira-kira medan apa yang akan kita lalui, dengan mempelajari peta yang akan dipakai. Yang perlu di analisa adalah jarak, waktu dan tanda medan.

a. Jarak
Jarak diperkirakan dengan mempelajari dan menganalisa peta, yang perlu diperhatikan adalah jarak yang sebenarnya yang kita tempuh bukanlah jarak horizontal. Kita dapat memperkirakan jarak (dan kondisi medan) lintasan yang akan ditempuh dengan memproyeksikan lintasan, kemudian mengalikannya dengan skala untuk memperoleh jarak sebenarnya.
Perhitungan untuk menentukan jarak :
Skala = Jarak Peta : Jarak Datar

Jarak Datar = Skala x Jarak Peta

Jarak Peta = Jarak Datar : Skala

b. Waktu
Bila kita dapat memperkirakan jarak lintasan, selanjutnya kita harus memperkirakan berapa lama waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak tersebut. Tanda medan juga bisa untuk menganalisa perjalanan dan menjadi pedoman dalam menempuh perjalanan.

c. Medan Tidak Sesuai Peta
Jangan terlalu cepat membuat kesimpulan bahwa peta yang kita pegang salah. Memang banyak Sungai-sungai kecil yang tidak tergambarkan di peta, karena sungai tersebut kering ketika musim kemarau. Ada kampung yang sudah berubah, jalan setapak yang hilang, dan banyak perubahan-perubahan lain yang mungkin terjadi.
Bila anda menjumpai ketidaksesuaian antara peta dengan kondisi lapangan, baca kembali peta dengan lebih teliti, lihat tahun keluaran peta, karena semakin lama peta tersebut maka banyak sekali perubahan yang terdapat pada peta tersebut. Jangan hanya terpaku pada satu gejala yang tidak ada di peta sehingga hal-hal yang yang dapat dianalisa akan terlupakan. Kalau terlalu banyak hal yang tidak sesuai, kemungkinan besar anda yang salah (mengikuti punggungan yang salah, mengikuti sungai yang salah, atau salah dalam melakukan resection). Peta 1:50.000 atau 1:25.000 umumnya cukup teliti.

4. RESECTION

Resection adalah menentukan kedudukan/ posisi di peta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali.

Teknik resection membutuhkan bentang alam yang terbuka untuk dapat membidik tanda medan. Tidak selalu tanda medan yang harus selalu dibidik, jika kita berada di tepi sungai, sepanjang jalan, atau sepanjang suatu punggungan, maka hanya perlu satu tanda medan lainnya yang dibidik.

Langkah – Langkah melakukan Resection :

a) Lakukanlah orientasi medan (dapatkan minimal 2 tanda medan)
b) Tandai kedudukan tanda medan tersebut di peta dengan membuat salib sumbu pada pusat tanda-tanda medan yang sudah dikenali di peta dan di lapangan.
c) Bidikkan kompas ke tanda medan tersebut dan catat sudut kompasnya (Azimuth).
d) Hitung SPM tahun berjalan dan pindahkan hasilnya ke sudut peta
e) Hitung Back Azimuth dari hasil perhitungan tersebut.
f) Tarik garis sudut peta dari tanda medan yang sudah kita bidik sesuai dengan hasil perhitungan, hingga garisnya berpotongan.
g) Perpotongan garis tersebut adalah kedudukan kita di peta.

Resection dapat dilakukan dengan minimal 2 tanda medan, yaitu :
1) 2 titik ketinggian
2) 1 titik ketinggian dengan sungai
3) 1 titik ketinggian dan jalan setapak
4) Jalan setapak / sungai dengan altimeter
5) 1 titik ketinggian dengan altimeter.

5. INTERSECTION

Intersection adalah menentukan posisi suatu titik (benda) di peta dengan menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali dilapangan.

Intersection digunakan untuk mengetahui atau memastikan posisi suatu benda yang terlihat dilapangan, tetapi sukar untuk dicapai. Pada intersection, kita sudah yakin pada posisi kita di peta dan kondisikan agar objek tetap dapat terlihat saat kita berpindah posisi.

Langkah – Langkah melakukan Intersection :

a) Lakukan orientasi medan, dan pastikan posisi kita di peta.
b) Bidik obyek yang kita amati.
c) Hitung SPM tahun berjalan, pindahkan hasilnya ke sudut peta.
d) Bergerak ke posisi lain, dan pastikan posisi tersebut di peta, lakukan langkah b dan c;
e) Tarik garis sudut peta dari posisi kita di peta sesuai dengan hasil perhitungan, hingga garisnya berpotongan. Perpotongan garis dari dua sudut yang didapat adalah posisi obyek yang dimaksud.

6. Menentukan Arah Lintasan

Dalam menentukan arah lintasan dapat mempergunakan 2 cara, yang pertama dengan tracking kompas, atau mengunci arah kompas searah dengan sudut peta sesuai dengan arah yang dituju. Yang kedua adalah dengan mencari punggungan yang paling lebar untuk mencapai tempat yang dituju.
kedua cara ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing dimana sebaiknya cara yang dipilih disesuaikan dengan jenis kegiatan yang akan dilakukan.

SEBELUM, KETIKA DAN SETELAH SELESAI BERNAVIGASI , JAGALAH PERALATAN YANG KITA GUNAKAN AGAR TETAP BAIK KONDISINYA.